Marx House: Pemondokan Ala Kaum Kiri Oleh: Septian Dwita Kharisma*

Ilustrasi: Dreamstime.com
Iklan terakota

Terakota.id–Sistem pondok/pemondokan tidak hanya diterapkan oleh kalangan Islam, namun. Pondok juga pernah diterapkan oleh kaum kiri di Indonesia yang dikenal sebagai Marx House atau Rumah Marxis sebuah pendidikan Marxisme dengan sistem Pondok/pemondokan.

Marx House didirikan di Madiun dimotori oleh kaum kiri seperti Maruto Darusman dan kelompok Pemuda Sosialis Indonesia (PESINDO) yang saat itu mendominasi percaturan pergerakan pemuda wilayah Madiun hingga Nasional. Menurut David Charles Anderson dalam Kudeta Madiun 1948, “Marx house  di Madiun yang berfungsi sebagai pusat pendidikan dan pelatihan politik bagi golongan kiri”.

Sistem Pemondokan ala Kaum kiri ini dipotret oleh Soe Hok Gie dalam bukunya yang berjudul Orang-orang di Persimpangan kiri Jalan. “Semua Pekerjaan ini memerlukan pelaksanaan yang terlatih karena pada waktu itu pihak kiri merasakan kekurangan yang besar terhadap kader-kadernya.

Secara kecil-kecilan, Pendidikan Marxis dimulai di Madiun dibawah pimpinan Moewaldi dan Abdurachman (eks Nefis dan eks, Letnan laut Belanda) Pendidikan kader-kader Marxis ini kemudian direorganisir secara sitematis dengan diberi pondokan”. Dengan  demikian kegiatan Marx House ini mulai berjalan dan menjaring kader-kader baru.

Marx House memiliki arti penting dalam menumbuhkan kader-kader kiri yang militan dan memiliki daya juang, dalam Marx house para siswa digembleng dengan berbagai materi yang berkenaan dengan teori Marxisme dan Komunisme, Jusdi Kasturi dalam Tulisannya yang berjudul Basis PESINDO Di Madiun, Pertumbuhan dan perkembangannya.

“PESINDO sebagai organisasi pemuda yang bermarkas di Madiun kemudian mengambil inisiatif  untuk mendirikan Marx House,  sebagai pusat studi dan kajian ajaran-ajaran Marxis. Harapan yang dibebankan dalam pendirian Marx House tersebut adalah akan terlahirnya kader-kader muda yang berpandangan Marxis dan untuk kemudian siap di terjunkan di lapangan” tulis Jusdi Kasturi, 1988, Universitas Indonesia.

Seiring berjalannya waktu Marx House banyak diminati oleh para kaum revolusioner di berbagai daerah diluar Madiun. Organisasi PESINDO diberi keuntungan dalam pembentukan Marx House ini.

Pelatihan Marx House mulai dibuka pada Juni 1946 selama 2 bulan. Marx House angkatan pertama menghasilkan sebanyak 136 orang dari berbagai daerah. Sistem pembelajaran dalam marx house berupa ceramah-ceramah, guru-guru di marx house diambil dari tokoh-tokoh Kiri Indonesia atau orang-orang yang punya andil dalam gerakan Revolusioner.

“Guru-guru Marx House hampir semuanya, bekas pelajar dan mahasiswa anggota-anggota PI (Perhimpunan Indonesia) yang pulang dari Belanda sesudah Perang Dunia ke II, beberapa diantaranya mereka yang aku ingat, yaitu Raden Mas Gondho Pranoto, yang sekarang tinggal di Vlaardingen Oost di Belanda, Yusuf Muda Dalam, yang pernah menjadi Menteri dalam “Kabinet 100 Menteri” Sukarno; Djaetun yang kembali di Australia, Maruto Darusman, Dr. Dick Mawaldi yang mengajar Marxisme Leninisme, dan Otto Abdul Rachman,” tulis Fransisca Frangedaej dalam memoarnya “Perempuan Revolusioner”.

“Pelajaran utama yang diberikan kepada kami ialah tentang Marxisme-Leninisme. Sejarah Indonesia diajarkan juga, tapi tidak dengan sebutan “Sejarah Indonesia”. Aku lupa nama persisnya, tapi barangkali lebih tepatnya aku namai saja “Sejarah Gerakan Rakyat” karena dari pelajaran itu kita mendengar kisah-kisah tentang pembrontakan 26 (Pembrontakan PKI tahun 1926), Budi Utomo, ISDV, SI merah dan SI Hijau, PKI, Pembrontakan Kapal Tujuh,, Tanah Pengasingan Digul dan kisah-kisah lain yang semacamnya. Kami juga belajar tentang soal-soal politik Ekonomi,” ucap Fransisca dalam memoarnya “Perempuan Revolusioner”.

Marx House selanjutnya dari Madiun dipindah ke Yogyakarta di Yogyakarta Institusi tersebut membuka angkatan ke dua dan ketiga. Gie Mencatat “sampai April 1947 Marx House telah mencetak 400 Kader dua bulan kemudian dihasilkan lagi 140 kader baru diantaranya 20 orang wanita serta peserta yang datang dari Sumatra dan Sulawesi” dalam Orang-orang di Persimpangan kiri Jalan.

Eksistensi Marx House tidak berjalan lama karena kondisi politik Nasional mengakibatkan internal kelompok kiri mengalami krisis sehingga mempengaruhi keberadaan Marx House “Marx House tidak memuaskan sehingga dibubarkan. Persoalan-persoalan keungan organisasi akhirnya memaksa PESINDO merosot dan berfungsi sebagai partai biasa”. Tulis Gie.

Lembaga Intelektual awal kemerdekaan milik kaum kiri yang pernah menghiasai bingkai revolusi Indonesia akhirnya runtuh akibat situasi dan kondisi Negara awal kemerdekaan dinamis. Marx House telah menjadi warna tersendiri dalam pecaturan ideologi dan politik di Republik ini yang memiliki peran dalam menumbuhkan kader-kader militan dalam sejarah besar bangsa ini.

*Sejarawan, tinggal di Madiun

Pembaca Terakota.id bisa mengirim tulisan reportase, artikel, foto atau video tentang seni, budaya, sejarah dan perjalanan ke email : redaksi@terakota.id. Tulisan yang menarik akan diterbitkan di kanal terasiana.

1 KOMENTAR