ken-zuraida-jawa-timur-episentrum-baru-teater-tanah-air
Pementasan teater di gedung kesenian Cak Durasim Taman Budaya Jawa Timur Surabaya. (Foto : TBJT).
Iklan terakota

Terakota.id–Jawa Timur menjadi episentrum baru teater di tanah air. Tak hanya Jakarta, Bandung dan Solo, aktivitas teater di Jawa Timur terus bergeliat. “Banyak kelompok, baik dari kampus dan di luar kampus. Yang sangat aktif ada 12 kelompok. Dahsyat. Saya tak bicarakan frekuensi pementasan,” kata istri mendiang WS Rendra, Ken Zuraida, Selasa malam 3 November 2020.

Director Ken Zuraida Project ini menyampaikannya dalam dialektika virtual bertema “Membaca Teater IDEōT dalam Peta dan Problematika Perteateran di Jawa Timur.” Ada usaha keras, katanya, sehingga Jawa Timur menjadi episentrum baru.

Sementara Jawa Timur tak memiliki gedung teater yang standar pementasan teater. Gedung kesenian Cak Durasim Taman Budaya Jawa Timur, tak cukup memadai untuk pementasan teater. Belum sesuai standar gedung teater. “Kita miskin infrastruktur gedung . Standar gedung teater hanya ada di Jakarta dan Padang Panjang. Tempat lain tak ada,” ujarnya.

Sejauh ini, kata pimpinan Bengkel Teater Rendra ini, pemerintah tak membari bantuan kepada kelompok teater. Mereka mandiri dan hidup berkesenian secara swadaya. “Harusnya tugas negera untuk membantu, memberi subsidi. Negara lain ada subsudi,” ujarnya.

Sedangkan kelompok teater di Indonesia harus patungan untuk pementasan. Ken menyebut Teater IDEoT tergolong produktif. Rekam jejak selama 36 tahun, teater IDEoT melahirkan banyak tokoh. Kelas regional, nasional dan internasional. “Pernah mati suri sebentar. Kemudian bangkit lagi,” ujar Ken Zuraida.

Teater IDEoT, katanya, dalam pementasan tersipu-sipu. Tak terang-terangan mau bekerjasama secara komersial. Sementara pertunjukan komersial dibutuhkan saat ini. “Teater IDEoT tak bertahan, tapi melaju,” katanya.

Teater IDEoT, katanya, jangan pernah takut bekerjasama dengan komersial. Terang-terangan untuk mencari sponsor. “Jangan takut dengan komersial. Rendra pernah pamit kerjasama dengan komersial. Tapi karya tak dikompromikan,” ujarnya.

Teater, kata Ken Zuraida, melatih panca indera. Melatih pikiran, insting, intuisi, dan batin. Saat pandemi Covid-19, teater harus beradaptasi. Mengawinkan pementasan dengan rekaman video atau pementasan secara daring. “Urusan teknologi. Lompatan  ini harus direnungkan. Saya gagap, meski tiga kali pentas daring,” katanya.

Serasa ada yang yang kurang, secara prinsip seniman teater melatih panca indera. Tapi saat pertunjukan daring, ia menghadapi layar. Tak bisa dengar suara secara jelas, atau suara terjeda. Pun, tak bisa melihat secara langsung. “Tak menggunakan seluruh panca indera. Cuma menggunakan penglihatan dan pendengaran,” katanya.

“Teater tak punya agensi. Musik dan sinetron ada agensi,” katanya. Sedangkan jika pertunjukan langsung, harus menyesuaikan protokol kesehatan. Tubuh juga harus menyesuaikan dengan virus. Jika imun kuat, maka tubuh tak tembus virus.

“Jangan takut, lawan covid dengan pementasan lagi,” ujar Ken Zuraida.

Sementara Sekjen Dewan Kesenian Kota Surabaya Luhur Kayungga menyampaikan kritik terhadap teater IDEoT. Teater IDEoT, kata Luhur, seharusnya membangun karakter orang yang militan.  Kenapa banyak yang berdiaspora dan hijrah ke Jakarta bergabung dengan kelompok lain. Kenapa harus ke Jakarta.

“Sudah ada apa selama 36 tahun? Apa main main saja? Pertantanyaan saya mengenai kompetensi,” katanya. Luhur merupakan salah satu alumnus Teater IDEoT saat mengenyam bangku kuliah di Malang.

Wadji Wisman menyampaikan teater kampus merupakan kelompok teater tertua. Namun, sampai saat ini belum ada yang menelitinya. Selain itu, teater sekolah perlu dibangkitkan sebagai bagian regenarsi perteateran. “Teater IDEoT bisa melakukan regenerasi itu,” katanya.

Sementara seorang guru dan alumnus Teater IDEoT Nurul Khuriyah menyampaikan jika Teater IDEoT bisa menjadi pusat pelatihan guru atau pelatih teater. Lantaran sekolah membutuhkan pelatih yang berkompeten. “Sejumlah sekolah memerlikan pelatih ekstra kurikuler teater,” ujarnya.

Yonathan Pahlevi mendukung usaha pendidikan teater. Kini, dibutuhkan kurukulum pendidikan teater. “Yang penting bagaimana menarik minat orang untuk belajar teater,” ujarnya.

Pendiri dan pimpinan Teater IDEoT Moehammad Sinwan alias Lek Boss menjelaskan sejak 2019 sudah menghibahkan diri untuk khalayak. Investasikan hidup untuk teater, siapapun bisa belajar dan menjadi anggota secara gratis. “Bebas biaya. Free bisa menjadi anggota dan belajar teater di Teater IDEoT, katanya.

Beberapa waktu lalu guru yang tergabung dalam Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Bahasa Indonesia  dari Pasuruan berlatih teater di Teater IDEoT. Selama tiga hari mereka berlatih teater. “Juga sedang dikomunikasikan dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Malang,” pungkas Sinwan.