Gedung Sarinah Mall Malang dulu Corcodia Societeit, jadi tempat Sidang Pleno KNIP tahun 1947(Aris Hidayat/Terakota)
Iklan terakota

Terakota.id – Toserba Sarinah terus meluaskan jaringan dengan membuka cabang di sejumlah daerah. Termasuk membuka Gedung Sarinah Plaza yang berdiri megah berada di pusat Kota Malang. Tepat berada di depan Alun-alun Kota Malang.

Selama beberapa tahun terakhir gedung dirombak dengan gaya arsitektur modern. Bangunan bercat dominasi perak dan merah ini membetot mata setiap pengunjung. Di sudut selatan bertulis ‘Sarinah’ di sampingnya batu hitam bertulis prasasti memuat sejarah singkat keberadaan sarinah Malang.

Bercerita gedung Sarinah Malang awalnya merupakan rumah Bupati Malang pertama, Raden Tumenggung Notodiningrat (1820-1839). Setelah dikuasai Belanda gedung diubah menjadi gedung Societiet Concordia atau gedung rakyat. Gedung menjadi tempat berkumpul, berdansa, menonton pertunjukan kesenian, dan makan malam.

Setelah merdeka, gedung ini menjadi tempat kongres Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) pada 25 Februari – 5 Maret 1947. KNIP merupakan cikal bakal Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Sejumlah tokoh nasional hadir seperti Sukarno, Muhammad Hatta, Sutan Syahrir, Edward Douwes Dekker, Ki Hajar Dewantara, Dr. Soetomo hingga Jenderal Soedirman dan Bung Tomo.

Kongres terpaksa dialihkan Malang karena situasi keamanan Jakarta tengah genting. Sidang Pleno mengadendakan pembahasan berbagai keputusan penting dalam sejarah republik ini. Selang empat bulan dari sidang pleno KNIP itu Belanda justru melakukan agresi militer.

Para pejuang saat itu melakukan strategi perang gerilya dan bumihangus. Sejumlah gedung strategis dibumihanguskan. Termasuk gedung Societiet Concordia habis ludes dibakar. Gedung bekas Societiet Concordia dibangun Sarinah sebagai pusat perbelanjaan modern pertama di Malang pada 1970. Gedung Sarinah menjadi satu kesatuan dari struktur tata ruang kota.

Zaman terus bergerak. Pusat perbelanjaan modern bermunculan, mengepung Sarinah Malang. Sarinah melakukan revitalisasi, termasuk memugar monumen KNIP yang berdiri gagah dengan sebuah bangunan beton berlapis marmer. Lapisan batu marmer terdapat relief dan prasasti sidang komite KNIP di Malang.

Concordia Societit pada tahun 1915, kini berubah jadi Sarinah Mall Malang (Perpustakaan Umum dan Arsib Kota Malang)

Pemugaran Monumen KNIP Menuai Protes
Yayasan Inggil Malang memprotes pembongkaran monumen Kongres KNIP di depan Sarinah, Jalan Merdeka Utara Kota Malang. Monumen yang dibangun 1992 itu diganti menjadi batu andesit berisi prasasti kongres KNIP dan tulisan ‘Sarinah’. “Monumen itu milik publik, tak bisa dibongkar semaunya,” kata pimpinan Yayasan Inggil Malang, Dwi Cahyono.

Dia mengaku telah melayangkan protes kepada direksi Sarinah atas pembongkaran itu. Namun, manajemen Sarinah mengaku telah mengantongi rekomendasi dari Badan Perencanaan dan Pembangunan Kota Malang.

Yayasan Inggil merupakan lembaga yang peduli pada pelestarian cagar budaya dan warisan peninggalan bersejarah. Dwi kecewa karena pembongkaran monumen KNIP dinilai menghilangkan identitas dan jati diri Kota Malang. Sidang pleno kelima, kata Dwi, sangat bersejarah karena memutuskan untuk menyetujui perjanjian Linggar Jati.

Manajer Properti Sarinah Kota Malang Eri Suryanto mengatakan monumen KNIP direnovasi, bukan dibongkar. Monumen, katanya, sudah lapuk dan membahayakan pengguna jalan sehingga perlu diperbaiki.

“Sarinah tak menghilangkan monumen bersejarah, tapi bangunan monumen bukan cagar budaya yang tak boleh diubah bentuknya,” tuturnya.