Kritik Sambil Ngakak di Pameran Kartun Antikorupsi
Terakota.id–Kota Malang memiliki sejarah panjang mengenai perkembangan kartikatur di tanah air. Ketua Paguyuban Kartunis Yogyakarta (PAKYO) Dhany Valiandra mengakui jika pada 1985 iklim seni karikatur berkembang pesat. Apalagi, saat itu ada sebuah koran terbitan Kota Malang Suara Indonesia (SI) menampung karya para kartunis di Kota Malang.
“Dulu banyak kartunis yang menyampaikan gagasan dan kritik melalui koran SI,” katanya di Balai Kota Malang, Senin 1 Oktober 2018. Bahkan saat itu, kartunis berkumpul dalam sebuah forum bernama Ngalam Kartunis Network (Ngakak). Sampai saat ini, tak ada kartunis yang tampil di pentas nasional.
Namun, seiring dengan perkembangan Koran SI yang redup dan diambil alih Jawa Pos berpindah ke Surabaya. Perkembangan seni karikatur meredup, kartunis mulai jarang terlihat eksistensinya. Dhany yang asli Kepanjen ini mengaku prihatin dengan kondisi Kota Malang yang didera kasus korupsi. Melibatkan pejabat birokrasi dan legislatif.
Merespon kasus itu, ia menggagas sebuah pameran kartun antikorupsi menggandeng komunitas kartunis Jakarta, Yogyakarta dan Malang. Namun, khusus untuk Malang belum banyak seniman yang terlibat. Ia berharap pameran yang berlangsung di Balai Kota Malang mulai 2-4 Oktober 2018 bisa melecut kartunis Kota Malang tampil di depan publik.
Ia berharap pameran ini bisa menggugah kartunis Malang untuk berkumpul dan berserikat. Termasuk mendata kartunis yang kerap menyampaikan kritik melalui kartun. Dhany yang juga putra komikus Teguh Santosa ini menilai Malang memiliki potensi dan kreatifitas.
“Pameran di galeri sudah biasa. Ini lokasi pameran sudah tepat di Balai Kota Malang,” katanya. Kritik yang disampaikan kartunis, katanya, memiliki kekuatan besar. Lantaran obyek yang dikritik tak marah tetapi kadang tertawa. Kritik dengan senyuman.
“Merespons fenomena sosial, menyampaikan kritik bisa dilakukan di depan meja gambar,” ujarnya. Kritik, katanya, tak harus formal tetapi tetap elegan. Kritik melalui kartun juga memiliki daya besar untuk menguatkan nyali. Kartunis juga bersikap independen dalam menyampaikan kritik, tak ada tekanan maupun pesanan dari pihak manapun.
Pameran kartun antikorupsi ini, kata Dhany, merupakan sebuah sejarah. Pameran kartun di pusat pemerintahan dan menyampaikan kritik langsung. Ia berharap pameran ini juga sekaligus mendidik masyarakat Kota Malang untuk mengolah rasa dan membuka mata visual.
“Ranah kartunal luas, menertawakan pejabat korup,” ujarnya. Dhany mengaku jika posisi kartunis strategis menyampaikan kritik. Bahkan di Yogyakarta, komunitas kartunis PAKYO mendapat dana hibah kepada Pemerintah Provinsi DKI Yogyakarta. Namun, diberi kebebasan untuk menyampaikan kritik dan pameran di pusat perbelanjaan dan ruang publik lain.
Ketua panitia pameran, Wirastho mengaku jika gagasan pameran karikatur antikorupsi ada sejak setahun lalu. Namun, ia mengaku malu dengan kasus korupsi tersebut sehingga tak langsung bergerak. Awalnya pameran bakal dilangsungkan di gedung Dewan Perwakilan Rakyat Kota Malang.
“Tapi sekretariat DPRD Kota Malang meminta acara mundur, akhirnya dipindah ke Balai Kota Malang,” ujarnya. Setelah gagasan pameran dilangsungkan, dukungan dari kartunis terus mengalir. Sehingga terkumpul 200 an karya dari 70 kartunis yang berasal dari Malang, Yogyakarta dan Jakarta.
Termasuk kartunis yang biasa mengisi rubrik kartun di Kompas dan Jawa Pos. Dengan pameran ini, ia berharap semua pejabat publik untuk terketuk hatinya dan jera atau tak mengulangi perilaku koruptif. Tindak pidana korupsi, kata Wirastho yang akrab disapa Sawir, telah merugikan rakyat.
Pameran diselenggarakan bersama Malang Corruption Watch (MCW), Cangkir Laras, Terakota.id, Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Malang, DKV Universitas Negeri Malang, Patembayan Citra Lekha, Fey Art, Komunitas Kalimetro, dan Kampung Cempluk.
Pameran dibuka dengan Diskusi Antikorupsi menghadirkan Wakil Ketua KPK Saut Situmorang, Wali Kota Malang Sutiaji, Wakil Ketua DPRD Kota Malang Abdurrahman, Koordinator Badan Pekerja MCW Fachrudin Ardiansyah, dan kartunis Jan Praba.
Juga diselingi dengan orasi budaya, musik akustik, menonton bareng film antikorupsi, ngobrol bareng KPK, pendidikan antikorupsi dan ngartun bareng dhany Valiandra.
Jalan, baca dan makan
[…] Kritik Sambil Ngakak di Pameran Kartun Antikorupsi […]