Terakota.id–Memasuki Jalan Juanda RT 8 RW 1 Kelurahan Polehan Blimbing Kota Malang Anda akan disambut tulisan “Kampung lampion”. Saat menginjakkan kaki, terlihat kesibukan perajin lampion. Sejumlah pemuda terlihat merangkai kerangka lampion, menempel kain hingga menghias lampion. Aktivitas perajin lampion terlihat sejak pagi, aneka jenis lampion berjejer di pajang di rumah produksi lampion. Dari rumah ini, usaha lampion bernama Cempaka Lampion ini berkreasi.
Lampion kreasi warga Polehan ini telah menembus pasar ekspor. Meliputi Prancis, Inggris, Belanda dan Jerman. Selain itu, lampion telah tersebar di seluruh penjuru nusantara mulai dari Surabaya, Jakarta, Palu, Palembang, dan Samarinda. Ahmad Samsudin memulai usaha kerajinan lampion sejak 10 tahun silam.
“Awalnya bekerja ke pak Anas di Bali,” katanya. Setelah setahun bekerja, usaha lampion gulung tikar setelah pemilik usaha Anas meninggal. Lantas, Ahmad balik ke Malang dan merintis usaha secara mandiri di rumahnya. Ahmad memulai usaha kerajinan lampion dengan modal kerja keras dan doa. “Saya tak pernah menghitung jumlah modal, hanya kecil cukup untuk membeli bahan baku,” katanya.
Sendirian ia memproduksi dan menjual lampion skala kecil di Malang. Ia pun menjajakan lampion di tepi jalan dan pasar pagi di Stadion Gajayana Malang. Meski mengawasi produksi kecil, lambat laun lampion produksinya dikenal masyarakat. Dari mulut ke mulut usahanya pun berkembang, tak hanya dipasarkan di Malang sejumlah pelanggan berdatangan dari Surabaya dan Jakarta.
Pesanan pun terus meluas hingga ke Palu, Palembang, dan Samarinda. Sejak tiga tahun lalu ia membangun situs online. Berisi foto aneka jenis lampion kreasinya serta pemesanan secara online. Tak disangka pemasaran melalui internet menarik pelanggan baru dari luar negeri. Terakhir, sebulan lalu ia mendapat pesanan dari Liverpool Inggris sebanyak 2 ribu
buah.
Awalnya, ia menerima pesanan sebanyak 4 ribu buah. Namun Ahmad tak sanggup mengerjakan dalam tempo lampion pesanan dari Liverpool selama sebulan. Selain menjaga kualitas, ia juga harus memenuhi pesanan dari pelanggan lama yang memesan lampion secara terus menerus. Pesanan dari Liverpool diterima melalui surat elektronik, setelah seluruh barang terkirim pelanggan langsung membayar tagihan.
Khusus ekspor harga lampion dipatok Rp 67 ribu per buah. Sedangkan harga lokal standar berbentuk bola berdiameter 30 centimeter dijual seharga Rp 10 ribuan. Kualitas dan bahan baku menjadi alasan harga lampion berbeda. Harga lampion juga disesuaikan dengan ukuran dan kreasi, bahkan untuk kreasi khusus seperti lampion berdiameter tiga meter dibanderol seharga Rp 5 juta.
Pemesan lampion dari Liverpool mengirim desain sendiri. Lampion bergambar kuda serta logo sebuah perusahaan minuman beralkohol. Ekspor lampion ke negara lain di Eropa terus terbuka ia juga mengirim lampion ke Belanda dan Prancis masing-masing sebanyak 500 buah. Lampion dikirim melalui jasa pengiriman barang melalui Jakarta. Dikirim bertahap setiap 500 buah.
Sejauh ini, katanya, pelanggan mengaku puas tak ada keluhan dari pelangggan. Puncak order lampion dimulai sejak dua bulan sebelum Imlek. Selain Imlek lampon juga ramai dipesan menjelang perayaan Idul Adha. Bahkan, saat pesanan melonjak Ahmad sering menolak pesanan.Produksi lampion pun terus melonjak dengan mempekerjakan tujuh orang.
Setiap hari mampu memproduksi 200 an lampion. Jakarta dan Surabaya pesan secara terus menerus setiap pekan 500 buah. Bahan baku rangka terbuat dari rotan atau bambu sedangkan kain atau kertas. Aneka jenis model kreasi lampion mulai berbentuk bola, kapsul, oval, lisus (twist), labu dan kotak.
Ia terus berinovasi menciptakan bentuk baru. Kreasi bentuk disesuaikan dengan keinginan pelanggan. Sejumlah kreasi baru lampion seperti berbentuk kotak khas Jepang, bola tumpuk yang menjadi andalan karena sulit ditiru. Namun, bentuk bola dan oval yang paling laris.
Selain desain dari kreasi sendiri, sejumlah pelanggan membawa desain sendiri. Inovasi selain bentuk juga berupa desain warna dan hiasan kain lampion. Tak hanya kain polos warna warni, kadang di atas kain dilukis aneka rupa bunga seperti gambar bunga sakura, mawar, bambu, atau ikan koi.
Kreasi lampion Ahmad tak diragukan. Ia telah tiga kali berturut turut menyabet juara dalam lomba lampion yang diselenggarakan Pemerintah Kota Malang. Bahkan ia juga menjuarai lomba lampion di Surabaya beberapa tahun lalu. “Bentuk disesuikan tema lomba,” katanya.
Urusan modal tak menjadi penghalang, Ahmad mengumpulkan sedikit demi sedikit dari keuntungan penjualan lampion. Ia menolak sejumlah kredit yang ditawarkan perbankan. Alasannya, ia khawatir tak mampu mengangsur kredit. Bahkan kredit lunak juga berdatangan dari pemerintah yang disalurkan melalui Kelurahan setempat.
Sedangkan bantuan dari pemerintah berupa promosi pemasaran lampion. Ia sempat mengikuti sebuah pameran di Jakarta dua tahun lalu. Hasilnya, pameran tersebut mendatangkan pelanggan lain dari berbagai daerah di nusantara. Namun, ia mengaku situs online lebih efektf untuk memasarkan.
Selain pasar terbuka luas hingga luar negeri juga ia tak harus beranjak dari rumah. Cukup dikendalikan dari komputer di rumah melalui situs internet maupun jejaring sosial. Sedangkan untuk menghadapi persaingan usaha lampion, ia tetap menjaga kualitas dan berinovasi model lampion yang berbeda. “Harga dan kualitas harus terjaga,” katanya.
Seorang pelanggan asal Jakarta, Indra mengaku puas dengan hasil produksi lampion Ahmad. Kualitas dan desain menarik menjadi alasannya memilih lampion dari Malang. Indra bukan sembarang pelanggan, ia juga memproduksi lampion di Jakarta dan Tangerang. Namun, menjelang Imlek pesanan melonjak sehingga ia tak mampu memenuhi pesanan.
“Saya pesan ke Ahmad karena kualitasnya sesuai standar produksi lampion yang saya produksi,” katanya. Lampion pesanannya itu, katanya, akan dipasarkan ke sejumlah daerah di nusantara. Ia mengetahui lampion kreasi Ahmad dari situs internet.
Jalan, baca dan makan