Prabowo, Mahfud MD dan Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah, KH Idris Hamid berdoa bersama di makam Kiai Haji Abdul Hamid, Pasuruan, ( Foto : Antarafoto.com).
Iklan terakota
Terakota.id–Puluhan santri duduk bersila di depan sebuah batu nisan berpagar kuning emas. Mengenakan peci dan bersarung, mereka khusuk berdoa dan membaca Al Quran. Ruangan seukuran separuh lapangan bola voli ini dipenuhi sejumlah makam. Salah satunya, makam Kiai Haji Abdul Hamid bin Abdullah pengasuh pesantren Salafiyah Pasuruan.
“Berharap berkah bulan Ramadan,” kata seorang pengunjung bernama Imam Tohari. Ia tak sendirian, bersama sejumlah temannya ia berziarah di makam yang terletak di belakang masjid Agung Al Anwar Pasuruan. Bahkan mereka sengaja menginap di makam ulama terkemuka ini.
Lokasinya pun strategis, terletak di sebelah barat Alun-Alun Kota Pasuruan tepat di samping Pendapa Kabupaten Pasuruan. Saat Ramadan sejumlah rombongan peziarah berdatangan dari berbagai daerah di Jawa Timur. Mereka berasal dari Malang, Jember, Probolinggo, Gresik dan Surabaya. Kadang, sejumlah peziarah dari Kudus, Demak, Banjarmasin dan Banten juga menyempatkan datang.
Para pengunjung ramai saat peringatan maulid nabi yang juga bertepatan dengan haul Kiai Hamid. Selain itu, para peziarah dari luar Kota Pasuruan berdatangan saat musim haji dan menjelang bulan puasa serta menjelang ujian nasional. “Saat haul, pusat Kota dipadati pengunjung,” kata takmir masjid Agung Al Anwar, Umar Faruk.
Masjid Jami Al Anwar Pasuruan. (Foto : Inspirasibeningembun).
Saat bulan puasa, di masjid Al Anwar menggelar pengajian rutin selama sebulan penuh. Usai salat Subuh, para jamaah belajar tentang hadits dan perbendaharaan ilmu agama lainnya. Sedangkan usai menunaikan ibadah salat Ashar, para jamaah juga dibimbing mengenai salat dan ibadah lain. Tak ketinggalan, pengurus masjid menyediakan ta’jil setiap hari untuk 400-500 orang.
“Masjid terbuka untuk umum selama 24 jam penuh,” katanya. Sedangkan usai salat isya, puluhan jamaah mengikuti tadarus bersama. Mereka berdatangan dari berbagai daerah di Jawa Timur. Mereka datang karena kharisma dan ketokohan Kiai Hamid yang terkenal santun dan rendah hati.
Kiai Hamid lahir pada 1915 di Lasem, Rembang, Jawa Tengah. Selama 12 tahun, Kiai Hamid belajar agama di Pondok Pesantren Tremas, Pacitan pimpinan Kiai Haji Dimyathi. Kiai berpengerauh ini wafat akibat penyakit jantung pada 25 Desember 1982 lalu. “Beliau sosok ulama yang memberi tuntunan dengan contoh, bukan hanya sekedar kata-kata,” kata Faruk.
Usai berziarah pengunjung bisa membeli oleh-oleh. Lorong menuju pemakaman, dijejali pedagang yang menjajakan aneka rupa oleh-oleh. Diantaranya, foto dan buku biografi Kiai Hamid, minyak wangi, peci, buah kurma dan aneka penganan lainnya