Kedua bangunan kembar dibangun arsitek Karel Bos pada 1936 dan dikembangkan Herman Thomas Karsten pada Bouwplan V Kota Malang. (Foto : KITVL).
Iklan terakota

Terakota.idHilang satu lagi ikon bangunan cagar budaya di Kota Malang. Kota Malang memiliki dua bangunan yang sangat bersejarah terletak di perempatan jalan Kahuripan-Semeru dan Basuki Rahmat. Kedua bangunan kembar dibangun arsiteki Karel Bos pada 1936 dan dikembangkan Herman Thomas Karsten pada Bouwplan V Kota Malang.

Bangunan kembar tersebut kemudian dikenal sebagai Gedung Rajabally. Begitu terkenalnya nama Rajabally, sampai perempatan di mana lokasi gedung tersebut berdiri dinamakan Perempatan Rajabally.

Pada mulanya, kedua bangunan kembar tersebut adalah milik sepasang konglomerat berdarah Tionghoa. Bangunan yang berada di sebelah utara dimiliki pengusaha pabrik gula bernama Han Thiau An. Keluarga Han Thiau An menjual bangunannya dan bangunan tersebut berubah menjadi Toko Buku bernama Boekhandel Slutter-C.C.T van Dorp Co.

Setelah itu pada 1950-an, Toko Buku Boekhandel Slutter-C.C.T van Dorp Co. dibeli warga keturunan India-Pakistan dan berganti nama menjadi Toko Rajabally.

Sedangkan bangunan yang ada di sebelah selatan milik Tan Siauw Khing. Bangunan dijadikan toko perhiasan emas bernama Toko Emas Juwelier Tan, sesuai dengan namanya. Pada 1964, Tan Siauw Khing tak mampu lagi melanjutkan usahanya karena sudah tua. Sementara keempat anaknya menolak untuk menjadi penerus.

Anak-anaknya kebanyakan bersekolah di Belanda dan tidak ingin meneruskan bisnis keluarga. Keluarga Tan kemudian pindah ke Belanda pada 1967. Sekarang bangunan ini ditempati Bank Commonwealth cabang Malang.

Perempatan Rajabally adalah lokasi yang sangat strategi dan menjadi pusat bisnis pada masa itu. Perempatan Rajabally menghubungkan empat tempat yaitu Alun-alun Malang di sisi selatan, Alun-alun Bundar di sisi timur, Ijen Boulevard di sisi barat, dan Pasuruan di sisi utara.

Perempatan Rajabally juga merupakan jalan yang membuka akses ke arah barat sebagai perkembangan kota mandiri yang baru. Jika ditarik secara garis lurus, akan kelihatan bahwa mulai Stasiun Kereta Api Kota Baru Malang-Perempatan Rajabally-Ijen Boulevard merupakan satu kesatuan.

Bangunan Kembar Rajabally seolah merupakan pintu gerbang untuk menuju Ijen Boulevard sebagai kota mandiri yang baru. Kedua menara kembar pada bangunan ini menyerupai dua tangan yang menyangga pegunungan Putri Tidur yang berada di sebelah barat Kota Malang. Hal ini tentunya sudah direncanakan secara matang oleh Herman Thomas Karsten.

Bangunan Kembar bersejarah kini tidak lagi Kembar. (Foto : Restu Respati).

Sayangnya, pada Oktober 2020 gedung Rajabally mengalami perubahan bentuk. Saat ini sedang terjadi renovasi pada bagian atas bangunannya. Jendela kaca pada bagian paling atas sudah hilang. Sedangkan kusen jendela bagian bawah telah diganti baru berbahan alumunium.

Bangunan Kembar yang bersejarah dan fenomenal tersebut kini tidak lagi Kembar. Tidak ada lagi ciri khas dari Perempatan Rajabally. Tragisnya, ini adalah kejadian kedua pada kawasan yang di gadang-gadang sebagai Kawasan Cagar Budaya Kayutangan.

Akhirnya, yang bisa terucap hanyalah : “Selamat bertugas Tim Ahli Cagar Budaya Kota Malang”. Semoga Kota Malang bisa menjadi “Malang Heritage City” seperti yang diharapkan.