Konstanstin Biebl : Wangi Bunga di Tanah Jawa

Konstantin Biebl, Toyen, Vladislav Vančura, Marie Bieblová, Vítězslav Nezval. (Foto : http://j-lo-mour.blogspot.com).
Iklan terakota

Terakota.idKonstantin Biebl adalah salah satu penyair terkemuka di Cekoslovakia antara 1920 hingga 1930-an. Puisi lirik Biebl umumnya bertema kampung halaman di Slavětín yang ia cintai, kisah Perang Dunia pertama yang harus diikuti, dan puisi terkait masalah sosial. Berkat perjalanannya ke Jawa pada 1926 hingga 1927, karya-karyanya turut memperkaya sastra Ceko dengan tema-tema tropis dari Indonesia, khususnya Pulau Jawa.

Biebl tiba di Hindia-Belanda pada awal Desember 1926 dan tinggal di Batavia beberapa hari. Dari Batavia melanjutkan perjalanan dengan kereta api ke Semarang dan tinggal di rumah seorang dokter Ceko bernama Alois Kselík. Alois Kselík kemungkinan tinggal di daerah Kota Lama. Bersama Alois Kselík, Biebl berjalan-jalan ke beberapa tempat di Jawa, di antaranya ke Candi Prambanan, Candi Borobudur, Kota Solo, Kota Yogyakarta, dan Pegunungan Dieng. Ia juga sempat mengunjungi Surabaya dan Bondowoso.

Selama tinggal di Jawa, Biebl mengambil banyak foto. Pada siang hari ia mengambil gambar dan pada malam mencuci film. Beberapa foto dari fotografer lain juga diterima atau dibelinya, sayang ada banyak foto yang juga sudah hilang. Beberapa di antaranya diterbitkan Biebl pada 1927 di surat kabar Domov a Svět (Halaman Rumah dan Dunia) seperti laporan foto dari Jawa. Menurut, Michala Tomanova (Mika) – mahasiswa Darmasiswa (program beasiswa Kementerian Pendidikan bagi mahasiswa asing untuk mempelajari bahasa dan budaya Indonesia tahun 2013-2014) – foto-foto Biebl lama tentang Jawa di arsip Ceko ada sebanyak 131 buah.

Dari foto-foto tersebut, Mika berusaha melihat tempat-tempat yang dahulu Biebl kunjungi dan melihat keadaan sekarang setelah hampir satu abad. Namun, hal yang tidak kalah penting, Biebl pada masa itu telah menunjukkan hal-ikhwal dan informasi tentang Jawa (yang pada masa itu masih sangat jauh) kepada orang-orang Ceko. Hal-ikhwal bagaimana keadaan Jawa pada kisaran awal abad ke-20.

Tentang keindahan alamnya, kehidupan orang-orangnya, dan kebudayaan Jawa yang banyak perbedaan dengan Eropa. Hal ini bisa dilihat dari foto upacara Satu Sura di Keraton Solo, Karapan Sapi di Bondowoso (daerah tapal kuda di Jawa Timur yang lekat dengan budaya Madura), dan sabung ayam di beberapa tempat di Jawa.

Dari perjalanannya ke Jawa, Biebl juga membawa dua buku catatan yang berisi beberapa frasa berbahasa Melayu (saat itu menjadi lingua franca di Hindia Belanda dan menjadi bahasa penting selain bahasa Belanda). Biebl juga menulis catatan tentang kebudayaan Jawa dan sejarah Jawa. Beberapa catatan tersebut berbentuk puisi atau prosa, dan beberapa kata Jawa seperti nama orang di Jawa, nama buah, nama tempat, dan lain-lain.

Karena orang-orang di Ceko tidak mengerti kata bahasa Melayu, puisi-puisi Biebl tersebut akhirnya membangun imajinasi pembaca tentang negara tropis. Biebl akhirnya mendapat gelar penyair “exotism.“ Biebl juga menulis buku-buku puisi tentang Jawa dalam bahasa Ceko, yang terkenal di antaranya S lodí jež dováží čaj a kávu (Dengan Kapal yang Membawa Teh dan Kopi, 1927) dan puisi panjang berjudul Nový Ikaros (Ikaros yang Baru, 1929).

Biebl juga menulis prosa lirik. Karya Biebl yang berjudul Plancius (1931) bercerita tentang perjalanan Biebl dengan Kapal Plancius dari Singapura ke Batavia bersama orang-orang Belanda. Orang-orang Belanda tersebut dilukiskannya sebagai orang tidak tahu kata “terimakasih“ kepada orang-orang Jawa. Karya lain yang berjudul Cestana Jávu (Perjalanan ke Jawa, diterbitkan setelah Biebl wafat pada 1958) tentang perjalanan dengan kapal dan tentang Jawa.

Dokumen dan naskah Biebl tentang Jawa sangat berguna bagi orang-orang Ceko. Berkat Biebl, sastra Ceko mempunyai puisi dan prosa unik karena melukiskan tentang “Jawa sebagai negeri yang jauh dan imajinatif” pada masa itu. Biebl ingin menulis buku lengkap tentang Jawa yang semestinya “lebih menggambarkan suasana tanah Jawa, lebih tepatnya wangi bunga daripada tumbuhan“ sebagaimana ia menulis di surat kepada temannya pada tahun 1929.

Sayang, ia tidak menyelesaikan buku tersebut. Namun, dari buku-buku Biebl, para pembaca di Ceko bisa mencium wangi melati, aroma teh, dan kopi Jawa. Para pembaca juga serasa mendengar suara hutan tropis, hujan deras, atau suara tokek yang disebutnya “kadal yang bisa berbicara“.

Dari tulisan Biebl, para pembaca di Ceko juga bisa merasakan seperti apa meriahnya upacara tradisi pemakaman Cina. Juga tulisan yang mengisahkan suasana aneh itu di ruang kantor pemeriksaan di daerah Wonosobo karena Biebl dicurigai sebagai pemberontak. Bagi Biebl, segala sesuatu yang ada di Jawa merupakan hal yang luar biasa. Bahkan seekor cicak, pohon kelapa, atau sawah yang bagi orang Jawa merupakan sesuatu hal yang sangat biasa saja. Salah satu puisi Biebl tentang Jawa adalah puisi berikut.

Puteri Jawa

Setiap pagi mereka pergi ke peken menjual nenas

supaya mempunyai tangan yang wangi ketika

mereka akan menyisir rambut

pada malam hari.

Ketika mereka melarutkan rambut

nasib semua puteri Jawa

menduduki tenang di depan pondok

melihat laut dengan sisir ke

belakang.

(Javanky. Puteri Jawa, 1927 dalam Makalah Michala Tomanova).

 

Sumber:

Biebl, Konstantin. 1951. Bez obav. Praha: Československý spisovatel.

 _____________. 1954. Dílo V. Praha: Československý spisovatel.

_____________ . 1988. Modré stíny pod zlatými stromy. Jaromír Pelc, ed. Praha: Československý spisovatel.

______________. 2001. Cesta na Jávu. Jakub Sedláček, ed. Praha: Labyrint.

Oplt, Miroslav. 1957. Indonesia dalam kesusasteraan Tjeko. Jogjakarta: Universitas Gadjah Mada.

______________. 1989. Hledání Indonesie. Praha: Panorama.

Tomanová, Michala. 2014. Jawa di Mata Orang Ceko. Semarang: Tugas akhir Mahasiswa Darmasiswa FIB Undip.