Hari Air Sedunia, Selamatkan Hulu Sungai Brantas

Aliansi Selamatkan Malang Raya menggelar aksi damai, untuk menyelamatkan kawasan hulu sungai Brantas.pada Selasa, 22 Maret 2022. (Foto: Atha Mursasi).
Iklan terakota

Terakota.ID–Memperingati hari air sedunia, kelompok masyarakat sipil yang tergabung dalam Aliansi Selamatkan Malang Raya menggelar aksi damai, untuk menyelamatkan kawasan hulu sungai Brantas. Selain itu, mengingatkan ancaman kerusakan ekologi yang mengancam sumber air. Aksi dilangsungkan dengan membentangkan poster dan seni mural di sumber mata air Gemulo pada Selasa, 22 Maret 2022.

“Kondisi sumber air di Kota Batu dalam kondisi mengkhawatirkan. Banyak yang mati dan debitnya menyusut,” kata juru bicara Aliansi Selamatkan Malang Raya yang juga Manajer Hukum dan Kebijakan Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Jawa Timur, Indra.

Awalnya, Kota Batu memiliki lebih dari 100 sumber mata air, kini tersisa 53 sumber.  Menyusutnya sumber air diduga akibat perubahan atau alih fungsi kawasan tangkapan air di sekitar Gunung Arjuno. Sehingga semakin banyak kawasan tangkapan air yang berubah menjadi ruang terbangun dan metode pertanian yang tak ramah lingkungan.

Aliansi Selamatkan Malang Raya menggelar aksi damai, untuk menyelamatkan kawasan hulu sungai Brantas.pada Selasa, 22 Maret 2022. (Foto: Atha Mursasi).

Aliansi menuntut Pemerirntah Kota Batu menghentikan perubahan kawasan yang dituangkan dalam Rancangan Peraturan Daerah (Ranperda) Rencana Tata Ruang dan Wilayah yang mengeksploitasi kawasan ekologis. Mengancam kawasan hutan, ruang terbuka hijau dan sumber mata air. “Wariskan anak cucu kita mata air, bukan air mata,” katanya.

Mereka juga memprotes rencana pembangunan kawasan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) yang diduga sarat kepentingan investor besar. Selain itu, tidak berpihak terhadap keberlanjutan kawasan, terutama sumber air dan kawasan hutan.Termasuk pembangunan kereta gantung yang akan melintasi hutan kasinan. Sehingga dikhawatirkan akan mengancam keberadaan sumber air kasinan.

Tidak menutup kemungkinan akan ada proyek besar lain yang menyasar beberapa sumber, tak terkecuali umbul gemulo. Apalagi, Pemerintah Kota Batu mengundang investor swasta dalam mewujudkan kereta gantung tersebut, yang dikhawatirkan hanya akan mengeruk keuntungan semata.

“Kami mempertanyakan, apakah benar Pemkot Batu lebih peduli masa depan warga Batu? Terutama terkait sumber air, kawasan hijau dan hutan?,” katanya. Untuk itu, mereka mendorong Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Batu diarahkan untuk menyelamatkan kawasan ekologis yang kritis. Serta mendorong tata kelola ekonomi hijau yang ramah lingkungan.

Seni mural di sumber Gemulo karya seniman Muckizm. (Foto: Atha Mursasi).

Kerusakan ekologis di Kota Batu akan berimbas terhadap Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas. Selain itu, akan menganggu pasokan air bersih bagi warga Kota Malang, sebagian Kabupaten Malang dan wilayah lain yang bergantung aliran DAS Brantas. Jika dilanjutkan, katanya, Pemkot Batu telah mengundang bencana masa depan. “Ingat banjir bandang akhir 2021 lalu,” katanya.