
Terakota.id–Sesepuh Ranupani, Toemari, 93 tahun meninggal, 9 Januari 2021 pukul 16.31 WIB. Kabar Pak Toemari meninggal ramai diperbincangkan di akun media sosial. Termasuk di grup Facebook Sahabat Gimbal Alas, 3676 mdpl.
Trionko Hemanda memposting ulang unggah 30 September 2019 bertulis, “The ranupani couple. Pak tumari dan mak yem.. salah satu pasangan sesepuh di ranupani. Sehat selalu yo pak .. yo mak…” Disertai dua foto Pak Tumari dan Mak Yem, yang berbeda berselang sekitar 10-an tahun.
Lantas sejumlah komentar duka cita berdatangan. Cahyo Wirawan menulis, “sugeng tindak Pak Tumari.”
Sementara Andi Iskandar alias Andi Gondrong di status Facebook menulis kabar kehilangan. Andi merupakan pegiat lingkungan dan pecinta alam. Sering berinteraksi dengan masyarakat Ranupani, Senduro, Lumajang. Terutama saat menjadi Field Manager Japan International Cooperation Agency (JICA) untuk mengatasi Salvinia molesta (kiambang atau kayapu) yang menutup danau Ranupani.
“…Kepergian Sang Legenda Ranupani dan pendakian Semeru…. Banyak belajar dr beliau ttg menyemaikan berbagai biji2an pohon yg ada di sekitar sewaktu melakukan kegiatan restorasi ekosistem 2012-2020 dan info tentang keberadaan Ranu Tompe yg misterius……Setahun lalu masih guyon dgn mbah Tumari dan yg kami perbincangkan adalah nunggu waktu dan giliran dipanggil Sang Pencipta, hari ini njenengan dipanggil duluan, sugeng tindak mbah.”
Andi juga statusnya 21 Juli 2019 lalu. Bertulis,” ……selalu sehat mbah Tumari….Obrolan bertiga siang ini tentang akhir hayat, menunggu giliran aja siapa yg mau dipanggil duluan olehNya…..”
Toemari tinggal di Ranupani dan menjaga kawasan hutan di lereng Gunung Semeru sejak 1965. Bahkan, jauh sebelum dikelola Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BBTNBTS). Pak Tumari dikenal luas di kalangan para mahasiswa pecinta alam yang akan mendaki ke puncak Mahameru.
Para pendaki, biasa makan dan menginap di rumah Toemari. Sedangkan Tumari tak memungut biaya. Atas kebaikannya itu, ia dianggap legenda hidup Semeru. Serta dianggap sebagai orang tua sendiri bagi para pendaki.
Bahkan, aktivis mahasiswa Soe Hok Gie sempat singgah di rumah Pak Toemari sebelum naik ke puncak. Soe Hok Gie merupakan mahasiswa pecinta alam (Mapala) Universitas Indonesia yang meninggal di puncak Semeru karena keracunan.

Jalan, baca dan makan
SESEPUH telah berpulang, terimakasih Pak Tumari atas semua yang pernah engkau contohkan, menggerakan paramuda untuk mencari pengalaman hidup, mengayomi paramuda yang melakukan perjalanan terutama ke Mahameru.
Terpikir ” Trickle down Effect ” untuk Pak Tumari dan keluarga besarnya. Semasa Almarhum masih sugeng, sering saya yang masih mahasiswa berdiskusi untuk membuat pertemuan saya dengan beliau mempunyai tetesan kebawah bagi keluarga besar dan masyarakat sekitar. Dan ada anak – anaknya ( salah satunya bisa menjadi Bidan Desa Untuk wilayah Ranupane ). Terimakasih Pak Tumari atas kesempatannya memberikan tempat berbagi ilmu untuk generasi muda.
SESEPUH telah berpulang, terimakasih Pak Tumari atas semua yang pernah engkau contohkan, menggerakan paramuda untuk mencari pengalaman hidup, mengayomi paramuda yang melakukan perjalanan terutama ke Mahameru.
Terpikir ” Trickle down Effect ” untuk Pak Tumari dan keluarga besarnya. Semasa Almarhum masih sugeng, sering saya yang masih mahasiswa berdiskusi untuk membuat pertemuan saya dengan beliau mempunyai tetesan kebawah bagi keluarga besar dan masyarakat sekitar. Dan ada anak – anaknya ( salah satunya bisa menjadi Bidan Desa Untuk wilayah Ranupane ). Terimakasih Pak Tumari atas kesempatannya memberikan tempat berbagi ilmu untuk generasi muda.