
Terakota.id-Kedungmonggo, adalah nama sebuah dusun di Desa Karangpandan, Kecamatan Pakisaji, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Dusun ini juga dikenal sebagai Kampung Topeng, berkat perjuangan sosok sang Maestro Seni Topeng Malangan, Mbah Karimun, yang meninggal enam tahun silam. Warisannya di bidang seni topeng membuat nama kampung ini dikenal hingga mancanegara.
Di dusun ini, setiap sebulan sekali digelar pagelaran tari topeng malangan yang diasuh Handoyo, cucu Mbah Karimun. Setiap Minggu malam Senin Legi, pagelaran tari topeng dengan beragam lakon akan dipentaskan. Anak-anak hingga remaja dan orang tua juga mengasah kemampuan menarinya setiap akhir pekan di Padepokan Panji Asmorobangun. Padepokan yang diasuh Handoyo ini juga memproduksi topeng malangan yang lokasinya berada di halaman.
Handoyo menjelaskan, karakteristik Topeng Malangan mempunyai ciri khas yang berbeda dengan topeng dari Cirebon, Solo, atau daerah Bondowoso. Kalau topeng malangan, kata Handoyo, ragam warnanya lebih banyak, ornamennya juga lebih detail terutama penonjolan karakter para ksatrianya. “Ciri khasnya ada cula, sinom, dan urna,” kata Handoyo kepada Terakota.id beberapa waktu lalu.
Menurutnya, Urna melambangkan karakter manusia, sinom sebagai semesta, dan cula melambangkan penguasa sebagai pengendali alam dan manusia. Ada 76 karakter tokoh dalam topeng malangan yang terbagi menjadi empat kelompok besar.
Tokoh Panji adalah kelompok pertama yang berkarakter baik dengan ciri-ciri pemuda yang rupawan dan gagah. Kemudian tokoh antagonis dengan ciri galak yang ditandai dengan taring dan bermata bulat.
Karakter ketiga merupakan karakter hiburan yang dikelompokkan ke dalam tokoh pembantu atau abdi yang karakternya lucu dan menghibur. Yang terakhir adalah karakter binatang sebagai pelengkap cerita.
Dari unsur pewarnaan, masing-masing dominasi warna memiliki perlambang. Warna hijau menunjukkan karakter damai, warna merah menunjukkan arti keberanian, putih lambang kesucian, hitam lambang kebijaksanaan, kuning lambang kegembiraan atau kesenangan.
Tak hanya karakter topengnya yang penuh makna, gerakan penari juga memiliki karakteristik masing-masing. Tergantung topeng yang dikenakan penari. Biasanya para penari hanya berganti topeng dan hiasan kepala dalam pertunjukan. Sedangkan hiasan pokok, seperti kain, celana, dan sampur tetap dikenakan.
Meruwat Topeng Karya Sang Maestro

Tembang Macapat mengalun lirih dari bibir Suroso, menembus asap dupa tebal yang menyeruak ke udara, menembus hingga ke telinga orang-orang di sekitarnya. Puja-puja do’a lalu dipanjatkan kepada Tuhan YME di pelataran makam Mbah Karimun, Maestro Topeng Malangan dari Kedungmonggo.
Enam karakter tokoh topeng peninggalan Mbah Karimun juga diletakkan di atas kijing makam. Secara bergantian, mereka mendoakan Mbah Karimun di depan pusaranya. Mengharap kebaikan kepada Sang Maha Kuasa.
Suroso, yang juga cucu Mbah Karimun yang pertama ini menggelar acara ruwatan untuk memperingati dan mengenang jasa-jasa Mbah Karimun dalam melestarikan seni topeng malangan. “Agenda ruwatan ini sekaligus untuk mengenang jasa-jasa Mbah Karimun dalam melestarikan seni tradisi tari topeng malangan,” kata Suroso di sela-sela acara, Rabu, 29 Desember 2016.
Selain nyekar ke makam, pada malam harinya juga digelar sendratari topeng malangan untuk mengenang jasa-jasa Mbah Karimun. Berbagai komunitas seni juga hadir dalam ruwatan ini. Suroso berencana akan menggelar setiap tahun agenda ruwatan seperti ini. “Untuk mengenang dan mendoakan Mbah Karimun,” katanya.