
Terakota.id–Pohon trembesi (Albizia saman) kokoh berdiri mengelilingi Alun-Alun Bunder atau kawasan Tugu Kota Malang. Daun pohon trembesi menaungi kawasan pusat perkantoran Kota Malang. “Ditanam melingkar, seperti pintu gerbang,” kata Ketua Yayasan Inggil, Dwi Cahyono.
Pohon trembesi sengaja ditanam untuk menyambut siapapun yang datang ke Malang. Turun dari stasiun Kota Baru langsung disambut dengan pemandangan alam. Seperti pemandangan gunung putri tidur, meliputi gunung Butak (kepala), gunung Kawi (dada), dan gunung Panderman (kaki). Serta hamparan pohon trembesi di pusat Kota Malang.
Karakter pohon trembesi ditanam karena memiliki akar yang kokoh serta diharapkan tumbuh sampai lebih dari 100 tahun. Selain itu, pohon trembesi juga paling tinggi menyerap karbondioksida dibanding tanaman lain. Pohon trembesi ditanam berbarengan dengan dibangun Alun-Alun Bunder pada 1927.
Pohon trembesi melengkapi lanskap Alun-Alun yang juga dilengkapi dengan sejumlah bangunan cagar budaya mulai Balai Kota, dan kompleks gedung sekolah. Total sebanyak 21 pohon trembesi yang mengelilingi kawasan Tugu Kota Malang.
Badan Pelestari Pusaka Indonesia (BPPI) mengukuhan pohon berusia lebih dari dari 50 tahun sebagai pohon pusaka atau heritage tree pada 17 September 2016. Penetapan berlangsung dengan Pusaka Indonesia Festival 2016.
Dwi Cahyono yang juga Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kota Malang juga menyebutkan selain trembesi juga pohon kenari (Canarium), dan beringin (Ficus benjamina) sebagai pohon pusaka. Pohon beringin berdiri mengelilingi Alun-Alun Merdeka Kota Malang.
Dwi Cahyono yang juga Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kota Malang juga menyebutkan selain trembesi juga pohon kenari (Canarium), dan beringin (Ficus benjamina) sebagai pohon pusaka. Pohon beringin berdiri mengelilingi Alun-Alun Merdeka Kota Malang.
Pohon beringin raksasa menjadi salah satu perhatian pengunjung. Daunnya menaungi kawasan, sehingga menjadi peneduh sekaligus mempercantik Alun-Alun. Sampai saat ini pohon beringin tetap berdiri kokoh dan menarik perhatian pengunjung.
Yayasan Inggil menghitung sebanyak 153 pohon Kenari, jumlah pohon tergolong terbanyak dibandingkan kota lain di Indonesia. Pohon kenari banyak berdiri di sepanjang Jalan Diponegoro. Tak hanya pohon yang menarik perhatian, buah kenari juga diburu warga Kota Malang.
Setelah pengukuhan, diharapkan dilakukan perawatan khusus oleh Pemerintah Kota Malang. Meliputi memangkas batang dan ranting yang tua dan mencegah perusakan. Agar pepohonan tetap lestari dan terjaga. Selain itu, juga dipasang papan informasi mengenai pohon cagar budaya tersebut.
Yayasan Inggil didirikan Dwi Cahyono memiliki peran mengembangkan dan melestarikan situs sejarah dan budaya di Malang. Yayasan Inggil sejak 1996, menyelamatkan 86 cagar budaya, meneliti sejarah, menulis buku dan mendokumentasikan sejarah Majapahit dan budaya Kota Malang. Serta mendokumentasikan dan merevitalisasi bangunan cagar budaya. Juga menyelenggarakan kerja bakti budaya, mendirikan Malang Tempo Doeloe, dan menyusun kurikulum pendidikan sekolah si budi yang mengajarkan budi pekerti.

Wali Kota Malang Sutiaji menjelaskan jika pohon berusia puluhan tahun menjadi ciri khas Kota Malang. Sebuah penanda kota tak hanya bangunan, namun pepohonan tua ini memiliki keunikan tersendiri. Selain itu, diharapkan bisa menarik wisatawan untuk meneliti atau memperlajari pepohonan yang ada sejak zaman kolonial.
“Pohon heritage ini ditanam sejak zaman Belanda. Ada nilai sejarahnya,” kata Sutiaji.
Pepohonan ini juga bisa menjadi media pendidikan lingkungan hidup. Sekaligus menjadi magnet wisata dengan menarasikan kisah mengenai pohon tua tersebut. Cerita mengenai pohon tersebut bakal menarik minat wisatawan mancanegara.

Jalan, baca dan makan