
Hitam kulitku bukan berarti kami dendam denganmu
Di penjuru dunia tanah kami paling kaya
Papua papua kucinta
Tanah dan tombak bukan untuk menyerangmu
Kami ada sebelum republik ini tercipta
papua papua kucinta
Tapi yakinkan kami ini anak siapa
Yang pasti kami bukan anak haram semesta
Yang pasti bukan anak amerika
Yang pasti bukan anak australia
Yang pasti bukan anak malaysia
Kami tercipta dari konspirasi dunia
Yakinkan kami anak siapa
Lihatlah kami Indonesia bukan hanya jawa
Indonesia bukan hanya jakarta
Papua papua pun ada
Kami juga anakmu kami juga darah dagingmu
Uranium dan emas ku sumbangkan pada ibu pertiwi
Lalu kau tembakan peluru pada kami
Tapi yakinkan kami ini anak siapa
Yang pasti kami bukan anak haram semesta
Yang pasti bukan anak Amerika
Yang pasti bukan anak Australia
Yang pasti bukan anak Malaysia
Kami tercipta dari konspirasi dunia
Yakinkan kami anak siapa
Janganlah lagi kau letupkan senjata
Aku anakmu aku juga darah dagingmu
Papua papua kucinta
Papua papua Indonesia Sejarah
Terakota.id—Lagu berjudul Papua ku cinta ini diciptakan Iksan Skuter 2012 silam. Diunggah di youtube 29 Juni 2012, telah ditonton sebanyak 175 ribu lebih. “Lagu dan karya ini saya dedikasikankan untuk tanah saudara timur kita. Papua Indonesia,” tulis Iksan saat mengunggah lagu ini.
Iksan menampik tudingan jika ia menggoreng isu mengenai Papua yang ramai sejak sepekan terakhir. Jika ada menduga lagu dibuat barusan ketika ada kerusuhan di Manokwari, katanya, ia ahistoris. “Bahkan jauh sebelum aku membuat lagu itu 2012, isu Papua adalah isu yang sangat sensitif. Bicara banyak hal, banyak kepentingan, dan itu mengerikan,” katanya.
Iksan mengisahkan jika lagu ini diciptakan lantaran memiliki teman asal Papua. Ia juga berkunjung ke Papua, melihat kondisi alam, tanah dan manusianya. Tapi. Ada rasa yang aneh dirasakan Iksan Skuter, sehingga ia mencoba menyelami. “Aku lihat, aku ngobrol waktu di sana, terus membaca banyak hal soal Papua,” ujarnya.
Setelah menciptakan lagu itu, ia membawakan lagu di depan publik. Selama penampilannya, kata Iksan, jika ada orang Papua, tak ada yang tak nangis. “Aku nggak tahu kenapa?. Mereka hanya ngomong ‘Kakak…eh kakak, terima kasih. Kau sudah lebih Papua dari kami yang Papua. Makasih sudah mewakili, itu yang kami rasakan,” kata Iksan menceritakan perbincangan dengan pemuda Papua.
Selama di Papua ia merasakan terjadi ketimpangan antara Papua dengan provinsi lain. Iksan berharap kondisi Papua, semakin baik. Berbicara Papua, kata Iksan, sangat kompleks mulai sebelum Indonesia merdeka, era Presiden Sukarno, setelah orde lama dan melewati perubahan saat reformasi. “Sangat kompleks ngono lo. Kalau mau ditarik akarnya, itu rasanya susah sebenarnya,” kata Iksan,
Iksan melihat orang Papua sebagai manusia, yang membutuhkan kesetaraan, rasa aman, kebebasan, kenyamanan dan kebutuhan mendasar lain sebagai seorang manusia. Ia meminta agar semua melihat orang Papua sebagai manusia. Lagu itu dikerjakan setelah dari Papua.
Lirik ditulis sekitar satu jam, kemudian direkam di Jakarta. Pada 2014, lagu ini dimasukkn dalam album kompilasi. Album dibuat pemuda Papua berjudul Album Kompilasi Papua Itu Kita. Melibatkan banyak musisi lintas kota. “Ada yang dari Papua. Ada 10 atau 11 musisi waktu itu,” katanya.

Hasil penjualan album disumbangkan untuk kegiatan pendidikan di Papua. Para musisi yang terlibat menyumbangkan karyanya secara ikhlas. “Jadi salah kalau ada yang nyinyir aku mendapatkan keuntungan dari lagu Papua,” kata Iksan.
Saat kerusuhan di Manokwaru, Papua menjadi momen yang tepat untuk mengunggah lagu tersebut. Targetnya, katanya, lagu ini bisa menenangkan dan menjadi introspeksi diri bahwa kita itu saudara. Harapan Iksan tak berlebihan, lantaran lirik yang ditulis menyuarakan kesetaraan. “Indonesia bukan hanya Jawa, Indonesia bukan hanya Jakarta.”
Lagu Papua Ku Cinta ini juga masuk dalam album Lvmintv (baca : lumintu) tahun lalu. Album ke 10 Iksan Skuter ini dicetak terbatas sekitar 100 keping kaset dan digital. Ia juga tak memprioritaskan agar menjadi hits single. “Hanya biar terdokumentasi ae targetku,” kata Iksan.

Iksan tak bisa melupakan saat tampil di Walhi Nasional Jakarta. Dihadiri lintas organisasi, suku dan budaya. Termasuk saat tampil di Bandung beberapa waktu lalu. Mereka, katanya, merasa terwakili, ternyata masih ada orang Jawa cinta Papua. Respon mereka sama, menangis. “Lantaran mereka mengira Jawa adalah penjajah, Jawa dianggap suku kolonial versi mereka,” kata Iksan.
Andai kita berkaca, katanya, kenapa sampai kita dianggap sebagai kolonial. “Apa yang terjadi di sana? kan tanda tanya besar. Kok kejem men ngono (kejam sekali) stigma itu.”

Jalan, baca dan makan
[…] Iksan Skuter : Papua Ku Cinta […]