
Terakota.id—Dalam proses produksi tempe dan tahu menghasilkan beragam limbah, salah satunya kulit ari kedelai. Hanya sebagian perajin tempe dan tahu di sentra perajin tempe dan tahu Desa Tanjungtani, Prambon, Nganjuk yang mengolah dan memanfaatkan kulit ari kedelai. Sebagian besar digunakan menjadi pakan ternak. Kini diolah menjadi abon.
Melihat fenomena tersebut, mahasiswa prodi Pendidikan Biologi, Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) memanfaatkan limbah kulit kedelai menjadi abon. Siti Mariyatul Qibliyah, Hanifa Rizky Rahmawati dan Allifia Nisa’ Cholida tergabung dalam dalam kelompok mendampingi ibu PKK untuk menciptakan kemandirian ekonomi warga desa.
Mereka mendampingi dan memperdayakan para ibu Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) di desa setempat mengolah kulit ari kedelai menjadi abon. “Pendampingan sejak Juni hingga Agustus 2021,” kata koordinator kelompok Siti Mariyatul Qibliyah dalam siaran pers yang diterima Terakota.id.

Kegiatan mahasiswa ini didanai Program Kreatifitas Mahasiswa-Pengabdian Masyarakat dari Direktorat Jendral Perguruan Tinggi sejak Mei 2021. Para ibu PKK menjadi mitra mahasiswa, mereka diajarkan mengolah kulit ari kedelai menjadi abon. Serta mendampingi membuat label produk, distribusi dan uji laboratorium.
Pendampingan dilangsungkan secara daring dan luring. Terutama dalam cara memasarkan produk olahan kuit ari kedelai tersebut. Lantaran, produk olahan tersebut merupakan barang baru di pasaran. Mereka juga mendampingi dalam pembukuan dan manajemen keuangan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).
“Agar UMKM ini mandiri dan bertahan,” katanya. Usaha ini, kata Siti, berdampak positif. Ibu PKK di desa tersebut mendapat pemasukan tetap dan mengembangkan usaha rintisan. Harga produk olahan abon kulit ari kedelai dijual seharga Rp 15 ribu per kemasan.

Jalan, baca dan makan