
Terakota.id — Sekelompok tim peneliti menjejakkan kaki di daratan Pulau Sempu. Langkah mereka berderap menelusuri pulau di pesisir selatan Kabupaten Malang itu. Rasa kagum sekaligus prihatin menggelayuti mereka saat berada di dalam pulau berstatus cagar alam.
Peneliti dari Kebun Raya Purwodadi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (KRP – LIPI). Penelitian berlangsung dya tahun, sejak 2015 sampai 2017. Tiap tahun, empat kelompok turun meneliti atau riset lapangan, setiap kelompok terdiri dari lima peneliti.
Dalam kurun waktu dua tahun, ada berbagai temuan penting. Saat daratan Jawa tipe asli vegetasi hutan dataran rendah terdegradasi, keanekaragaman Pulau Sempu masih utuh. Para peneliti mencatat temuan 200 jenis tumbuhan endemik Jawa. Diyakini, jumlah sebenarnya bisa melebihi temuan itu..
Kabar buruknya, para peneliti KRP – LIPI menemukan 15 jenis tumbuhan asing invasif. Lima di antaranya terdaftar sebagai 100 jenis organisme invasif paling berbahaya di dunia, berdasarkan ketetapan International Union for Conservation of Nature (IUCN) Invasif Spesies Specialist Group.
Antara lain, Kirinyuh (Chromolaena odorata), Alang-alang (Imperata cylindrica), Kembang Telekan (Lantana camara), Kecrutan (Spathodea campanulata) dan Enceng Gondok (Eichhornia crassipes). Empat jenis lainnya masuk dalam sepuluh jenis gulma yang paling sulit dikendalikan di dunia. Yaitu, Rumput Teki (Cyperus rotundus), Rumput Belulang (Eleusine indica), Alang-alang (Imperata cylindrica) dan Enceng gondok.
Ketua Tim Kajian Diversitas Flora Pulau Sempu KRP – LIPI, Ridesti Rindiastuti menjelaskan, ratusan tumbuhan asli Pulau Sempu bisa terdesak dan kalah oleh tumbuhan asing invasif itu. “Tumbuhan asing itu hanya berupa semak dan herba. Berbahaya karena kecepatannya mendominasi suatu kawasan dan sulit dikendalikan,” kata Ridesti.
Pohon- pohon besar dan tanaman perdu asli Pulau Sempu bisa terdesak, kalah agresif dalam hal menyerap nutrisi dengan tumbuhan invasif itu. Ekosistem dan biodiversitas flora di Pulau Sempu pun terancam. Tumbuhan asing itu bukan muncul dengan sendirinya. Diduga, ada dua penyebab tumbuhan asing itu bisa muncul di Sempu.
“Hasil kajian kami, tumbuhan invasif itu bisa terbawa oleh manusia tanpa sengaja dan ditanam dengan sengaja oleh pengunjung yang masuk ke Pulau Sempu,” ujar Ridesti.
Itu mengacu lokasi penemuan tumbuhan asing tersebut di delapan lokasi berbeda. Populasi tertinggi ditemukan di area Gladakan dan Segara Anakan. Dua lokasi yang paling sering dijamah pengunjung ilegal. Di Blok Tlogo Lele dan Tlogo Dowo juga didapati Enceng Gondok dan Teratai Putih (Nymphaea alba). Diduga, itu diintroduksi oleh manusia lantaran lokasi terletak jauh dari bibir pantai dengan posisi populasi yang berpola layaknya diberi jarak tanam.
Tim KRP – LIPI sudah menyampaikan tiga rekomendasi ke Balai Konservasi dan Sumberdaya Alam (BKSDA) Jawa Timur selaku otoritas pengelola kawasan Cagar Alam Pulau Sempu. Meliputi, mengurangi atau bahkan melarang bukaan lahan seperti pembuatan jalan setapak untuk pengunjung. Menyarankan BKSDA memasang papan informasi tentang tumbuhan asing invasif. Serta memonitoring secara intensif terhadap jenis tumbuhan asing invasif itu.
“Kalau memusnahkan itu tentu sulit. Paling mudah adalah memonitoring tumbuhan asing itu,” tutur Ridesti.
Miniatur Hutan Jawa

Pulau Sempu layak disebut sebagai miniatur hutan dataran rendah Jawa. Sebab, keanekaragaman pulau ini masih utuh dan lengkap. Tipe ekosistem, hutan mangrove, hutan hujan dataran rendah sampai vegetasi karst yang ada menjadikan Pulau Sempu sangat unik. Temuan 200 tumbuhan endemik Jawa adalah salah satu buktinya.
Kepala Seksi Eksplorasi dan Koleksi Tumbuhan KRP – LIPI, Deden Mudiana meyakini jumlah jenis tumbuhan di dalam Pulau ini bisa bisa lebih dari hasil temuan tim peneliti. “Karena untuk sebuah spesies tumbuhan yang ditemukan, bisa butuh beberapa bulan untuk memastikannya,” ujarnya.
Ratusan tumbuhan di Pulau Sempu yang teridentifikasi oleh tim peneliti selama ekspedisi flora, termuat pada literatur Flora of Java. Misalnya, kendarahan (Myristica teijsmannii), pohon keben (Barringtonia asiatica), pohon bayur (Pterospermum diversifolium), manggis hutan (Garsinia celebica). Ada pula beberapa kelompok Diospyros atau masyarakat umum menyebut kayu hitam. Mulai dari Diospyros celebica, Diospyros macrophylla, Diospyros cauliflora, Diospyros malabarica.
“Di Pulau Sempu, kayu hitam itu berupa tegakan yang rapat. Jadi, kawasan ini sangat menakjubkan,” ujar Dedi.
Bahkan ada 12 jenis mangrove yang masuk kategori langka dan dilindungi berdasarkan ketetapan IUCN. Jenis mangrove itu seperti Bruguiera parviflora, Bruguiera sexangula, Rizhopora mucronata. Keberadaan mangrove itu menambah bobot Pulau ini sebagai kawasan konservasi.
“Pulau Sempu itu seperti miniatur vegetasi dataran rendah Jawa. Pendapat saya, status kawasan konservasi pulau ini harus dipertahankan,” tegas Deden.

Redaktur Pelaksana