Landmark Kota Malang : Kompleks Pertokoan AVIA dan Stadsklok

landmark-kota-malang-kompleks-pertokoan-avia-dan-satdsklok
Iklan terakota

Terakota.id– Sebuah komplek pertokoan dan menara jam legendaris menjadi tetenger atau landmark Kota Malang sejak zaman Belanda. Lokasinya tepat di pertigaan Jalan Jaksa Agung Suprapto (dahulu bernama Tjelaket Straat), Jalan Jenderal Basuki Rahmat (dahulu bernama Kajoe Tangan Straat) dan Jalan Brigjend Slamet Riadi (dahulu bernama Oro-Oro Dowo), tepat di depan Kantor PT PLN (Persero) Area Malang,

Komplek Pertokoan Avia beralamat di jalan Jaksa Agung Suprapto Nomor 1B, Kelurahan Oro-oro Dowo, Kecamatan Klojen, Kota Malang, Provinsi Jawa Timur, Kode Post 6511. Dahulu merupakan salah satu bagian dari wilayah pusat perniagaan Kota Malang yang membentang dari wilayah utara ke wilayah selatan.

Menurut budayawan/seniman pemilik Restoran Inggil, dan Museum Panji, Dwi Cahyono dalam bukun berjudul “Malang Telusuri dengan Hati”, 2007, halaman 44, menjelaskan komplek pertokoan Avia dahulu diberi nama Wingkel Complex Lux. Komplek ini dibangun sejak 1930-an bersamaan dengan pesatnya perkembangan pertokoan di Kayutangan.

“Toko Semarang, Automobielhandel P. Bouman dan Chevrolet dealer yang berada di dalam komplek pertokoan. Sehingga saat itu membuat pertokoan ini banyak dikunjungi kaum Eropa dari luar Malang. Sekarang toko di sepanjang pertigaan ini dikenal dengan nama “Avia” yang menyediakan berbagai jenis kebutuhan masak memasak dan rumah tangga,” tulis Dwi Cahyono.

landmark-kota-malang-kompleks-pertokoan-avia-dan-satdsklok
Pertokoan Avia dan Stadsklok menjadi tetenger Kota Malang. (Foto : Devan Firmansyah)

Toko tersebut sampai saat ini masih terus digunakan dan beroperasi. Hanya saja bangunan di sebelahnya telah dihancurkn untuk keperluan lahan parkir pengunjung.

Tak jauh di depan toko tersebut, terdapat sebuah menara jam penunjuk arah, penulis Dukut Imam Widodo, dalam buku Malang Tempo Doloe Djilid Doea, 2006, halaman 87 menjelaskan sekilas terkait jam tersebut. Ia menulis dalam artikel berjudul ‘Dari Buk Gludug Hingga Stadsklok.

Stadsklok atawa lonceng kota terletak di ujung utara Kajoetangan dan ujung timur Oro-Oro Dowo. Dari foto-foto lama tahun 1920-an, terlihat bahwa stadsklok itu sudah berdiri. Dugaan saya usia lonceng kota itu sekitar 85 tahun! Luar bisa! Dan, jangan ada gagasan konyol sekecil apa pun untuk menggusur lonceng kota itu. Misalnya saja di lokasi berdirinya lonceng kota itu lantas didirikan tugu! Wis yo Rèk, rumatên aè sing apik, sisa-sisa peninggalan tempo doeloe itu!”, tulis dan pesan Dukut dalam bukunya teresebut.

Sementara itu Dwi Cahyono dalam buku yang sudah disebutkan di atas, pada halaman 44, menjelaskan terkait jam penunjuk arah tersebut: “Seperti tugu di Jogja yang selalu menjadi petunjuk jalan di dalam kota, jam penunjuk arah inipun berperan lebih dari sekedar jam kota dan papan penunjuk arah jalan. Namun obyek tersebut juga berfungsi sebagai landmark kota yang sampai kini tetap berdiri tegak ditengah simpang tiga, jalan Basuki Rachmat, J.A Suprapto dan Brig. Slamet Riadi. Jam penunjuk arah tersebut berbahan baku besi, dicat metalik. Jam ini mempunyai beberapa papan petunjuk arah: 4 kearah Barat, 4 kearah Utara dan 4 kearah Selatan. Bentuk tembus pandang besi penyangga serta dilindungi oleh taman pembatas seperti ini seharusnya ditiru para biro iklan sekarang yang hanya mementingkan besarnya ukuran papan iklan, karena selain tidak mengganggu pandangan pengendara, terlihat 360 derajat saat memutar di roundabout yang padat kendaraan seperti sekarang ini. Desain itu mengurangi bahaya saat musim hujan atau angin. Untuk memperkuat citra Malang Kota Pariwisata, lonceng kota ini patut dipertahankan mskipun tida dapat menyumbangkan anggaran seperti yang disumbangkan papan iklan”, tutur Dwi dalam bukunya.

 

Tinggalkan Komentar

Silakan tulis komentar anda
Silakan tulis nama anda di sini