
Terakota.id—Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) Wilayah Malang menggelar pelatihan kelas daring Tular Nalar pada Rabu, 3 Maret 2021. Diikuti sebanyak 59 guru di Kota Batu dan Malang mengikuti terdiri atas guru laki-laki 25 dan perempuan 34. Terdiri dari guru MTs dan Madrasah Aliyah di bawah Kemenag Kota Batu. Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Batu Nawawi membuka kelas daring tersebut.
“Acara ini sangat penting. Kita sekarang dihadapkan pada dunia yang berbeda. Persepsi tak hanya di realitas kasat mata tapi juga virtual atau dunia maya,” katanya. Termasuk di media sosial, para guru diharapkan bijak. Untuk menyerap dan mencerna informasi di media sosial dan tak terjebak informasi yang mengandung provokasi, fitnah dan ujaran kebencian.
“Penting dilakukan edukasi agar bijak dalam menyerap dan mencerna media sosial,” katanya. Untuk itu, Nawawi mengajak para guru yang berada di bawah koordinasi Kantor Kemenag Kota Batu untuk mengikuti pelatihan daring yang diselenggarakan Mafindo agar melek media digital. Serta menularkan kepada para siswa.
Fasilitator Tular Nalar Linda Salma Angreani menjelaskan survei per Januari 2021 sebanyak 345,3 juta penduduk menggunakan telepon seluler. Sebanyak 202,6 juta diantaranya pengguna internet dan 170 juta pengguna media sosial aktif. “Rerata menghabiskan 8 jam 52 menit per hari menggunakan internet melalui semua peranglat. Sedangkan televisi 2 jam 52 menit,” katanya.
Sebanyak 93 persen pengguna internet mengakses youtube. Serta lima besar lainnya platform media sosial. Tingginya akses internet ini berdampak positif digunakan untuk silaturahmi, berdakwah, aktualisasi, monitisasi, dan hiburan. Namun juga ada dampak negatif yakni membuat/menyebar kabar bohong atau hoaks.

Microsoft, katanya, melakukan survei mengukur tingkat kesopanan berkomunikasi di dunia maya. Survei dilakukan terhadap 32 negara, hasilnya Indonesia berada di peringkat 29. Terendah di kawaan Asia Pasifik. “Indikatornya ujaran kebencian, perundungan, dan hoaks,” katanya.
Untuk itu, ia mengajak para guru untuk berpikir kritis. Tular nalar mengembangkan kurikulum dengan tiga aspek, tahu, tanggap dan tangguh. Yakni tahu mengembangkan diri dalam literasi digital, tanggap dengan merespon dan menjawab isu terkait dunia literasi digital dan tangguh berkolaborasi dan merangkul semua kalangan berpartisipasi merespon situasi.
“Materi terdiri atas pendidikan daring, berdaya internet, internet dan ruang kelas, internet dan kesehatan, menjadi warga digital, internet dan keluarga, internet damai, internet dan siaga bencana dan internet merangkul sesama,” katanya. Semua materi tersedia di Tularnalar.id, juga tersedia beragam media ajar yang interaktif.
Koordinator Wilayah Mafindo Malang Anandito Birowo menjelaskan Tular Nalar merupakan program yang dikembangkan dan kerjasama Mafindo dengan Maarif Institut, Love Frankie dan Google.org. Kurikulum yang tersedia di Tular Nalar bisa diterapkan dalam pendidikan di sekolah.
“Mulai dengan menentukan tema, menentukan kompetensi, dan bisa diadaptasi dalam RPP (Recana Pelaksanaan Pendidikan),” kata Anandito.

Jalan, baca dan makan