Pegiat Kampung Adipati Aryo Blitar berziarah di makam Mpu Topeng Reni. (Foto : Dokumen Rumah Budaya Polowijen).
Iklan terakota

Terakota.id–Epos Panji menarik minat pecinta seni Nusantara dan mancanegara. Mereka tertarik mempelajari budaya Panji yang dituturkan secara turun temurun melalui kesenian tradisional. Mulai seni tari, wayang topeng, wayang purwa dan kesenian tradisi lainnya. Epos Panji, tak kalah dengan epos Mahabarata atau Ramayana yang juga menyebar ke seluruh nusantara.

Kampung Budaya Polowijen Kota Malang menjadi salah satu penggerak melestarikan budaya Panji. Penggagas Kampung Budaya Polowijen, Isa Wahyudi alias Ki Demang menyebut topeng malang dengan epos panji menjadi episentrum kebangkitan budaya panji di nusantara. “Polowijen merupakan tempat kelahiran sang Empu topeng Buyut Reni,” ujarnya.

Setiap pekan diselenggarakan pelatihan memahat topeng, dan membatik dengan ciri khas topeng Malang. Termasuk seni tari topeng khas Malangan. Aktivitas ini mencuri sejumlah mahasiswa luar negeri yang mengikuti Culture Study Excange dari kantor urusan Internasional Universitas Muhammadiyah Gresik. Total 10 mahasiwa asing tertarik mempelajari budaya Panji di kampung budaya Polowijen Minggu, 8 Juli 2018.

Kesepuluh mahasiswa berasal dari Thailand,  Vietnam dan Kamboja. Budaya Panji, katanya, telah menyebar ke seluruh Nusantara. Kisah Panji beradabtasi dengan seni budaya masyarakat setempat. Kisah Panji mengandung nilai sejarah, dan pesan moral.

“Cerita Panji memiliki banyak versi dan telah menyebar ke seluruh jazirah Nusantara mulai Jawa, Bali, Kalimantan, Malaysia, Thailand, Kamboja, Myanmar, dan Filipina.”

Kumpulan cerita Panji dituturkan sejak jaman Kerajaan Majapahit. Seiring penyebaran kekuasaan Majapahit cerita Panji menyebar ke berbagai daerah. Cerita Panji, katanya, populer sejak abad ke-13 kemudian menyebar bersamaan dengan kekuasaan Majapahit ke Bali, Lombok, dan Sulawesi Selatan. Cerita itu menyeberang ke Malaysia.

“Di sana namanya hikayat. Kemudian cerita itu sampai ke Thailand, namanya Inao,”

Kesepuluh mahasiswa berkunjung merupakan bagian kegiatan Culture Visit Universitas Muhammadiyah Gresik. Tujuannya mempertemukan kesamaan budaya antar bangsa melalui mahasiswa luar negeri. Salah satunya cerita panji yang dikembangkan Kampung Budaya Polowijen melalui tari topeng.

Mahasiswa asal Thailand, Vietnam dan Kamboja peserta Culture Study Excange Universitas Muhammadiyah Gresik belajar menari. (Foto : Dokumentasi Kampung Budaya Polowijen).

“Mereka bisa mengenal dan memahami cerita Panji yang tetap lestari sampai sekarang,” kata Kepala Kantor Urusan Internasional Universitas Muhammadiyah Gresik Ulfatul Ma’rifah. Pada kesempatan itu, para mahasiswa belajar membatik dan menari topeng Malangan. Mereka antusias mengikuti setiap gerakan tari yang disampaikan pelatih tari.

Mulai tari karakter topeng bapang, sabrang,  jowo dan ragil kuning. Termasuk tari beskalan putri, sebagai tarian asal Malang yang khusus digunakan untuk menyambut tamu. Mereka juga turut nyekar atau berdoa di makam Empu topeng Malang Buyut Reni.

Kisah Kampung Adipati Aryo Blitar

Selain mahasiswa asing, pegiat Kampung Adipati Aryo Blitar juga berkunjung ke Kampung Budaya Polowijen. Tujuannya untuk studi banding dan diskusi mengenai pengembangan kampung budaya. Kampung ini dikenal tujuan wisata reliji di makam Adipati Aryo Blitar. Adipati Aryo Blitar merupakan putra ke tiga Pakubuwono I. Bernama asli G. Sudomo bergelar K.G.P.Ad. Balitar. Gelar lainnya Adipati Nilosuwarno (Adipati Haryo Blitar Ke 1).

Kawasan wisata religi yang terletak di Kelurahan Blitar, Kecamatan Sukorejo disebut sebagai Kampung Adipati Aryo Blitar.  Sebuah kampung yang memliki akar sejarah kuat atas berdirinya Kota dan Kabupaten Blitar.

Pimpinan Kampung Adipati Aryo Blitar, Suraya menjelaskan potensi pengembangan kampong tersebut. Kelurahan Blitar sebagai salah satu kelurahan yang menjadi gudang berkesenian di Kota Blitar.  Lantaran menjamurnya kelompok seni, ada lima kelompok seni jaranan. Masing-masing beranggotakan sekitar 50 orang, tiga kelompok karawitan, satu kelompok campursari dan satu kelompok orkes dangdut.

“Sehingga Kelurahan Blitar menjadi salah satu kelurahan yang paling kuat melestarikan seni tradisi dan budaya di Kota Blitar.”Rombongan antusias mengikuti latihan menari topeng dan mengunjungi situs budaya sumur windu Ken Dedes,  makam Empu Topeng Buyut Reni. Mereka juga melihat proses pembuatan topeng berbahan kayu dan membatik.