
Terakota.id—Musisi Agustunis Gusti Nugroho atau yang terkenal disapa Nugie memiliki pengalaman spiritual saat berada di Gunung Bromo. Pengalaman spiritual saat kunjungan pertama pada 1996. Ia tengah melakoni syuting video klip lagu berjudul burung gereja. Video klip digarap sutradara Dimas Djayadiningrat.
“Pengalaman pertama kali berkunjung ke Bromo,” katanya dalam diskusi daring bertema siapkah kita menjadi wisatawan yang bertanggungjawab terhadap “Rumah” kita yang diselenggarakan Bumi Edukasi-Gimbal Alas Indonesia-Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BBTNBTS), Senin 29 Juni 2020.
Ia mengaku takjub dengan keindahan alam yang baru dilihat seumur hidup. Keputusan syuting di lautan pasir atas saran Dimas Jayadiningrat yang pernah ke sana terlebih dahulu. Ia terinspirasi Gunung Bromo dan masyarakat Tengger. Namun, saat berada di lokasi tim menghadapi kendala. Cuaca dan alam tak mendukung.
Nugie ngomel, “susah banget syuting.” Di lautan pasir turun hujan, kabut datang. Sehingga pengambilan gambar terpaksa ditunda. Padahal, rencananya akan mengambil video klip mulai di kawasan lautan pasir sampai kawah Gunung Bromo.
Kemudian tim memutuskan beristirahat ke penginapan yang dikelola masyarakat adat Tengger. Malam saat istirahat, ia ngobrol bersama seorang kakek penjaga penginapan. “Saya cerita sedang syuting video klip. Sambil genjreng lagu,” katanya.
Lantas si Mbah menyampaikan agar menemui pimpinan adat untuk matur, kula nuwon atau berpamitan. Lantas dukun Tengger melakukan persembahyangan atau ritual di dekat lautan pasir. “Ada tempat sembahyangan di sana,” ujarnya.
Esok pagi luar biasa. Syuting disambut alam. Cuaca bagus dan masyarakat Tengger. Peamandangan alam bagus. Sehingga, proses syuting lancar. “Video klip burung gereja mendapat penghargaan. Menang kompetisi,” ujarnya.
Pengalaman ini, katanya, tak bisa dilupakan. Butuh penghormatan khusus saat menemui tempat baru. Masyarakat Tengger, katanya, menjadi “pemilik rumah” di kawasan Bromo Tengger Semeru. “Saya menemukan keajaiban di sana,” katanya.
Masyatakat Tengger, katanya, memberi penghormatan ke alam. Sedangkan alam memiliki kerentanan sehingga harus dijaga dan dilestarikan. Bagaimana bertanggungjawab dalam menikmati alam. “Kini, penghormatan kepada alam dan masyarakat setempat mulai luntur,” ujarnya.
Nugie senantiasa ingin belajar hidup dengan masyarakat Tengger. Bertemu dengan petani dan peladang. Mengamati bagaimana masyarakat Tengger hidup berdampingan dengan gunung api. Bercocok tanam, menanam wortel, kentang dan bawang.
Pada 30 April 2016, Nugie berkunjung ke Ranupani. Sebuah danau di kaki Gunung Semeru. Ia berjalan mengelilingi danau. Hadir bareng Candil dalam acara Jambore Sapu Gunung. “Bagus,. Rahayu, luar biasa saya diperbolehkan datang,” katanya.
Kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, kata Nugie, meningalkan kesan spiritual bagi hidupnya. Pengalaman spiritual itu terus melekat dan tak terlupakan. Kini, setiap berkunjung ke sebuah daerah yang baru ditemui ia tak lupa untuk menghormati kearifan lokal. Keramahan dan budaya masyarakat setempat.
Selama melakukan perjalanan di alam terbuka di seluruh Nusantara, Nugie mengaku mendapat kenanganan dan inspirasi. Menemukan karakter orang, wisatawan, pecinta alam, masyarakat dan pemandu wisata yang unik. Tak lupa, ia senantiasa memberi penghormatan kepada masyarakat setempat.
“Seperti bertamu ke rumah orang. Ada etiketnya, ada unggah-ungguh yang harus diterapkan,” katanya. Bertamu ke wilayah baru, katanya, ada tata caranya. Sikap harus dijaga.Menghormati masyarakat yang hidup turun temurun bersama alam. “Menghormati tempat yang dikunjungi dan menjaga lingkungan,” katanya.
Beberapa waktu lalu ia berkunjung ke NTT, masyarakat setempat menajalankan wisata alam dengan mengatur koridor tertentu. Pengunjung dibatasi. Menyeseuaikan dengan daya dukung, demi menjaga alam agar tetap lestari.
“Bumi, rumah kita. Wisatawan yang bijak, harus menjaga lingkungan yang dipijaknya,” ujarnya. Mengenai rencana dibuka kembali wisata alam ke Gunung Bromo, Nugie berpesan agar memikrkan dampaknya secara matang. Kecuali jika siap menghadapi risiko yang ditimbulkan.

Setelah dibuka bagaimana cara berwisata di alam. Pengalaman Rinjani dan Gede Pangrangau, atas dampak kurang baik yang ditimbulkan menjadi pelajaran. Beri penghormatan khusus.
Pengalaman di Swedia, katanya, masyarakat bertanggungawab terhadap diri sendiri. Pemerintah tak dapat fasilitas apa-apa. Sehingga menimbulkan kesadaran, pemerintah hanya memberi peringatan. Namun, angka orang yang terinfeksi COVID-19 di Swedia relatif rendah dibanding Negara lain di Eropa.
“Memang ada kerinduan menikmati alam. Apa sudah siap bertanggungajwab terhadap diri kita sendiri atau tempat yang akan didatangi?,” ujarnya Nugie menyerukan agar semua menjaga alam di sekitar kita. Menjaga keselarsan hidup masyarakat dengan alam.
Dalam diskusi yang diselenggarakan secara daring itu, Nugie membuka dengan menyanyikan lagu karyanya berjudul Andai Engkau di Sini. Diiringi petikan gitar. Lagu ini merupakan single perdana Tanita, keponakan Nugie. Single ini diluncurkan 3 Februari 2019.
Andai Engkau di Sini
Andai engkau di sini kawan.
Menyaksikan alam dan rupawan.
Ribuan unggas yang terbang melintasi danau biru.
Puncak hijau nan teduh, membuat rindu berlabuh
Ku ingin selalu berbagi keindahan bersamamu. Uhu……
Di sini, hati ku bernyanyi
Andai kau di sini kawan memberi harmoni
Begitu tulus tercipa, alam hadir membawa cinta
Tak ingin ku berlalu.
Sebelum janji di kalbu.
Ku ingin selalu berbagi keindahan bersamamu

Jalan, baca dan makan
[…] Kisah Pengalaman Spiritual Nugie di Gunung Bromo […]