
Terakota.ID—Saat perang kemerdekaan, pelajar juga angkat senjata untuk mempertahankan kemerdekaan. Terutama saat Belanda melakukan agresi militer Belanda 21 Juli 1947. Mereka tergabung dalam Tentara Republik Indonesia (TRIP). Dikenal dengan sebutan Mas TRIP. Pasukan TRIP Batalyon 5000/Malang terdiri atas pelajar Sekolah Pertanian Menegah Tinggi (SPMT), Sekolah Pertanian Menengah (SPM), Sekolah Menengah Tinggi (SMT), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Teknik (ST).
Di laman Facebook Mas TRIP Jawa Timur dituliskan pada 18 Juli 1947, anggota TRIP tengah libur panjang setelah ujian akhir dan bertepatan bulan puasa. Saat liburan panjang, anggota TRIP Batalyon 5000/Malang yang berasal dari luar kota Malang banyak yang berlibur ke kampung halaman masing-masing. Sehingga tinggal anggota yang asal Malang, kurang lebih berjumlah 1,5 seksi. Terdiri atas Kompi 5100 dan 5200 ditambah 1 seksi dari TRIP Batalyon 1000.
Sebelum Agresi Militer Belanda I, mereka dikirim ke Besuki untuk membantu TRIP Batalyon 4000/Besuki untuk tugas People Defence. Bertugas memberikan penerangan dan menggugah rakyat untuk mengadakan perlawanan saat Belanda menyerang. Sebagai bagian dari Perang Rakyat Semesta (PERATA), atau juga disebut sistem pertahanan rakyat semesta (Sishankamrata).
Total hanya sekitar 150 orang yang berada di Malang. Terdiri atas gabungan berbagai sekolah menengah yang terbagi dalam empat seksi persenjataan. Selain 150 personil, juga dapat bantuan dari TRIP Batalyon 3000/Kediri dengan kekuatan dua seksi yang dipimpin oleh Doerjatmojo.
Pada 28 Juli 1947, Pimpinan Divisi VII yang diwakili Kolonel Bambang Supeno mengumpulkan para pimpinan atau wakil pasukan di Kota Malang. Dalam pertemuan itu diputuskan Sektor Timur menjadi tanggungjawab TNI, Sektor Tengah kepada Brigade Mobil (Brimob), Laskar Barisan Pemberontak Republik Indonesia (BPRI) dan Kebaktian Rakyat Indonesia Sulawesi (KRIS).

Sedangkan Sektor Barat, diserahkan kepada TRIP Batalyon 5000. Selain itu diputuskan, Kota Malang tidak perlu dipertahankan mati-matian. Lantaran kekuatan pejuang dan militer Belanda tak seimbang. Baik jumlah personil maupun persenjataan. “Tetapi pasukan Belanda cukup dihambat,” tulisnya.
Berdasarkan keputusan tersebut, pimpinan TRIP Jawa Timur menetapkan basis sementara di Kepanjen. Komandan Batlyon TRIP 5000, Soesanto Darmojo ditugaskan mencari basis baru yang tetap.
Pada 30 Juli 1947 sebagian warga Kota Malang mengungsi keluar kota. Pasukan Belanda menduduki Singosari dan pasukan terdepan berada di Blimbing, Kota Malang. Pasukan Belanda akan menyerang Kota Malang dari dua arah, yakni dari Singosari dan Batu.
Pertahanan Batalyon TRIP 5000/Malang diarahkan menghadapi pasukan Belanda yang diperkirakan berasal dari Batu. Pertahan Pasukan TRIP Batalyon 5000 dipusatkan di sepanjang Jalan Ijen dan sekitarnya.
Malam hari, keadaan mencekam. Kota Malang gelap gulita dan sepi. Komunikasi antar pasukan terputus, tidak ada radio komunikasi.
Sebanyak 35 Anggota TRIP Gugur
TRIP Batalyon 5000/Malang mempertahankan sektor barat kota Malang. Dibagi menjadi tiga sub sektor. Sub sektor A, menempati sepanjang Jalan Ijen Utara kekuatan personil SPMA, SMP dan ST pimpinan Riyanto. Sub sektor B, ditempatkan di sepanjang Jalan Ijen Selatan, terdiri atas personil gabungan mahasiswa, SPMA, SMP dan ST dipimpin Sucipto. Sub sektor C, didukung dua seksi pasukan TRIP Batalyon 3000/Kediri dibawah pimpinan Duryatmojo, ditempatkan di simpang tiga Jalan Kawi sampai Jalan Ijen, beserta senior staf TRIP Pusat, Sudarto dan Komandan TRIP Jawa Timur, Mas Isman.
Komandan Pasukan TRIP Batalyon 5000, Soesanto Darmojo dari Kepanjen mengontrol anggotanya yang tengah bertahan di kawasan Jalan Ijen Kota Malang. Sekitar pukul 08.45 WIB pada 31 Juli 1947, pesawat Belanda melintas di langit Kota Malang. Tetiba terdengar suara tembakan. “Penembakan itu sama saja dengan memberitahukan posisi pasukan TRIP kepada pesawat pengintai Belanda,” tulis di laman Facebook Mas TRIP Jawa Timur.
Pada pukul 10.00 WIB, sebagian anggota TRIP tengah menikmati sarapan pagi dari dapur umum, tiba-tiba terdengar rentetan senapan otomatis dari kejauhan. Kendaraan tempur AM-Track Belanda menyerbu pasukan TRIP. AM Track mengejar dan menembaki pasukan TRIP, dan menggilas tubuh mereka.

Terjadi pertempuran sengit selama empat jam di Jalan Salak (Sekarang Jalan TRIP). Remaja pelajar berguguran, total 35 orang TRIP yang meninggal. Sedangkan Soesanto menunggang sepeda motor mencari bantuan, namun Soesanto tertembak di dekat gereja di seberang Jalan Salak. Soesanto gugur. Anggota pasukan TRIP yang gugur dimakamkan dalam satu liang lahat. Untuk mengenang perjuangan TRIP, Jalan Salak diubah menjadi Jalan Pahlawan TRIP.
Secara fisik, mental, logistik dan organisasi yang lemah. Komandan TRIP Jawa Timur Mas Isman beserta staf berinisiatif meninggalkan Malang. Mereka menuju basis baru di Desa Gabru, Kediri bersama Komando II (Batalyon 3000) dan Markas alternatif Tegalsari Kecamatan Wlingi, Kabupaten Blitar. Sedangkan Markas Komando I (gabungan Batalyon 1000 dan 2000) bermarkas di Madiun.


Jalan, baca dan makan