Malang Surga Perkebunan Kopi pada Masa Hindia Belanda

malang-surga-perkebunan-kopi-pada-masa-hindia-belanda
Perempuan pekerja pemetik kopi di perkebunan kopi di Jawa. (Foto : KITVL).
Iklan terakota

Terakota.idPuluhan perempuan berkebaya dan mengenakan jarik sembari memegang rinjing atau bakul dari anyaman bambu. Mereka tengah sibuk memetik kopi.Juga menggunakan tangga untuk memetik buah kopi yang tinggi. Maklum, tanaman kopi melebihi tinggi para perempuan pemanen kopi. Sementara seorang mandor berkulit putih mengawasi di belakang para pekerja perempuan pemetik kopi. Mengenakan setelan pakaian dan topi polkah khas mandor Belanda berwarna putih.

Seorang fotografer mengabadikan aktivitas panen kopi di sebuah perkebunan kopi di Jawa. Foto hitam putih tersebut menjadi koleksi Koninklijk Instituut voor Taal Land en Volkenkunde (KITVL) Leiden, Belanda. Keterangan foto menjelaskan perempuan pemetik kopi di kebun kopi yang diperkirakan di Jawa. Namun, tak ada keterangan kapan dan di mana persisnya aktivitas di perkebunan kopi tersebut.

Perkebunan kopi di Nusantara terjadi pada periode tanam paksa atau Cultuurstelsel. Komoditas kopi menjadi komoditas primadona dalam perdagangan internasional. Pemerintah kolonial Hindia Belanda membuka perkebunan kopi termasuk Afdeling Malang (Goor, 1986: 35).  Afdeling Malang bukan tempat penting sebelum masuknya ekonomi perkebunan.

Perkebunan kopi dibuka di Afdeling Malang sejak 1832. Lokasi Afdeling Malang strategis, diapit dua barisan pegunungan, yakni pegunungan Arjuna-Kawi di sebelah barat dan Bromo-Semeru di sebelah timur. Kondisi geografis ini sangat menguntungkan karena aktivitas vulkanis gunung berapi membuat lahan menjadi subur.

Saat itu, Afdeling Malang merupakan bagian dari Keresidenan Pasuruan, yang membawahi delapan distrik. Meliputi Penanggungan, Turen, Ngantang, Karanglo, Pakis, Gondanglegi, Sengguruh (Kepanjen), dan Kota Malang.

Afdeling Malang menjadi penghasil kopi terbesar di Provinsi Jawa Timur. Pada 1887-1889, menghasilkan 143.173 pikul kopi. Sedangkan daerah penghasil kopi lain seperti Besuki (Banyuwangi dan Jember) 13.630 pikul, Probolinggo 22.098 pikul, dan Jombang hanya sekitar, 4.332 pikul. Produksi kopi di Afdeling Malang hampir 10 kali lipat dibandingkan Besuki.

Kekayaan alam dan sumber air melimpah meski cuaca kemarau menjadi modal agar hasil produksi kopi di Afdeling Malang menjadi tinggi. Perkebunan kopi di kawasan Malang didominasi jenis Robusta dan juga Arabika dan Liberia (Sardjono, 1954: 6).

malang-surga-perkebunan-kopi-pada-masa-hindia-belanda
Sebuah lori melintas di dalam perkebunan kopi untuk mengangkut hasil panen. (Foto : KITVL).

“Perkembangan sektor perkebunan itu telah menarik orang-orang dari daerah di luar Malang baik dari Jawa Tengah maupun Madura,” tulis Rixvan Afgani dan Sarkawi B. Husain dari Departemen Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Airlangga dalam jurnal Indonesian Historical Studies 2018 berjudul “Manisnya Kopi di Era Liberal: Perkebunan Kopi Afdeling Malang, 1870-1930.”

Berdasar catatan yang dikeluarkan pemerintah kolonial yang tersimpan di Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI), jumlah penduduk pada 1847 di seluruh Afdeling Malang sebanyak 87.990 jiwa. Komposisi penduduk di Afdeling Malang mulai beragam. Jumlah penduduk bumiputera tergolong tinggi dibandingkan dengan kawasan lain pada tahun yang sama.

Terjadi pertambahan penduduk sekitar 3.490 jiwa jika dibandingkan dengan jumlah penduduk pada 1846. Pertambahan penduduk terjadi di Afdeling Malang karena migrasi dan angka kelahiran. Migrasi terutama berasal dari daerah Kediri, Surabaya, dan Pasuruan.

Pembukaan lahan di kawasan distrik Kota Malang, Kepanjen (Sengguruh), dan Gondang Legi juga memicu perpindahan penduduk dari daerah lain ke Malang. Selain itu juga terjadi peningkatan kemakmuran hasil perkembangan industri, perkebunan, dan perdagangan.

Pada 1890, Malang mengalami pertambahan penduduk Eropa 150 persen dari 103 menjadi 284 dan Tionghoa 40 persen semula 465 bertambah menjadi 600 jiwa. Proses migrasi berlangsung terus hingga memasuki abad 20. Di antara lima Afdeling di wilayah Keresidenan Pasuruan, Afdeling Malang menempati rangking tertinggi dalam prosentase pertambahan penduduk dengan jumlah keseluruhan 761.555 penduduk. Diikuti Afdeling Bangil 116.031 orang dan Pasuruan 50.571.

Sedangkan keluarga yang menanam kopi milik perkebunan Belanda di Afdeling Malang berjumlah 37.327 keluarga. Jumlah terbanyak tersebut didukung oleh kondisi lahan yang subur untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. (Kolonial Verslag 1916).

Perubahan penting bagi Afdeling Malang terjadi pada 1914. Terjadi perubahan status Distrik Kota menjadi kotamadya atau gemeente yang dikukuhkan dalam Staatsblad No. 297 tahun 1914 tanggal 25 Maret 1914. Keputusan ini mulai berlaku sejak 1 April 1914.