Kelap-kelip cahaya warna warni berpendar dari Kampung Lemah Abang Batu. Menarik siapa saja untuk hadir di kampung yang dulu gelap dan sepi. (Terakota/Usman Ali Rouf).
Iklan terakota

Oleh : Usman Ali Rouf (Peserta Kelas Jurnalis Terakota.id)

Terakota.id-– Sang surya sudah terbenam. Perlahan, udara dingin mulai terasa menusuk tulang. Malam di lereng perbukitan. Tulisan Kampung LA justru menyala terang. Kelap-kelip penuh warna, memupus rasa takut pada kegelapan.

Kampung Lemah Abang, di Dusun Pagergunung, Desa Gunungsari, Kota Batu. Warga biasa menyebutnya dengan Kampung LA. Kini bertambah satu lagi panggilannya yakni Kampung LED, sebab penuh hiasan lampu light emitting diode (LED).

Lampu tak hanya pada tulisan Kampung LA. Tapi juga hampir di segala penjuru sudut rumah hingga pepohonan. Menjadikan kampung ini berkilauan jika malam telah tiba. Suasana pun tampak lebih cantik dengan sinar aneka warna yang dihasilkan.

Kampung yang dihuni sekitar 45 kepala keluarga ini cukup indah. Saat mentari di atas kepala, perkebunan dan sawah tampak jelas sejauh mata memandang. Gemerlap kota juga bisa dilihat dari atas kampung ini kala malam tiba.

Sebuah kedai ada di depan landmark Kampung LA. Tempat berkumpul, menikmati kopi panas melepas kepenatan. Wisatawan pun layak singgah barang sejenak di kampung ini. Terutama para penyuka swa-foto. Sebab, banyak lokasi yang bisa dijadikan tempat berfoto dari berbagai sudut.

Aktivitas di kampung ini relatif baru saja menggeliat. Sebab pemasangan lampu LED di berbagai sudut lingkungan pemukiman mereka baru dilakukan dua bulan lalu. Dahulu, warga hanya memanfaatkan lampu untuk penerangan rumah semata. Belum jadi pernak – pernik seperti sekarang ini.

Kelap-kelip vahaya warna warni berpendar dari Kampung Lemah Abang Batu. Menarik siapa saja untuk hadir di kampung yang dulu gelap dan sepi. (Terakota/Usman Ali Rouf).

“Lampu mulai dipasang sejak ramadan lalu,” kata Yayuk, salah seorang penggagas Kampung LED.

Meski sudah lama tinggal di kampung ini, Yayuk kerap merasa khawatir keluar masuk kampung bila larut malam. Terutama saat menjemput anaknya yang pulang sekolah saat malam hari. Apalagi lingungan kampung terbilang masih cukup sepi.

Ia pun memikirkan cara untuk menghilangkan nuansa gelap dan sunyi itu. Sekaligus berdampak pada perubahan kampung jadi lebih baik. Gagasan memasang lampu LED pun dilontarkan ke warga, tapi usul ditolak. Pertimbangannya, warga enggan mengeluarkan biaya ekstra.

Yayuk dan suaminya tak patah arang. Ia menawarkan membiayai seluruh kebutuhan untuk pemasangan LED. Syaratnya, warga warga tetap membayar sendiri tagihan rekening listrik. Ide ini kemudian disetujui, maka jadilan Kampung LA dengan penampilan baru.

“Jadi ini semua swadaya, ditanggung bersama oleh warga,” kata Yayuk.

Kampung LA alias Kampung LED pun bisa disebut kampung mandiri. Sebab mulai gagasan sampai pembiayaan murni dari warga. Tak sepeserpun dari duit pemerintah daerah. Wisatawan yang mampir di kampung sekedar untuk berfoto tetap tak dipungut biaya.