
Terakota.ID–Kata Markibong sering kali diucapkan oleh penulis dan pegiat media sosial Denny Siregar dalam kontennya. Markibong singkatan dari “Mari Kita Bongkar”. Ini adalah ajakan dari Denny Siregar agar masyarakat mau berpikir kritis dan bertindak untuk membongkar segala ‘kebusukan’ dan ‘kebohongan’ yang terjadi saat ini.
“Mari Kita Bongkar” bukan dimaksudkan dalam arti merusak, merobohkan, atau mengubah bagian-bagian bangunan. Di Kota Malang semakin hari semakin berkurang bangunan bersejarah dan heritage karena dirobohkan ataupun dirubah bentuk sehingga nilai sejarah dan fisiknya menjadi hilang bahkan musnah.
Seperti kita ketahui bahwa Kayutangan (Jalan Jenderal Basuki Rahmat) disebut sebagai ‘Kawasan Heritage’. Hal ini ditandai dengan diresmikannya Kayutangan sebagai “Ibu Kota Heritage Malang Raya” oleh Wali Kota Malang Sutiaji pada 2019 lalu. Bahkan di dalam kawasan ini terdapat pula “Kampung Heritage Kayutangan”.
Selain itu ada empat bangunan yang telah ditetapkan statusnya sebagai Cagar Budaya pada tahun 2018. Yakni Bangunan Gereja Hati Kudus, Bangunan Bank Commonwealth, Bangunan PLN Kayutangan, dan Bangunan Restoran Oen.
Menyusul pada bulan Mei 2022 ditetapkan lagi Stadsklok Wingkel Complex Lux dan Monumen Chairil Anwar sebagai Cagar Budaya. Keduanya juga berada di Jalan Jenderal Basuki Rahmat atau Kawasan Heritage Kayutangan.
Sedikit menengok ke belakang, pada 1934 dimulai revitalisasi kawasan ini. Perempatan Kajoetanganstraat (Kayutangan/ Jalan Basuki Rahmat), Smeroestraat (Jalan Semeru), dan Riebeeckstraat (Jalan Kahuripan) ditata kembali. Sebagai upaya untuk membuka kawasan hunian baru ke arah barat yang disebut “Bergenbuurt” atau kawasan hunian dengan nama-nama gunung yang sekarang dikenal sebagai kawasan Idjen Boulevard.
Di perempatan ini dibangun “Gedung Kembar” sebagai penanda pintu masuk menuju ke arah kawasan “Bergenbuurt”. Perencanaan kawasan diprakarsai oleh Thomas Karsten yang menjabat sebagai arsitek dan perencana tata kota Malang. Sedangkan bangunannya dirancang dan dibangun Karel Bos yang bertindak sebagai arsitek.
Gedung sebelah selatan awal mula digunakan sebagai toko perhiasan emas bernama Toko Emas ‘Juwelier Tan’. Sempat berpindah tangan beberapa kali dan yang terakhir digunakan oleh Bank Commonwealth cabang Malang. Setelah Bank Commonwealth pindah ke Jalan Jaksa Agung Suprapto, relatif gedung ini sekarang kosong tidak berpenghuni.
Gedung sebelah utara awalnya milik konglomerat pabrik gula berdarah Tionghoa. Kemudian dijual dan menjadi Toko Buku bernama Boekhandel Slutter-C.C.T van Dorp Co. Setelah itu pada tahun 1950-an dibeli oleh warga keturunan India-Pakistan dan berganti nama menjadi Toko Rajabally. Setelah berganti penyewa dan bidang usaha beberapa kali, kemudian gedung ini berganti pemilik dan sekarang menjadi Lavayette Coffee & Eatery.
Dari uraian diatas kita menjadi paham bahwa “Gedung Kembar” ini sangatlah penting nilai historisnya. Bahkan “Gedung Kembar” ini adalah “icon” atau “landmark” bagi kota Malang.
Gedung eks Juwelier Tan statusnya telah ditetapkan sebagai Cagar Budaya pada tahun 2018. Namun sayangnya Gedung eks Rajabally sampai saat ini belum juga ditetapkan sebagai Cagar Budaya. Akibatnya beberapa kali gedung ini mengalami renovasi perubahan bentuk pada beberapa bagian bangunannya. Hal ini sangat mengkhawatirkan bagi keberadaan gedung ini. Sedikit demi sedikit renovasi perubahan bentuk akan menyebabkan banyak perubahan. Dan nantinya jika gedung ini diadakan kajian sudah tidak layak lagi dan tidak masuk kriteria untuk diajukan dan ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya karena nilai keaslian dari bangunan ini sudah tidak memenuhi syarat.
Jika saat ini kita melewati perempatan Rajabally, kita akan melihat adanya aktifitas renovasi pada gedung eks Rajabally ini. Banyak bagian-bagian bangunan yang dirombak dan mengalami perubahan bentuk. Gedung Kembar yang dulunya terlahir ‘kembar identik’ ini sekarang telah tidak sama lagi. Narasi Sejarah Kota Malang Telah Berubah. Bagaimana menjelaskannya pada generasi nanti?
Aaahhh….daripada pusing, mending kita seruput aja kopinya. Keburu dingin. Sedingin perhatian kita pada sejarah dan cagar budaya. Sedingin hawa Kota Malang pada bulan Agustus ini.
Salam Ngopi,

*Presidium Sejarah Jatim