Mau Diapakan “Rel Almarhum Trem” Koridor Kajoetangan Tengah Kota Malang

Wali Kota Malang Sutiaji dan Wakil Wali Kota Malang Sofyan Edi Jarwoko melintas di rel trem Jalan Kayutangan Malang. (Terakota/Eko Widianto).
Iklan terakota

Terakota.idDitemukan kembali “rel trem kuno” apabila aspal di Koridoor Kajoe Tangan dikelupas. Jauh waktu telah diperkirakan sehubungan “Revitalusasi Koridoor Kajoe Tangan” ke depan — sebagai “Koridoor Heritage” Kota Malang. Namun, hingga sejauh ini belum ada perencanaan pasti tentang apa yang.musti dilakukan bila rel almarhum Trem itu berhasil ditemukan kembali.

Pekan ini, “ular besi” yang berupa rel terkubur itu tekuak dari kuburnya. Tampak kembali setelah beberapa dasawarsa lamanya tidur panjang di bawah lapisan aspal tebal Kajoe Tangan.

Demikian ditemukan, publik pun bertanya. Pertama apakah ditampakkan seluruhnya di sepanjang Koridoor Kajoe Tangan, lantas difungsikan kembali (refungsi) dengan mengoperasikan “trem jadul” hingga ruas tertentu bagi “perjalanan historis trem jadul” Kota Praja Malang.

Kedua, atau cukup disisakan barang beberapa puluh meter, sebagai “sample” atau pembukti artefaktual jejak transportasi darat masa lampau bagi trem melintas tengah kota. Yang dilengkapi dengan monumen trem di tempat tertentu. Ketiga yang paling gampang dibongkar seluruhnya, dengan alibi transportasi tram tengah kota cuma kisah masa lalu yang tak relevan dengan jejaring transportasi darat tengah kota (telenging kutho) di Kota Malang.

Untuk opsi pertama refungsi tentu tidak mudah, karena perlu reka lalu lintas dari yang ada sekarang. Terlebih lagi jika mesti menghadiirkan kembali jalur trem di koridoor Kajoe Tangan dengan mempertimbangkan sistem transformasi Kota Malang. Khususnya tengah kota.

Jalur trem di kawasan Celaket Kota Malang. (Foto : Tropen Museum).

Opsi kedua lebih mudah ketimbang opsi pertama karena hanya akan “mengabadikan rel untuk ruas tertentu di areal tertentu sebagai “pengiling-iling (memorial)” dan bukan refungsionalisasi perihal “sejarah trans- portasi darat” tengah kota. Baik opsi pertama ataupun kedua, mestilah dicari dan diketemukan paling tidak lokomotif dan sebuah gerbong trem historis yang konon pernah dioperasikan di Kota Malang.

Tak tahu, apakah “jasad almarhum trem” melintas di tengah kota itu masih ada hingga sekarang. Apabila tidak, mesti dicari dan dikemukan trem jadul yang serupa dan menduplikasikan beberapa bagiannya. Sehingga ada kedekatan dengan trem yang ada semula.

Kabarnya loko Trem Malang masih ada satu unit dengan No. D11 dan satu unit lainnya dengan No. B 16. Kini semua tersimpan di Museum Transportasi Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta.

Apapun opsi yang bakal diambil, pihak Pemkot semestinya segera menentukan sikap dan menyiapkan kelengkapan untuk opsi tersebut. Kecuali opsi ketiga. Apapun pilihannya, segeralah sampaikan ke publik. Karena rencana prestisius buat “meng-heritage-kan” koridoor Kajoe Tangan sejauh ini terkesan “silence (senyap).” Warga Kota Malang tidak cukup tahu detail perencanaannya.

Saya pun juga tak tahu, barangkali lantaran kurang gaul. Janganlah biarkan publik bertanya-tanya, terlebih para pemukim mau para pengguna fasilitas publik Kajoe Tangan. Yang pasti, penemuan kembali rel trem jadul itu,  patut bersyukur karena kondisinya masih cukup baik.  Mesti disambut dengan baik dan bijak pula.

trem-transportasi-massal-modern-di-malang-era-kolonial
Trem melintas di dalam Alu-Alun Merdeka Kota Malang (Foto : Tropen Museum Belanda)

Semonggo, yang berwenang dan para pengampu kebijakan segeralah bersikap dan bertindak. Kami akan menjadi penonton yang baik untuk porsi peran Anda. Semoga apa yang Anda bijaki akan membawa kebaikan dan kefaedahan. Jika pilihannya opsi ketiga, maka bisa jadi muncul komentar “golek penake wae“. He…………he…………. he…………. Nuwun.

 

Sangkaling, 11 November 2020

Griyajar CITRALEKHA