Rel jalur trem Stoomtram Maatschappij di depan kantor PLN area Malang tampak utuh, kayu bantalan rel tak lapuk. (Terakota/Eko Widianto).
Iklan terakota

Terakota.idWali Kota Malang Sutiaji dan Wakil Wali Kota Malang Sofyan Edi Sujarwoko berjalan di antara rel trem kuno peninggalan Malang Stoomtram Maatschappij (MSM), Rabu 11 November 2020. Bahkan Sutiaji berjalan di atas rel, sembari mengenang bermain di jalur rel kereta semasa kecil.

Rel trem sepanjang 200 meter terlihat di persimpangan kawasan Rajab-ally, Jalan Basuki Rahmat Kota Malang. Serta di persimpangan depan kantor PLN. Secara tak sengaja backhoe yang tengah mengelupas aspal menyentuh rel. Setelah dibongkar, fisik rel terlihat masih utuh. Meski karat menyelimuti rel, sedangkan kayu bantalan rel lapuk termakan usia. Sebagian masih utuh.

Rel angkutan massal zaman kolonial yang beroperasi sejak 15 Februari 1903 ini seolah bangun dari tidur. Setelah puluhan tahun ditanam di bawah lapisan aspal. Mau diapakan rel trem yang ditemukan? Muncul beragam spekulasi. Termasuk wacana membangkitkan kembali memori kolektif  jalur trem melintas di tengah kota.

Menurut Sutiaji reaktivasi jalur tak memungkin dilakukan. “Gak mungki, sudah tak dipakai sejak 1959. Semua sudah dibongkar, itu kata Tim Ahli Cagar Budaya (TACB),” ujar Sutiaji kepada Terakota.id, Rabu 11 November 2020.

Wali Kota Malang Sutiaji dan Wakil Wali Kota Malang Sofyan Edi Jarwoko melintas di rel trem peninggalan masa kolonial di Jalan Kayutangan Malang. (Terakota/Eko Widianto).

Ada beberapa pilihan, katanya, salah satunya kembali ditanam di bawah batu andesit yang akan dibangun di persimpangan Jalan Basuki Rahmat. Namun, konstruksi jalan tetap, tak mengurangi kekuatannya. “Bagaimana kelanjutannya? Menurut PT KAI tetap tak boleh diubah,” katanya.

Diambil keputusan rel tak dibongkar.  Sutiaji meminta pelaksana proyek memberi tanda, menggunakan batu andesit dengan warna berbeda. Agar masyarakat tahu, dan mengenal sejarah trem di Kota Malang.  Rel trem ini, kata Sutiaji, peninggalan zaman kolonial Belanda yang bernilai sejarah. “Kalau di Cina dan Jerman dipasang kaca,” ujarnya.

Ketua Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Kota Malang Budi Fathony mengatakan jika pelaksana proyek Kayutangan Heritage tak pernah melakukan rapat konsultasi dengan TACB. Bahkan, ia tak tahu detail perrencanaan dan infrastrukturnya.

Harusnya, kata Budi, konsultasi dengan TACB. Tahu-tahu menjadi masalah. Selain itu, Pemerintah Kota Malang sebagai manajemen kota, katanya, harus proaktif.  “Tak seperti ini. Sudah saya ingatkan konsultannya. Tapi tak mau mengerti. Contohnya masalah teknis. Seperti ini dampaknya. Diingatkan kalau di sana ada jalur kereta. Sudah diingatkan,” kata Budi

Membangkitkan Jalur Trem

Sementara menindaklanjuti temuan rel trem dilakukan rapat koordinasi melibatkan TACB, PT KAI bagian aset, kontraktor pelaksana dan pengawas proyek. Sekretaris TACB Kota Malang, Agung H Buana menjelaskan sesuati aturan PT KAI rel yang terpendam di dalam tanah dicatat dalam aset PT KAI. Dilarang memindahkan apalagi mengambil dan menguasai.

Konsultan perencana, kata Agung , tak mendapat informasi penuh jika di bawah aspal ada aset PT KAI. Lantaran diperkirakan sebagian sudah diambil saat MS bangkrut. “Aset seperti rel dibongkar dan diangkut ke Burma,” ujarnya.

Saat revitalisasi Alun-alun Merdeka pada 2013, katanya, juga tak ditemukan rel. Jalur trem yang menghubungkan Tumpang-Blimbing-Kayutangan-Jagalan ini, melintas di tengah Alun-Alun Merdeka. Banyak pilihan dan perlu didiskusikan atas temuan rel tersebut.

“Kita tak mau pekerjaan penyelesaian proyek terganggu. Kita tak ingin masyarakat dirugikan karena jalan ditutup terlalu lama. Mana yang cepat, mudah dan semua aspek terpenuhi akan menjadi pilihan,” ujarnya.

trem-transportasi-massal-modern-di-malang-era-kolonial
Trem melintasi Alun-Alun Merdeka Malang. (Foto : Tropen Museum Belanda)

Ada wacana rekomenfasi untuk memberi pengetahuan masyarakat jika pada 1900-an di Malang ada transportasi massal yang belum dimiliki kota lain. Transportasi massal di Malang lebih maju dibanding daerah lain. “Menjadi pembelajaran dan pengetahuan masyarakat. Akan diformulasikan dengan mencari jalan tengah,” ujarnya.

Sedangkan reaktivasi atau memfungsikan kembali jalur trem yang tersisa, Agung menilai sepertinya agak sulit. Lantaran berdasar catatan historis sebagian besar sudah dibongkar dan diangkut ke Burma. “Yang tersisa dugaan kami di depan PLN sampai depan Sarinah. Alun-Alun sudah diambil, arah Blimbing juga sudah tak ada,” katanya.

Konsultan supervisi proyek PT Prospera, Warjo mengaku tak mendapat informasi mengenai rel trem di bawah lapisan aspal. Meski masa kecil dia di Malang, namun ia tak menyangka jika rel masih ada di sana. “Tak tahu ada sisa rel, setelah kami cek betul rel itu peninggalan masa kolonial,” ujarnya.

Pemerhati sejarah kereta api, Tjahjana Indra Kusuma bermimpi jalur trem Stoomtram Maatschappij dalam Kota Malang kembali dihidupkan. MS membuka layanan angkutan sejak 15 Februari 1903, menghubungkan stasiun Jagalan-Blimbing sepanjang 6 kilometer.  Jalur dihidupkan lagi sebagai solusi mengatasi kemacetan di dalam kota. Lantaran Pertumbuhan kendaraan tak sebanding dengan laju penambahan panjang dan lebar jalan raya.

“Mimpi besar trem diaktifkan lagi sebagai alternatif untuk solusi kemacetan,” katanya.

Namun, juga perlu dipertimbangkan mengenai biaya dan potensi penumpang. Pemerintah, katanya, bisa memberikan subsidi kepada operator. Kini, bola panas di tangan Wali Kota Malang Sutiaji. “Tak hanya PT KAI, bisa juga kebijakan dari Wali Kota. Seperti Jokowi saat menjadi Wali Kota Solo dengan mengaktifkan jalur kereta di tengah kota,” katanya.

Jalur trem ini, kata Indra, merupakan aset yang harus dioptimalkan. Selanjutnya, jika jalur dihidupkan lagi warga Malang tinggal membiasakan berlalu lintas dengan disiplin dan menjaga sikap tenggang rasa. Bahkan, banyak kota di dunia yang jalurnya lebih rumit seperti di Hongkong. Namun, trem bisa beroperasi di dalam kota. Berada di tengah badan jalan.

Pedagang pengananan tradisional menjajakan dagangan di tepi jalur trem kawasan Alun-Alun Malang. (Foto : Tropen Museum Belanda).

“Yang  merancang trem ini dulu visioner. Menghubungkan kota satelit sentra tenaga kerja dengan pusat ekonomi. Seperti pusat produksi atau pabrik gula dan tapioka,” katanya. Sekaligus mengangkut hasil bumi seperti kopi, tebu dan bahan pokok. Lokomotif menarik gerbong barang atau kereta berpenumpang.

“Atau mengkombinasikan angkutan barang dan orang dalam satu rangkaian,” ujarnya. Terhubung lintas kota, di jantung kota. Stasiun dibangun di pusat kota.

Sulap Kayutangan Heritage menjadi Living Museum

Dosen sejarah Universitas Negeri Malang Reza Hudianto dalam diskusi daring yang dipandu Agung H Buana tengah berandadi-andi, jika jalur trem diaktivasi kembali. Meski jarak pendek dan ditempuh singkat di sepanjang jalur heritage, akan memberi nilai tambah bagi Kota Malang.

“Menjadi kota pertama yang membangkitkan trem. Sarana transportasi yang sudah punah. Tak pernah lihat, muncul kembali. Ini akan menjadi unggulan dan satu-satunya,” katanya.

Sehingga Kayutangan bisa menjadi living museum dan outdor museum. Menjadi sarana pembelajaran bagi mahasiswa dan siapapun yang ingin belajar sejarah. Tak hanya sejarah, katanya, tapi juga arsitektur dan trasnportasi. Menjadi sarana belajar multi disiplin ilmu pengetahuan.

“Kalau bisa terwujud. Semoga bisa diwujudkan Wali Kota Malang,” ujarnya.

Sedangkan sejarawan dan peneliti Center for Culture and Frontier Studies, Universitas Brawijaya, FX Domini BB Hera menjelaskan jika kereta api di tanah air memiliki sejarah panjang. Menyangkut aspek infrastruktur dan pergerakan antikolonialisme di tanah air.

Para buruh kereta api mendirikan serikat buruh bernama Vereniging van Spoor-en Tramwegpersoneel (VSTP) atau serikat buruh kereta api sejak 1908. ”VSTP menjadi organisasi penting. Ada kesadaran kelas pekerja,” katanya.

Warga bumiputera berpose di stasiun kereta atau trem Kota Malang. (Foto : Universitas Leiden Belanda).

Kapan reaktivasi? Jika Malang akan ditata menjadi kawasan heritage dipastikan bakal meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan. Bakal banyak kunjungan dan orang yang singgah di Malang. “Menjadi unggulan. Hal yang tak ditemui di tempat lain,” katanya.

4 KOMENTAR