bu-prapti-seorang-laskar-perempuan
Gerilyawan perang kemerdekaan di Malang saat agresi militer Belanda. Salah satunya laskar perempuan.
Iklan terakota

Terakota.idHari ini diperingati sebagai Hari Ibu, 22 Desember 2020. Hari Ibu ditetapkan Presiden Sukarno untuk memperingati Kongres Perempuan dan kesadaran gerakan perempuan. Perempuan juga turut angkat senjata dalam era perjuangan kemerdekaan. Organisasi kelaskaran Laskar Wanita Indonesia atau Laswi merupakan organisasi kelaskaran pertama yang dibentuk pada 1945. Laswi dibentuk oleh Ny. Aruji Kartawinata di Bandung.

Buku Perjuangan Wanita Indonesia Sepuluh Windu Setelah Kartini 1904-1984 diterbitkan Departemen Penerangan Republik Indonesia 1984 mencatat perempuan juga tampil di barisan depan berperan aktif dalam perjuangan revolusioner.

Anggota Laswi berasal dari bekas Barisan Srikandi dan Pemuda Putri Indonesia (PPI). “Kaum hawa tergabung dalam wadah PPI membantu penduduk untuk mengungsi dan menyediakan makanan bagi pribumi,” dikutip dalam Buku Perjuangan Wanita Indonesia Sepuluh Windu Setelah Kartini 1904-1984.

Selain itu, juga lahir organisasi kelaskaran lain yakni Pemuda Putri Republik Indonesia (PPRI) yang berperan aktif mendirikan dapur umum. Mereka bertugas memberikan bantuan logistik atau makanan bagi para pejuang di garis depan serta pengungsian. Selain itu, organisasi kelaskaran turut mendirikan pos Pertolongan Pertama yang menolong pengungsi dan laskar putri.

A.H. Nasution dalam buku Sekitar Perang Kemerdekaan terbitan Dinas Sejarah TNI Angkatan Darat dan Penerbit Angkasa Bandung, 1978 menyebut mereka tugas mengorganisir sumbangan bahan makanan dan mengirim bahan makanan. Perempuan yang tergabung dalam Palang Merah Indonesia (PMI) juga memberi pelayanan kesahatan.

“Peran organisasi kelaskaran memberikan pelayanan kesehatan di medan perang cukup membahayakan jiwa,” tulisnya. Meski konvensi genewa dalam hukum humaniter melarang menembak petugas kesehatan, namun sebaliknya mereka kerap mendapat serangan dari tentara Belanda. Petugas PMI yang bertugas sering mendapatkan berondongan peluru.

Peranan lain perempuan dalam organisasi kelaskaran adalah ketika perempuan juga ikut serta berperan sebagai prajurit. Selain tugas laskar perempuan semakin luas berada di garis depan, menjadi intelijen, dan kurir. Organisasi kelaskaran perempuan merupakan organisasi rakyat yang bersifat militer.

Sebanyak 200 putri Solo pada Oktober 1945 berikrar menjadi prajurit dan tergabung dalam Laskar Puteri Indonesia (LPI) Surakarta. Organisasi kelaskaran ini berlatih kemiliteran. Sama dengan Laswi  seluruh anggota memiliki keahlian serba bisa dalam teknik pertempuran.

Laskar perempuan juga terlibat dalam pertempuran 10 November 1945. Organisasi kelakaran yang tergabung dalam Pemuda Putri Republik Indonesia (PPRI) dibawah pimpinan Lukitaningsih turut berperan. PPRI membentuk kesatuan palang merah. “Waktu itu TKR dibentuk, prajurit kesehatan belum siap, kami bertugas sebagai Korps Palang Merah Putri,” tulis Lukitaningsih dalam “Saham Revolusi”, yang dimuat Seribu Wajah: Wanita Pejuang dalam Kancah Revolusi terbitan Grasindo 1995.

Mereka memberi pertolongan dan bantuan obat-obatan dan bahan makanan. Serta menjadi pendidik bagi penduduk yang mengungsi disekitar daerah pertempuran di Krian, Tulangan, Krembung, Sidoarjo, dan Bangsal, Batutulis, Mojosari Mojokerto.