
Terakota.id—Penyair eropa Konstantin Biebl lahir di Desa Slavětín di dalam sebuah rumah yang tua pada 26 Februari 1898. Bapaknya seorang dokter gigi yang manyukai semua yang berasal dari negara tropis dan memelihara burung-burung dan monyet dari Jawa, hewan piaraan itu tidak lazim di Eropa pada masa itu. Ibu Biebl seorang wanita menyukai sastra dan seni. Sebelum tidur dia membacakan puisi atau cerita kepada anak-anaknya.
Pada masa anak-anak, Biebl menyukai gambar-gambar dari buku terkenal Brehmův život zvířat (Kehidupan Binatang Brehm). Ia pun berimajinasi tentang negara tropis dari buku tersebut. Ketika Biebl dewasa, ia dipengaruhi orang tua dan pamannya yang seorang penyair. Pada akhirnya kelak, Biebl tumbuh menjadi seorang penyair terkemuka Ceko yang tertarik akan hal-hal tropis.
Biebl adalah salah satu penyair terkemuka di Cekoslovakia antara tahun 1920 hingga 1930-an. Negara Cekoslovakia eksis pada 1918 hingga 1991. Setelah itu, negara pecah menjadi Republik Ceko dan Slovakia. Puisi lirik Biebl kebanyakan bertema tentang kampung halaman di Slavětín yang ia cintai. Tentang pengalaman Perang Dunia pertama yang ia harus ikuti, dan puisi terkait isu-isu sosial. Berkat perjalanannya ke Jawa pada 1926 hingga 1927, karya-karyanya turut memperkaya sastra Ceko dengan tema-tema tropis dari Indonesia, khususnya Jawa. Biebl meninggal pada 12 November 1951.
Perjalanan Sang Penyair ke Jawa
Suatu hari Biebl bertemu seorang wanita yang bernama Olga Trnečková yang mempunyai saudara di Semarang. Dia menawarkan Biebl berjalan bersama-sama ke Jawa. Mereka berangkat dari Eropa pada akhir Oktober 1926. Dari Kota Praha, ibukota Cekoslovakia, mereka naik kereta api ke Pelabuhan Genoa di Italia. Selanjutnya, dari Genoa sampai ke Batavia (Jakarta) perjalanan dilanjutkan dengan kapal laut dan berlangsung selama satu bulan.
Suatu perjalanan yang jauh dan tentu sangat mahal pada masa itu. Sebelum berangkat, Biebl berjanji akan menulis artikel-artikel dengan foto-foto Jawa untuk surat kabar Lidové Noviny. Sehingga ia bisa mendapatkan dana untuk perjalanan dan pengembaraannya.
Biebl tiba di negeri Hindia-Belanda pada awal Desember 1926 dan tinggal di Batavia beberapa hari. Dari Batavia melanjutkan perjalanan dengan kereta api ke Semarang dan tinggal di rumah seorang dokter Ceko bernama Alois Kselík.
Menurut Michala Tomanova (Mika), mahasiswa Darmasiswa (program beasiswa Kementerian Pendidikan bagi mahasiswa asing untuk mempelajari bahasa dan budaya Indonesia tahun 2013-2014). Biebl kemungkinan tinggal di daerah Kota Lama sekarang pada seorang Ceko yang berprofesi sebagai dokter. Dalam penelusuran Mika, Alois Kselík kemungkinan tinggal di daerah Kota Lama.
Bersama Alois Kselík, Biebl bisa berjalan-jalan di beberapa tempat di Jawa. Antara lain ke Candi Prambanan, Candi Borobudur, Kota Solo, Kota Yogyakarta, dan Pegunungan Dieng. Ia kemudian mengunjungi Surabaya dan Bondowoso. Biebl tinggal di Jawa selama enam minggu. Sebenarnya ia ingin tinggal lebih lama, tetapi harus segera pulang karena ada pemberontakan di Jawa.
Selama di Jawa, Biebl berbicara dengan orang-orang lokal tentang kehidupan mereka, tradisi, dan kebudayaan Jawa. Sebagai bagian dari informan dalam menggali informasi, ia banyak bertanya pada dua orang laki-laki Jawa yang ia catat sebagai Riso yang tua dan Paviro yang muda.
Mereka bercerita kepada Biebl tentang kebudayaan dan kepercayaan Jawa, misalnya tentang hantu-hantu yang dipercaya oleh orang Jawa. Momo yang terlihat seperti anjing besar yang hitam dan tinggal di dalam pohon beringin atau Wewe yang menculik anak-anak. Biebl juga tertarik dengan makanan Jawa dan upacara selamatan orang-orang Jawa.
Biebl tampak kagum akan semua yang ia lihat, dengar, dan alami dalam perjalanannya ke Pulau Jawa. Ia membawa banyak hal dari Jawa saat kembali ke Ceko (Eropa) yang kelak menjadi warisan seni dan budaya di negaranya. Tidak hanya foto-foto dan oleh-oleh (wayang kulit, batik, rempah-rempah, dan lain-lain untuk teman-temannya), melainkan juga inspirasi atas karya puisi-puisinya yang terkenal indah dan banyak menyita perhatian masyarakat di negaranya.
Saya harus naik ke gunung-gunung ini
sampai ke tempat seperti gigi berlubang
yang terdapat kapas putih saja
di sana Bromo mengguncang didalam jiwa saya.
Serta Merapi
Kelud dan Sindoro
Setelah sesuatu menggetar di dalam saya
cinta baru yang saya belum kenal.
Di atas adalah sebagian puisi Předzpěv k básni Slametan (Kata pengantar puisi panjang Slametan, 1928). Biebl tidak menyelesaikan penulisan puisi tersebut.
Biebl pulang ke Cekoslovakia pada akhir Januari 1927 dan mulai menulis tentang perjalanannya ke Pulau Jawa. Dalam salah surat kepada temannya ia menulis, “Saya harus memanaskan suhu ruangan di rumah dengan suhu yang tinggi karena di hawa panas saya bisa menulis tentang Jawa lebih baik.“ Biebl melihat Jawa adalah pulau yang mempunyai alam dan pemandangan indah.
Jawa adalah pulau yang sangat kaya, tetapi orang-orang Jawa sangat miskin dan menderita. Mereka adalah para petani dan nelayan miskin, atau pekerja-pekerja perkebunan yang hidup dalam kesulitan. Biebl menyebut orang-orang Belanda sebagai “mata duitan” dan tidak memiliki kepedulian akan nasib orang-orang lokal dan kebudayaan mereka. Biebl adalah penyair yang sangat “rapuh hatinya” sehingga ia mengkritik sikap orang-orang Belanda dan penjajahan Belanda atas orang-orang Jawa.
Sumber:
Biebl, Konstantin. 1951. Bez obav. Praha: Československý spisovatel.
_____________. 1954. Dílo V. Praha: Československý spisovatel.
_____________ . 1988. Modré stíny pod zlatými stromy. Jaromír Pelc, ed. Praha: Československý spisovatel.
______________. 2001. Cesta na Jávu. Jakub Sedláček, ed. Praha: Labyrint.
Oplt, Miroslav. 1957. Indonesia dalam kesusasteraan Tjeko. Jogjakarta: Universitas Gadjah Mada.
______________. 1989. Hledání Indonesie. Praha: Panorama.
Tomanová, Michala. 2014. Jawa di Mata Orang Ceko. Semarang: Tugas akhir Mahasiswa Darmasiswa FIB Undip.

Penulis adalah dosen dan peneliti pada Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Diponegoro (Undip) Semarang