
Oleh : Rika Ayu Perdana*
Terakota.id—Coffee latte panas, tersaji di meja. Biasanya permukaan kopi berhias gambar atau tulisan indah. Rasanya sayang, dan enggak mencecap kopi yang sudah dipesan. Keindahan gambar dan tulisan ini merupakan sebuah karya seni, disebut latte art. “Latte art adalah keindahan. Keindahan dalam kopi,” kata barista Gelas Coffe and Eatery, Sidqon Aqsani, Rabu 24 Februari 2021.
Sidqon mengaku hobi menggambar, bukan menggambar biasa. Bukan kertas atau kanva yang menjadi media menggambar, melainkan kopi. Aneka jenis kopi seperti capucino, capucino latte atau coffee latte.
Latte terbuat dari kopi espresso yang dikombinasikan dengan susu. Susu dipanaskan dengan uap air. Lantas susu dikocok di dalam wadah yang disebut milk jug. Susu dituangkan di atas kopi sesuai hiasan gambar atau tulisan yang diinginkan.
Membuat latte art tidak semudah yang kita lihat. Diperlukan keterampilan dan kesabaran, dalam menghias kopi. Sidqon Aqsani, pemuda asal Indramayu ini mulai belajar latte art sejak 2020. Belajar selama dua bulan di sebuah cafe di Cirebon. Setiap waktu luang, ia selalu menyempatkan belajar agar bisa meng-art kopi.
“Nah, siapa sih yang tak suka menerima secangkir latte apalagi latte art-nya cantik bukan kepalang, ya kan?,” katanya.
Dia tertarik menjadi seorang barista dan latte art sejak menyukai berpetualang dan mendaki gunung. Gunung dan kopi, katanya, tak bisa dilepaskan. Lantaran biji kopi berasal dari tanaman yang tumbuh di pegunungan. “Saya sering menikmati alam sambil menikmati kopi,” katanya. Sehingga ia ingin mendalami seni menyajikan kopi.

Dari secangkir kopi, katanya, ia bisa berimajinasi. Menyatukan kehangatan kopi bersama keindahan alam di pegunungan. Sehingga kopi sebagai teman di alam bebas. “Menyatukan kopi dengan petualangan,” ujarnya.
Untuk tahap dasar, ia baru membuat latte art berbentuk hati dan tulip. Serta tengah mendalami latte art berbentuk angsa. Bagi Sidqon latte art merupakan keindahan, “keindahan dalam kopi sendiri.”
Ia menjelaskan trik seni menghias kopi. Salah satunya proses steamer atau menguapkan susu harus pas. Memperhatikan posisi steam wand, untuk menghasilkan buih susu yang lembut dan posisi steam wand masuk dari corong milk jug, bukan di tepi atau pun di tengah.
Kemudian suhu harus setara, kemudian cara penuangkan juga ada beberapa langkah. Waktu pertama penuangan susu harus turun. Sedangkan saat mulai menggambar, hanya foam atau busa saja yang keluar.
“Jika foam dulu, bakalan gagal. Susu dituangkan dulu. Setelah setengah gelas atau penuh baru mulai menggambar,” katanya. Kini, ia terus ujicoba dan belajar membuat seni latte. Agar bisa menciptakan karya indah di atas kopi.
“Tanpa latte art secangkir hot latte tetap hot latte. Kehadiran latte art bakal menambah sensasi dan keindah di dalam cangkir,” katanya.
Kebiasaan mengombinasi kopi dengan susu sejak lama. Kelahiran latte art memadukan kopi dan susu berasal dari kreasi David Schomer. Seorang pria asal Amerika Serikat yang tergila-gila menciptakan seni di atas kopi pada pertengahan 1980-an.
Hampir bersama waktunya, dengan seorang pria Italia bernama Luigi Lupi. Keduanya yang menciptakan kreasi latte art. Keduanya tercatat sebagai penemu latte art di waktu yang hampir bersamaan.
*Reporter magang Terakota.id dan mahasiswa Pascasarjana Universitas Islam Malang

Merawat Tradisi Menebar Inspirasi