
Terakota.id–-Ideologi manusia telah bertransformasi dan semakin beragam. Revolusi industri pertama hingga keempat memiliki pengaruh besar terhadap ideologi dan pola pikir manusia. Selain teologi, manusia juga mengenal ideologi fasisme, liberalisme, sosialisme dan masih banyak lagi perkembangannya. Menurut Budiman Sujatmiko, ada tiga hal yang perlu diperhatikan dalam proses pengaplikasian ideologi yaitu logis, estetis, dan etis.
Ketiganya ini berjalin berkelindan membentuk konsep baru dalam cara berpikir manusia sehingga manusia dapat menentukan ideologinya. Meskipun demikian, ada sebuah hal yang harus dihadapi ketika ideologi dihadapkan dengan revolusi industri keempat ini, yaitu proses aktivasi dan deaktivasi pola pikir.
Dalam revolusi industri keempat yang ditandai dengan kemunculan wifi, kita mengenal istilah peretas (hacker). Peretas dalam dunia maya bertugas untuk meretas email dan data-data digital kita. Namun yang perlu kita hadapi saat ini adalah peretas pola pikir.
Tsunami informasi dan banjir data yang menggelontor pikiran kita mampu menyamarkan antara fakta dan hoax. Manipulasi data dan proses mempermainkan data adalah strategi politik jahat yang digunakan untuk mempengaruhi masyarakat. Itulah sebabnya diperlukan kemampuan untuk mampu bertahan di era sekarang hingga tahun 2022.
Tahun 2022 dipilih karena revolusi industri keempat diprediksi pada titik stabil. Manusia diharapkan bisa beradaptasi dan tidak gugup ketika menghadapi kemajuan teknologi informasi dan komunikasi. Memosisikan diri adalah upaya pertama yang harus dilakukan. Budiman Sujatmiko, mengutip Yuval Noah Harrari, mengklasifikasikan manusia menjadi tiga jenis pada revolusi industri keempat ini. Jenis pertama adalah manusia yang banyak tahu. Jenis ini disebut sebagai manusia reverensial dan sudah biasa. Manusia jenis ini tahu banyak hal berkat bantuan dari mesin pencari.
Manusia jenis berikutnya adalah manusia yang sedikit tahu dan tidak mau mencari tahu. Manusia jenis ini cenderung apatis dengan perkembangan zaman. Manusia jenis ketiga adalah manusia yang sedikit tahu, tapi pengetahuanya tepat, dan bisa memberikan pengetahuan baru. Manusia jenis terakhir ini yang disebut dengan manusia inovator. Menjadi manusia yang mampu bertahan hidup di masa depan merupakan perwujudan dari manusia inovator ini.

Manusia inovator merupakan manusia yang mampu menjalin hubungan dengan alat atau perangkatnya seperti dua hal yang saling memperbaharui dan saling melengkapi. Alat sudah tidak lagi dianggap sebagai benda yang berfungsi tunggal melainkan benda yang multifungsi dan terus menerus diperbaharui.
Forum ekonomi dunia mencatat ada sepuluh kemampuan di tahun 2022 yang dipastikan meningkat tajam yaitu (1) pola pikir analisis dan inovasi, (2) strategi belajar secara aktif, (3) kreativitas, originalitas, dan inisiatif, (4) teknologi desain dan pemrograman, (5) pola pikir kritis dan analisis, (6) penyelesaian masalah secara kompleks, (7) kepemimpinan dan pengaruh sosial, (8) kecerdasan emosional, (9) mampu menyelesaikan masalah, dan (10) mampu menganalisis serta mengevaluasi sebuah sistem.
Untuk menumbuhkembangkan kemampuan tahun 2022 pada generasi muda maka peran trias pendidikan sangat penting. Trias pendidikan terebut adalah keluarga, sekolah, dan masyarakat. Budiman Sujatmiko mengatakan bahwa perlunya pola silih asah, silih asih, dan silih asuh diterapkan pada anak. Hasil dari penerapan keiga silih tersebut adalah anak mampu mencintai sesama, memiliki kemampuan komputasional, memiliki daya analitis, dan mampu berpikir kritis.
Pola asuh yang doktriner dan dogmatis malah mematikan kemampuan anak. Pola doktriner dan dogmatis hanya akan mematikan daya imajinasi anak sehingga anak tidak mampu berpikir secara imajinatif dan tidak mampu berpikir secara kritis.
Oleh sebab itu, sebelum menanamkan kemampuan tahun 2022 pada generasi muda, khususnya anak, orang tua dan pendidik harus mampu mengubah pola berpikir terlebih dahulu. Transformasi pemikiran dari yang tertutup menuju pemikiran terbuka sangat penting. Melalui pemikiran yang terbuka, maka orang tua dan pendidik mampu dengan fleksibel mengembangkan daya imaji hingga kreativitas anak.
Kesepuluh kemampuan tahun 2022 akan terwujud dalam diri anak apabila anak memiliki pola pikir yang imajinatif serta mampu berpikir kritis dalam mengelola informasi yang diperolehnya. Dengan demikian, bukan tidak mungkin jika generasi muda Indonesia menjadi inovator baru dan siap menghadapi tahun 2022.

Penulis dan Pendidik. Karya yang sudah terbit diantaranya: Kumpulan Cerpen Alor-alor Merah dan Ruang Literasi Generasi Mantul.