
Terakota.id – Pemerintah Kota Malang gencar menanam pohon pule atau pulai sejak Oktober tahun lalu. Bibit tanaman keras berdaun rimbun ini ditanam di berbagai titik, dari halaman perkantoran sampai ruang terbuka hijau.
Pemkot Malang dalam siaran tertulisnya, menyiapkan sedikitnya 11 ribu bibit pohon pule yang akan ditanam sepanjang tahun ini. Sampai pertengahan Maret 2021, sudah lebih dari 3 ribu bibit pohon yang sudah ditanam.
Bibit pohon pule ditanam di berbagai titik, mulai lingkungan sekolah, pemakaman umum, halaman perkantoran pemerintah dan swasta serta tempat lainnya. Pemkot menyebut ini bagian dari gerakan penghijauan serta pendidikan karakter mencintai lingkungan.
Banyak pemerintah daerah yang juga memilih pohon pule untuk ditanam untuk gerakan penghijauan. Pemprov DKI Jakarta pada awal 2020 lalu menanam pohon pule di kawasan selatan Monas sebagai pengganti sekitar 191 Mahoni yang sebelumnya sudah ditebang.
Tanaman bernama latin Alstonia scholaris ini seperti pepohonan pada umumnya, memiliki fungsi penting untuk lingkungan. Berguna sebagai penghasil oksigen, pengatur iklim dan tata air misalnya menjaga resapan air sekaligus menyimpan cadangan air tanah.
Bukan itu saja, dari berbagai literatur hasil penelitian menyebutkan pohon pule memiliki segudang manfaat. Bisa dimanfaatkan untuk tanaman obat dan kayunya dapat diolah sebagai kerajinan bernilai ekonomi.

Dikenal Sejak Masa Lampau
Pohon pule merupakan spesies asli Asia Selatan hingga Asia Tenggara. Di Indonesia, spesies ini tumbuh alami dari Sumatera sampai Papua. Serta memiliki penyebutan berbeda di setiap daerah. Di Jawa umum disebut pule, orang Sunda mengenalnya sebagai lame.
Di Madura disebut Polay, kayu gabus pulai di Sumatera, hanjalutung di Kalimantan. Lalu di Minahasa disebut kaliti, mariangan, kita, di Ambon disebut rite, tewer di Banda, Aliag di Papua, hange di Ternate dan lainnya.
Tanaman ini telah dikenal di nusantara sejak masa lampau. Di salah satu relief Candi Borobudur pada abad ke 9, terpahat gambar pule. Tepatnya di panil relief kisah Lalitavistara, terpahat tanaman pule dengan tajuknya bertingkat dan cabangnya berdaun lebat.
Peneliti biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonensia (LIPI) dan Balai Konservasi Borobudur menjelaskan hal itu dalam Buku Panduan Wisata Edukasi Relief Flora Candi Borobudur terbitan Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Purwodadi LIPI pada 2019.
Hasil penelitian itu menyebutkan, pule merupakan salah satu pohon sakral bagi agama Buddha. Dalam kepercayaan agama Buddha aliran Theravada, diyakini sang Buddha pertama bernama Tanhankara memperoleh pencerahan (bodhi) di bawah pohon pule. Pada kisah Lalitavistara, bunga pule diibaratkan bentuk bahu dari tokoh mulia.

Khasiat dan Manfaat Pule
Tanaman pule memiliki berbagai manfaat dan khasiat untuk kesehatan maupun bernilai secara ekonomi. Kayu pule dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku industri berbagai peralatan rumah tangga dan bahan baku kerajinan.
Namun sekarang sulit menemukan pule berbatang besar di habitat alaminya. Oleh karena itu, pule dimasukkan dalam golongan tumbuhan langka. Padahal pule dapat pula diolah dan dimanfaatkan sebagai bahan obat tradisional.
Syamsul Hidayat dan kawan-kawan dalam buku Jalur Wisata Tumbuhan Obat di Kebun Raya Bogor yang diterbitkan LIPI Press pada 2016 menuliskan hal itu. Ttumbuhan ini berciri umum berupa pohonnya dapat tumbuh setinggi 10-60 meter berdiameter 125 sentimeter.
Permukaan batang berwarna cokelat atau kekuningan sampai putih, halus tapi sedikit mengelupas. Sedangkan bagian dalamnya berwarna kekuningan sampai cokelat dengan getah berlimpah. Daunnya berbentuk elips sempit sampai bulat telur terbalik. Bunganya berkelompok dalam rangkaian.
Kulit batang, daun sampai getah pule bisa dimanfaatkan sebagai obat tradisional. Dalam buku Jalur Wisata Tumbuhan Obat di Kebun Raya Bogor Kulit itu menuliskan, batang pule mengandung alkoloid ditamine, echitenine dan echitamine, jadi alternatif pengganti kina.
Kulit kayu dikeringkan dengan cara dijemur, ramuan dari kulit kayu dimanfaatkan untuk mengobati diare dan malaria. Kulit kayu seberat 1-3 gram direbus, airnya diminum. Sedangkan daunnya dapat direbus sebagai obat beri-beri.
Pule dapat pula dipakai sebagai obat luar. Getahnya diteteskan untuk mematangkan bisul, tertusuk duri dan radang kulit. Air rebusan kulit batang pulae dimanfaatkan juga untuk mencuci luka, radang kulit bernanah, borok maupun dijadikan obat kumur sakit gigi.

Redaktur Pelaksana