Oleh : Miri Pariyas*
Terakota.id—Penemuan kertas menjadi salah satu satu inovasi terpenting dalam perkembangan pengetahuan. Sehingga berbagi ilmu pengetahuan yang terdokumentasikan hingga disebarluaskan ke penjuru dunia. Walaupun, hari ini posisi kertas seakan terancam oleh perkembangan digital, namun yang harus dipahami bahwa perkembangan digital yang dilakukan oleh para ahli sangat erat kaitannya dengan peranan kertas itu sendiri.
Sebelum ditemukan kertas, nenek moyang terdahalu menggunakan tembok atau batu untuk menuliskan pesan dan informasi. Lalu mulai perkembang dengan menggunakan tumbuhan ada pula yang menulisnya di atas lembaran kulit binatang, pecahan bambu yang dijahit hingga menggunakan sutra.
Untuk menggambarkan pengetahuan secara utuh, maka menjelajahi Sumeria di masa lalu, Kota Sumeria telah ada sejak 4100 Sebelum Masehi (SM). Para ahli menyebut Sumeria merupakan bangsa yang memberikan sumbangsih terhadap sejarah dunia terutama dalam bidang pengetahuan.
Misalnya, pengetahuan terhadap huruf – huruf paku, bangsa Sumeria mahir dalam menulis dan membaca huruf – huruf tersebut. Dinamakan huruf paku karena bentuknya mirip dengan paku selain itu jenisnya mencapai 350 buah. Bangsa Sumeria menulisnya di atas tanah liat atau disebut dengan table.
Proses pembuatan table berdasarkan dengan perkembangan pengetahuan dan pengalaman yang ada pada bangsa tersebut. Diawali dengan menulis huruf paku di atas tanah liat yang basah, kemudian dibakar. Proses pembakaran dilakukan agar tulisan di atas tanah liat tidak lekas luntur atau dapat dikatakan abadi.
Table tersebut memuat informasi tentang keilmuan dalam bidang astronomi, matematika, obat – obatan, kepercayaan yang dianut oleh bangsa Sumeria hingga hukum dan undang – undang yang berlaku untuk mengatur kerajaan yang dinamai Codex Hammurabi. Table yang terkumpul di Sumeria mencapai sekitar 100.000 tablet. Sebelum kota tersebut musnah disebabkan ekspansi yang dilakukan negara lain. Ekspansi tersebut menyebabkan kekayaan pengetahuanpun hancur dan hanya menyisihkan pecahan table saja.
Mesir Kuno dan Papyrus
Pusaran sejarah mengatakan bahwa ada dua bangsa yang menyumbang perkembangan pengetahuan yaitu Sumeria (Musopatamia) dan Mesir Kuno. Perlu dipahami bahwa perkembangan pengetahuan di bangsa ini sangat erat kaitannya dengan kekuasan Ramses II. Dapat dikatakan bahwa Ramses II sebagai raja yang pertama kali mendirikan perpustakaan atau lebih dikenal dengan Ramesseum yang semua koleksianya adalah Papyrus.
Papyrus semacam kertas yang berasal dari tanaman Cyperus papyrus. Cara membuatnya tanaman papyrus dipotong kemudian kulitnya dikupas dan intinya diiris/disayat tipis – tipis. Tulisan di atas papyrus disebut tulisan Hieroglyph.
Papyrus mengalami perkembangan yang begitu pesat dibuktikan dengan adanya persebaran papyrus ke wilayah Yunani. Di bagian wilayah Yunani papyrus lebih dikenal degan Papyrus Dervani. Ada yang menyebut papyrus memuat dua bahasa yaitu yunani dan mesir.
Kebudayaan romawi sangat berkaitan dengan kebudayaan Yunani. Tak heran, jika literatur di perpustakaan banyak berasal dari Yunani. Selain itu, perkembangan perpustakaan di Roma sangat erat dengan perkembangan buku. Bermuara dari anjuran Jalius Caesar agar perpustakaan terbuka untuk umum hingga perpustakaan tersebut tersebar ke seluruh wilayah romawi.
Pada masa ini, munculah bentuk buku baru yakni codex sebagai penganti papyrus. Condex merupakan kumpulan perkamen (kertas yang berasal dari kuit binatang) diikat dan dijilid menjadi satu seperti buku.
Penemuan Kertas di China
Perkembangan kertas di China merupakan perkembangan tersohor pada saat itu. China merupakan Negara yang pertama kali memperkenalkan kertas pada perkembangan pengetahuan di Penjuru Dunia. Tepatnya pada masa Dinasti Han (202 – 211 SM). Pada masa pemerintahan Dinasti Han ada seorang penjabat pengadilan kekaisaran bernama Tsai Lun menemukan kertas yang diolah dari kulit kayu.
Tsai Lun membuat kertas dengan menggunakan bahan yang sangat beragam, seperti kulit pohon, jala ikan, kain bekas dan sisa jerami. Selanjutnya produksi kertas pun disempurnakan dengan menggunakan bahan dasar bambu atau kayu. Selain itu, penulisan yang dilakukan secara vertikal dari kanan dan kiri lalu, semua diikat menjadi satu jilid. Disisi lain, China juga menggunakan sutera sebagai bahan pembuat kertas.
Penggunaan kertas semakin hari mengalami perkembang begitu pesat. Hingga menggantikan peranan bambu atau kayu serta sutera dalam membuat kertas. Lebih menariknya, kertas yang digunakan saat itu tidak lagi berpusaran pada pengetahuan saja namun, juga merambah sebagai alat pembayaran.
Selama beratus – ratus tahun, China merahasiakan resep untuk membuat kertas. Akan tetapi, pengetahuan ini pun keluar dari negara tersebut. Adapun tahapan pembuatan yang dilakukan masyarakat china membuat kertas yakni serat kulit atau rumpun bambu dipotong dan dihancurkan kecil – kecil kemudian direndam ke dalam air. Hasil rendaman kemudian dihaluskan hingga berbentuk bubur.
Bubur bambu atau serat pohon kemudian disaring dan dicampurkan dengan kapur. Serat – serat disaring hingga tersisa bubur kertas. Kemudian bubur kertas diratakan, dihaluskan dan dicetak, kemudian dijemur. Kertas yang sudah kering bisa langsung digunakan.
Perkembangan kertas hingga masuk ke Jazirah Arab tidak lain disebabkan perperangan yang terjadi antara Dinasti Tang dengan Dinasti Ababasiyah pada 751. Saat itu Dinasti Tang mengalami kekalahan hingga pasukannya ditawan. Selain itu, Dinasti Abasiyah memahami bahwa China merupakan negara yang terkenal sebagai penghasil kertas. Sehingga, tawanan perangpun harus mengajarkan teknik pembuatan kertas. Akhirnya pabrik kertas pertama didirikan di Samarkand.
Tak heran jika Dinasti Abasiyah terkenal sebagai dinasti yang pertama kali menyumbang perkembangan Islam. Bahkan, pada dinasti Abasiyah banyak sekali perpustakaan yang berdiri untuk membangun pengetahuan Islam. Pada abad 8 dan abad 9, orang arab semakin pintar mengembangkan pembuatan kertas untuk mendokumentasikan, ayat-ayat suci dan karya-karya penting lainya. Selain itu, bangsa arab mulai menjilid buku dengan cara dijahit dengan benag sutra dan menutupnya dengan papan pasta untuk melindungi dari kelembapan.
Daftar Pustaka
Baez, Fernando. 2013. Pengahancuran Buku Dari Masa ke Masa. Jakarta : Marjin Kiri.
Prestisia, Gretha. Perpustakaan Sebelum Kelahiran Islam.
Susmihara. 2017. Sejarah Perdaban Dunia I. Makasar : Alauddin University Press.
https://www.qureta.com/post/kertas-perannya-pada-peradaban-di-empat-zaman diakses pada 4 September 2020.
*Pegiat literasi di Malang
*Pembaca Terakota.id bisa mengirim tulisan reportase, artikel, foto atau video tentang seni, budaya, sejarah dan perjalanan melalui surel : redaksi@terakota.id. Redaksi akan menyeleksi dan diterbitkan di kanal terasiana.
Merawat Tradisi Menebar Inspirasi