Gabungan organisasi mahasiswa pecinta alam Jember menelusuri Kali Bedadung menggunakan perahu karet, menemukan 120 titik timbulan sampah. (Foto: Hamdi).
Iklan terakota

Terakota.ID--Gabungan organisasi mahasiswapecinta alam (mapala) Jember menelusuri Kali Bedadung menggunakan perahu karet, Ahad, 27 Februari 2022. Mereka menyusuri sungai untuk olahraga arus deras sekaligus menelusuri sampah yang memenuhi badan sungai. Mengawasi sejumlah titik timbulan sampah, di sepanjang aliran Sungai Bedadung.

Timbulan sampah di badan sungai terus meningkat. Pada 2019, terpantau sebanyak 20 timbulan sepanjang jalur jembatan Nuris sampai jembatan Semanggi. Sedangkan tahun lalu ditemukan 75 timbulam sampah yang berukuran sedang 2-5 meter dan 18 timbulan sampah berukuran besar 10-15 meter.

Sedangkan pada penelusuran kali ini ditemukan 120  timbulan sampah yang didominasi ukuran sedang 2-5 meter. Serta beberapa diantaranya berukuran selebar 10-15 meter. Sedangkan sebanyak 253 pohon yang terlilit plastik.

“Penyababnya, masih banyak masyarakat yang membuang sampah ke sungai,” kata perwakilan mahasiswa pecinta alam, Hamdi dalam siaran pers yang diterima Terakota.ID.

Faktor lain, katanya, lantaran pemerintah desa tak berperan mencegah pengurangan timbulan sampah. Serta membiarkan masyarakat membuang sampah ke sungai. Selain itu, permukiman masyarakat yang berada di bantaran sungai kerap membuang sampah ke sungai.

“Dinas Lingkungan Hidup tidak mampu mengatasi permasalahan sampah yang setiap tahun semakin meningkat,” katanya.

Gabungan organisasi mahasiswa pecinta alam Jember menelusuri Kali Bedadung menggunakan perahu karet, menemukan 120 titik timbulan sampah. (Foto: Hamdi).

Mereka melajutkan brand audit sampah yang mendominasi di kali Bedadung. Mereka mendapatkan beragam sampah produk kemasan sachet. Total mereka memeriksa 132 sampah kemasan yang ditemukan di badan sungai. Sampah sachet kemasan ditemukan secara acak.

Kemasan produk Wingsfood mendominasi sebanyak 38 sampah, disusul Unilever 18 sampah, Indofood 13 sampah, dan Mayora 3 sampah. Selebihnya beragam produk kemasan berbagai merek.  “Wingsfood mendominasi sekitar 25,2 persen sampah, kedua Unilever 11,3 persen dan disusul Indofood 9,1 persen,’ ujarnya.

Sedangkan perusahaan atau produsen, tidak tanggap mengolah produk kemasan yang mereka produksi. Saat pengamatan timbulan sampah, katanya, mereka bertanya kepada masyarakat di sekitar tepi sungai Bedadung mengenai pemanfaat sungai, tempat pembuangan sampah, dan pengelolaan sampah di desa.

Mereka mendapatkan penjelasan warga jika hanya warga yang tinggal di perumahan yang menyediakan petugas kebersihan. “Ada tempat pembuangan sampah,” ujar Joko warga Desa Tegal Gede, Kecamatan Sumbersari, Kabupaten Jember.

Kemasan produk Wingsfood mendominasi sampah plastik kemasan sekitar 25,2 persen sampah, kedua Unilever 11,3 persen dan disusul Indofood 9,1 persen. (Foto: Hamdi).

Sedangkan warga yang masih membuang sampah di tepi sungai lantaran minimnya petugas kebersihan desa. Sehingga mereka memilih membakar sampah di tepi sungai Bedadung. Hamdi menyampaikan atas temuan tersebut, mahasiswa pecinta alam meminta agar setiap pemerintah desa menyediakan sarana Tempat Pengolakan Sampah Terpadu (TPST 3R) di setiap desa tepian Kali Bedadung.

Selain itu, menyediakan tempat sampah residu di tepi sungai agar warga tidak membuang sampah ke sungai. Pemerintah Kabupaten Jember perlu menyusun peraturan daerah (Perda) larangan atau pengurangan plastik sekali pakai (tas kresek, sedotan, sachet, botol air minum sekali pakai, styrofoam dan popok).

“Perlu patroli sungai bebas sampah plastik, sesuai amanat Peraturan Pemerintah Nomor 22 tahun 2021 yang mengharuskan sungai bebas sampah plastik,” ujar Hamdi.

Selain itu, memberikan kesempatan masyarakat untuk berperan dalam usaha konservasi Kali Bedadung. Selain itu, Dinas Lingkungan Hidup harus aktif agar timbulan sampah diatasi dengan benar.

Hamdi juga mengusulkan event ekologis untuk mengajak warga setempat agar memiliki atau ownership dan mencintai Kali Bedadung. “Yakni melalui festival perahu Kali Bedadung, konservasi ikan asli Kali Bedadung, lomba memancing, pengembangan ekowisata dan wisata edukasi,” ujarnya.