Arca Durga Mahisa Suramanrdini tersimpan di rumah Ifandri Yugo, warga Poharin, Kota Malang. Sang pemilik mendapat arca dari kakeknya saat masih tinggal di Mojokerto. (Terakota/ Zainul Arifin).
Iklan terakota

Terakota.id–Arca Durga Mahisa Suramanrdini tersimpan di rumah Ifandri Yugo, warga Poharin, Kota Malang. Arca diletakkan di cekung berhias bingkai di salah satu dinding rumah. Sang pemilik rumah mendapat arca dari kakeknya saat masih tinggal di Mojokerto.

Arca Durga Mahisa Suramanrdini ini kemudian dilaporkan ke Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Malang. Didata dan akan dicatatkan dalam Sistem Registrasi Nasional. Namun, benda purbakala itu tetap disimpan di rumah Ifandri.

“Arca ini peninggalan kakek saya di Mojokerto. Saya bawa saat pindah ke Malang,” kata Ifandri akhir September lalu.

Arkeolog Universitas Negeri Malang, Dwi Cahyono mengatakan arca Durga Mahisa Suramanrdini yang ada di rumah Ifandri ini sebagai temuan lepas. “Sebab secara toponimi sudah berpindah dari lokasi semula di mana arca berada,” kata Dwi Cahyono.

Sayangnya bentuk arca Durga Mahisa Suramardini ini sudah mulai aus. Karena keterbatasan informasi dari si pemilik, tak bisa dipastikan posisi awal di mana arca ditemukan. Termasuk pada tahun berapa atau periode siapa arca ini dibuat.

Meski demikian, tindakan Ifandri yang mau melaporkan benda purbakala miliknya itu patut diapresiasi. Sebab, tak semua pemilik benda purbakala mau melaporkan koleksi pribadi mereka. Pelaporan ini bisa bermanfaat untuk kajian keilmuan dan pelestarian situs purbakala.

Arca Durga Mahisa Suramanrdini itu sendiri bisa disebut sebagai arca adegan. Menggambarkan Dewi Durga bertangan 8, 12 atau bahkan bisa jadi lebih. Menginjak kepala kerbau dan menarik ekornya di bagian belakang. Tangan lainnya memegang berbagai senjata.

Durga dalam bahasa sansekerta berarti tak terjangkau atau juga tak terkalahkan, dalam mitologi Hindu digambarkan sebagai dewi yang cantik dan penuh kemarahan. Dewi pelindung moral, penghancur kejahatan yang berseberangan dengan para dewa.

Durga Mahisa Suramanrdini merupakan gabungan dari kata Durga, Mahisa, Asura, Mardhini. Durga, dewi cantik istri Syiwa. Sedangkan Mahisa menggambarkan binatang yakni kerbau, sementara Sura atau Asura adalah raksasa yang menjadi lawan para dewa. Mahardhini berarti membunuh.

Arca Durga Mahisa Suramanrdini tersimpan di rumah Ifandri Yugo, warga Poharin, Kota Malang. Sang pemilik mendapat arca dari kakeknya saat masih tinggal di Mojokerto.
(Terakota/ Zainul Arifin).

“Sura dalam mitologi Hindu digambarkan sebagai lawan para dewa yang menjelma dalam wujud kerbau,” kata M. Dwi Cahyono.

Mahisa Asura, sebuah kekuatan dahsyat yang melawan kekuatan para dewa. Tak ada satu pun para dewa yang bisa mengalahkannya. Sehingga seluruh kekuatan para dewa dihimpun jadi satu dalam kekuatan Dewi Durga. Dalam sebuah pertempuran panjang, takluk lah kekuatan lawan para dewa itu.

“Arca ini menggambarkan Durga menaklukkan Sura dalam sebuah pertempuran yang panjang. Digambarkan dengan kepala kerbau diinjak dan ekor ditarik ke belakang,” papar Dwi Cahyono.

Arca Durga biasanya ada di dalam bangunan candi Hindu sekte Syiwa. Arca tak didirikan sendirian, tapi juga bersama keluarga Syiwa di dalam candi. Umumnya, arca Durga ditempatkan di relung sisi utara candi dan dikaitkan menghadap arah utara.

Arca ini juga menunjukkan pengaruh India di nusantara. “Di India ada fokus pemujaan yang diutamakan pada Durga. Bahkan di India selatan ada kuil yang khusus ditujukan untuk pemujaan pada Durga,” kata Dwi Cahyono.