Sebanyak 36 warga binaan Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas II A Malang mengikuti pelatihan menulis buku, Senin 6 Desember 2021. (Foto: UMM).
Iklan terakota

Terakota.idSebanyak 36 warga binaan Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas II A Malang mengikuti pelatihan menulis buku, Senin 6 Desember 2021. Mereka dilatih sejumlah dosen program studi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Pelatihan bertajuk “Pelatihan dan Pendampingan Kepenulisan Sebagai Bagian dari Melek Media Pada Warga Binaan Lapas.”

Para peserta antusias untuk belajar meninggalkan jejak kisah dalam sebuah buku. Mereka berharap bisa meninggalkan kenang-kenangan yang unik. Mereka antusiasme saat mengikuti  pelatihan dan pendampingan menulis. Warga binaan yang mengikuti pelatihan dipilih secara ketat.

“Kita seleksi dengan ketat. Sebenarnya kita ingin bebaskan semua mengikuti. Yang antusias banyak,” kata Kepala Sub Seksi Bimbingan Kemasyarakatan dan Perawatan (Kasubsi Bimkemaswat) Lapas Perempuan Kelas II A Malang Hamlana Rizka AE, dalam siaran pers yang diterima Terakota.id.

Pelatihan ini penting, katanya,  agar mereka tak merasakan dipenjara di balik jeruji besi, tetapi dibina agar menghasilkan karya tulis yang bermanfaat. Mereka dilatih secara teknis menulis buku, dan mendapat pendampingan.  Mereka diberi kesempatan menulis bebas tentang pengalaman dan pengamatannya. Karya tulis mereka dikumpulkan dan diterbitkan menjadi buku.

Sebanyak 36 warga binaan Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas II A Malang mengikuti pelatihan menulis buku, Senin 6 Desember 2021. (Foto: UMM).

Salah seorang peserta Anisa, 27 tahun mengaku bersyukur bisa belajar menulis. Menulis, katanya, bisa menjadi cara untuk meluapkan rasa jenuh dan membunuh waktu.  “Apalagi menulis berdasarkan pengalaman kita sehari-hari. Berarti sudah punya bahan menulis, “ ujarnya.

Salah seorang pendamping dosen Ilmu Komunikasi Widiya Yutanti menjelaskan menulis bisa mengasah kreativitas. Ia meyakini semua penghuni Lapas memiliki potensi menulis. “Mereka hanya tidak tahu apa yang akan ditulis. Bagaimana cara menulis. Lalu bagaimana mempublikasikannya. Nah, kita mencoba memfasilitasinya,” katanya.

Wakil Dekan III FISIP Universitas Muhammadiyah Malang M. Himawan Sutanto menhelaskan perguruan tinggi memiliki tanggung jawab memberikan kemanfaatan bagi masyarakat. Termasuk bagi warga binaan Lapas Perempuan Kelas II A Malang.  “Kita carikan sponsor untuk mewujudkan buku. Minimal mereka memiliki kenang-kenangan buku setelah bebas nanti, “  ujarnya.

Pelatihan dan pendampingan menulis dilakukan Widiya Yutanti, Nurudin, M. Himawan Sutanto, dan Rahadi sebagai salah satu bentuk pengabdian masyarakat. Lapas yang dihuni 500 narapidana, 24 tahanan dipilih karena menjadi rujukan nasional binaan bagi warga.