Monumen Chairil Anwar di kawasan Kayutangan di Jalan Basuki Rachmat Kota Malang (Aris Hidayat/Terakota)
Iklan terakota

Tercatat di Majalah Seni

Dibutuhkan waktu berhari-hari untuk menelusuri sejarah pembuatan patung Chairil Anwar. Tak banyak dokumen, data dan keterangan yang terlibat pembuatan dan perencanaan patung itu. Berita di majalah bulanan ‘Seni’ Nomor 7 tahun 1/ Juli 1955 yang menjadi satu-satunya media yang merekam peresmian patung yang dilakukan pada 28 April 1955. Majalah dengan susunan redaksi HB Jassin , Trisno Sumaryo dan Amir Pasaribu itu kini dikoleksi Henricus. Dia menemukan majalah bekas tersebut di lapak toko buku bekas di Jalan Majapahit sebelum direlokasi ke kawasan Jalan Wilis Kota Malang.

“Peristiwanya 28 April tapi baru diterbitkan Juli 1955,” katanya. Dalam majalah itu ditulis ketua panitia pembuatan patung, Achmad Hudan Dardiri sebelum peresmian menyampaikan biaya pembuatan patung berasal dari Seksi Kebudajaan Kota Besar Malang sedangkan pelaksananya Badan Kerjasama Kebudajaan Malang melibatkan perkumpulan seniman. Sedangkan Wali Kotamadya Malang  Sardjono dalam sambutannya meminta agar agar Vadan Kerjasama Kebudajaan untuk bekerja di lapangan kreatifitas.

Usai berpidato, Wali Kotamadya Malang Sardjono membuka kain penutup patung tanda diresmikan patung Chairil Anwar. Warga Malang yang menghadiri peresmian mendekat dan melihat dari dekat patung hasil karya perupa Widagdo. Widagdo dalam majalah bulanan Seni mengaku tak puas dengan patung pahatannya. “Memang kita tak pernah puas. Habis kita di sini bekerdja dengan serba kurang , kurang tenaga, kurang bahan dan kurang biaja.”

Menurut Henricus, ide pembuatan patung didiskusikan bersama para seniman yang tergabung dalam Angkatan Pelukis Muda Malang (APMM). Widagdo saat itu menjadi ketua APMM. Tak ada kepastian siapa yang melontarkan ide membuat patung sosok penyair Chairil Anwar. Saat itu, katanya, sastra dan drama tengah bergeliat termasuk di Surabaya, Bandung, Yogyakarta dan Jakarta. Puisi karya Chairil Anwar dikagumi karena memunculkan pembaruan, pemberontakan, kebebasan dan penciptaan puisi yang lepas dari Pujangga Baru. Ide dan irama puisinya tergolong baru saat itu. “Chairil Anwar menjadi patron baru,” ujarnya.

 

Sedangkan foto persemian patung kini dipajang di Inggil Resto milik Dwi Cahyono. Dalam foto hitam putih itu sejumlah panitia pembuatan patung termasuk A. Hudan Dardiri dan Wali Kotamadya Malang Sardjoko berpose di depan patung. Sayang hanya satu lembar foto ini yang tersisa, tak ada foto saat peresmian dengan melepas kain penutup patung atau proses kreatif pembuatan patung.

“Foto ini pemberian Pak Hudan Dardiri,” katanya. Foto itu diberikan Hudan saat mempersiapkan Malang Tempo Doeloe pada medio 2003. Hudan, katanya, menjelaskan ide pembuatan patung Chairil Anwar dicetuskan para seiman pada awal 1950-an untuk membakar semangat para pemuda jika perjuangan juga dilakukan dengan pena seperti Chairil Anwar. Sedangkan saat itu, para pemuda dan pelajar terlibat dalam perjuangan merebut kemerdekaan tergabung dalam Tentara Republik Indonesia Pelajar dan Tentara Genie Pelajar (TGP) . (bersambung)

1 KOMENTAR