Monumen Pancasila Sakti di Lubang Buaya. (Foto : Warta Kota). (Foto : Warta Kota).
Iklan terakota

Oleh: Hariyono*

Terakota.id–Pada tanggal 1 Oktober sejak pemerintahan Orde Baru diperingati sebagai hari Kesaktian Pancasila. Sebuah peristiwa yang menurut versi Orde Baru diambil dari kegagalan kudeta yang dilakukan oleh PKI tgl 30 September 1965.

Kesaktian Pancasila sebagai ideologi negara dan bangsa Indonesia terletak pada posisinya sebagai alat pemersatu yang berbasis “Core Values” yang inklusif. Tatkala ada kekuatan intoleran yang mengusung eksklusivisme akan gagal karena bertentangan dengan “the nature of Indonesia nation” yang serba bhineka dalam ragam dimensi.

Pemberontakan DI/TII Kartosuwiryo, Pemberontakan PKI Madiun tahun 1948, Pemberontakan PRRI di Sumatera dan Permesta di Sulawesi hingga pemberontakan G 30 S/PKI telah gagal. Dari peristiwa sejarah politik militer itulah dapat disimpulkan kelompok intoleran yang mengingkari NKRI dan melakukan pemberontakan bersenjata telah gagal. Dan ini membuktikan kesaktian Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi bangsa.

Kesaktian Pancasila sebagai ideologi pemersatu bangsa tidak hanya terwujud dan maujud dalam bidang politik. Kiprah dan perjuangan politik perlu dibarengi dengan upaya  kemandirian dalam bidang ekonomi dan berkepribadian bangsa dalam bidang kebudayaan.  Menurut bung Karno ketiganya  harus dilakukan secara simultan.  Dikatakan bahwa “Trisakti itu harus dipenuhi ketiga-tiganya, tidak bisa dipretel- preteli. Tidak ada kedaulatan dalam politik dan kepribadian dalam kebudayaan, bila tidak berdikari dalam ekonomi dan sebaliknya!”

Menjadi tanggung jawab kita bersama untuk melanggengkan dan membuat  Pancasila Sakti. Pancasila  sebagai ideologi bangsa perlu diperjuangkan dalam segala bidang bukan hanya bidang politik saja. Energi bangsa juga perlu didorong untuk bergerak dalam bidang  ekonomi yang produktif dengan basis nilai nilai gotong royong  sehingga tatanan ekonomi yang kapitalistik tidak mendominasi dan  membelenggu kebijakan negara dan rakyat kebanyakan dalam pemenuhan kebutuhan sandang dan pangan.

Kerakusan pemilik modal yang banal dan tanpa batas merupakan ancaman riil realisasi sila Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Rakyat perlu bekerja dan bergerak untuk memenuhi standar kehidupan yang layak.

Dan pemenuhan kebutuhan manusia dan bangsa tidak hanya sebatas politik dan ekonomi, tetapi juga dimensi spiritualitas dan kebudayaan. Kita perlu membangun  kehidupan yang bermakna, yang memungkinkan kita dapat membebaskan diri dari kekerdilan jiwa dan kesempitan  berpikir. Membangun keadaban publik menjadi suatu keniscayaan.

Pemerintah dan masyarakat perlu bergotong royong menuju bangsa yang maju, menuju Pancasila yang sakti dengan berjuang dalam segala bidang. Saya jadi makin memahami  peringatan almarhum Kuntowijoyo (2001: 72) yang menyatakan “Apabila umat masih menganggap politik sebagai satu-satunya ‘obat yang cespleng’ dan lupa melihat kekuatan sejarah yang lain, mereka akan kecewa dan mengecewakan. Dukungan Dukungan, doa politik, tahlil politik, dan pengajian politik harus dihentikan, sebab kebiasaan itu akan membuat umat berpikir serba politik”.

Untuk itu dalam mememperingati hari Kesaktian Pancasila  tidak  ada “dendam sosial politik”. Sifat dan tabiat penuh dendam hanya dimiliki oleh jiwa yang kekanak-kanakan. Dendam jauh dari pancaran nilai keilahian.   Upaya mengejawantahkan nilai-nilai dasar Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang lebih beradab, mandiri dan gotong-royong dilakukan suasana yang penuh keseriusan dan ketulusan.

Pancasila sebagai jiwa dan rumah kita merupakan  energi positif yang mendorong tumbuhnya jiwa besar. Pancasila sebagai sumber inspirasi dalam membangun prestasi menjadi  orientasi peradaban kita.  Untuk itu kesaktian Pancasila  mendorong kerukunan bangsa yang tidak diwarnai dengan dendam  sesama elemen bangsa.

Pancasila sakti mendorong kemandirian ekonomi  bangsa yang mensejahterakan rakyat. Pancasila sakti mendorong kehidupan yang berkeadaban publik untuk merajut visi kebangsaan.

Mewujudkan kesaktian Pancasila membutuhkan perjuangan, kerja cerdas dari semua elemen bangsa untuk membangun masa depan bangsa yang lebih baik. Untuk menggapai masa depan kita harus bergerak, bekerja dan berjuang mulai sekarang dan sekarang.

* Deputi Bidang Advokasi Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP-PIP) dan pakar sejarah.