Fitri di Kota Injil

Di sini, kemeriahan takbir terasa di jalan-jalan keliling Kota Manukwari. Masyarakat yang beragama Kristen dan Katolik ikut meramaikan dan menjaga acara takbir keliling tersebut. Dari peristiwa ini terbukti kota ini adalah kota yang damai dan cinta atas kerukunan umat beragama.

Takbir keliling di Manukwari (Sumber: jagatpapua.com)
Iklan terakota

Oleh: Muliansyah Abdurrahman*

Terakota.id– Cerita ini tentang “Om Alex” di saat berlebaran di kota Waisai Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat. Ketika itu penulis bertemu Om Alex saat berlebaran di rumah, pukul 11.00 Waktu Indonesia Bagian Timur, setelah sholat Id di pantai WTC (Waisai Torang Cinta), salah satu destinasi wisata di Raja Ampat. Om Alex muncul dengan raut wajah cerah, meriah, dan bangga.  Ia bersalaman dengan orang-orang rumah sambil menyampaikan “assalamualaikum”dan menyatakan: “Mohon maaf lahir batin semua yang ada disini”. Di sela-sela keakraban, Om Alex bercanda, “masih puasakah?” Sontak semuanya di dalam rumah menjawab dengan tertawa. Tentu semuanya telah berlebaran di hari itu.

Ramadhan telah lewat. Kita tengah menikmati hari kemenangan. Seluruh umat Islam merayakan hari kemenangan ini dengan suka cita. Bagi umat Islam yang telah berpuasa sebulan penuh, hari kemenangan ini teramat istimewa. Termasuk di tanah Papua. Om Alex menjadi cerita indah di hari lebaran ini. Om Alex langsung mengucapkan banyak terima kasih kepada setiap orang di Waisai bahwa kita di Raja Ampat sudah berlebaran.

Lalu ia bertanya lagi, “kenapa lebaran hanya berapa hari ‘ini kah?’, kenapa lebaran tidak panjang-panjang kah?’”

Dari pertanyaan itu, kita tahu bahwa Om Alex bermaksud dan beranggapan kalau lebaran hanya satu atau dua hari. Lalu, kota Waisai ini akan sunyi dan tidak ada lagi macam-macam kue di berbagai tempat secara gratis. Lebaran, tentu identik dengan aneka kue di setiap rumah, bahkan dengan hidangan yang istimewa.

Istimewanya, Idul Fitri adalah kemenangan untuk kita semua dan rahmat bagi alam semesta, bukan hanya untuk umat Islam. Seperti halnya Om Alex, ternyata ia ingin berlebaran terus. Karena melihat begitu indahnya berlebaran. Ia seakan menyadari bahwa Islam hadir di tanah Papua memberikan nilai dan manfaat bagi masyarakat pada umumnya. Termasuk bagi Om Alex yang beragama Nasrani atau Kristiani.

Islam hadir di tanah Papua dengan suasana hidup damai, rukun dan memberikan manfaat bagi lingkungan sekitarnya. Tanpa membedakan dari suku maupun agama manapun. Islam adalah agama “rahmatan lil alamin” artinya Islam adalah agama yang datang untuk memberi rahmat bagi seluruh mahluk di muka bumi ini. Bahkan, Islam Papua di zaman kedaulatan kerajaan Tidore masih menjadi jembatan para misionaris untuk melaksanakan misi Kristen kepada masyarakat Papua yang belum beragama. Sebagaimana menjadi catatan sejarah hidup kita masyarakat Papua, bahwa Manukwari adalah pusat peradaban Injil pertama kali di Tanah Papua.

Kini Manukwari menjadi kota peradaban Injil. Namun bukan berarti Islam tidak hadir dalam pengembangan kota teresebut. Kehadiran Islam justru menjadi kesejukkan  dalam membangun kota Manukwari sebagai kota Injil masa kini. Idul Fitri di kota Injil adalah argumentasi atau tema yang menunjukkan bahwa tanah Papua khususnya di Raja Ampat, Sorong, Fak-fak dan Manukwari adalah bagian dari kehidupan keberagaman yang rukun. Masyarakat berdampingan tanpa ada kecurigaan antar satu agama dengan agama lain.

Persaudaraan masyarakat di tanah Papua sangat memberikan nilai positif bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Nasionalisme hadir ketika pusparagam agama, suku dan ras yang ada di masyarakat Papua bersaudara. Terbukti, kehadiran masyarakat Papua, kepala suku, tokoh agama, pemerintah dan tokoh masyarakat ketika menyerukan umat dan masyarakatnya agar menjaga ibadah dan perayaan umat Islam yang datang pada bulan ini.

Di Raja Ampat hampir seluruh masyarakat beragama Kristen berbondong-bondong menjaga ibadah hari raya umat Islam di Pantai Waisai. Pantai ini menjadi tempat acara-acara masyarakat Raja Ampat di Manukwari, yang di sebut sebagai kota Injil. Di sini, kemeriahan takbir terasa di jalan-jalan keliling Kota Manukwari. Masyarakat yang beragama Kristen dan Katolik ikut meramaikan dan menjaga acara takbir keliling tersebut. Dari peristiwa ini terbukti kota ini adalah kota yang damai dan cinta atas kerukunan umat beragama.

Apalagi di Fak-fak yang mayoritas Muslim. Tentu lebaran menjadi perayaan besar umat Islam di tanah Papua. Juga di Kota Sorong dan Kabupaten Sorong. Lebaran Idul Fitri dari tahun ke tahun adalah sangat istimewa dan kedamaian terjaga tak pernah rapuh hingga kapanpun. Indonesia ada di tanah Papua, harmoni, rasa nasionalisme telah terbangun pada masyarakat Papua. Jangan melihat Papua dari satu sudut pandang. Lihatlah Papua dari berbagai sudut, agar mengenal Papua seutuhnya. Mulai dari masyarakat pantai hingga masyarakat di pegunungan.

Perbedaan bukan menjadi prinsip utama untuk merasa berbeda, tetapi perbedaan bisa pula menjadi prinsip kebersamaan, prinsip toleran, prinsip kerukunan. Dan menjadi satu kekuatan untuk membangun prinsip hidup satu sama lain. Dengan semangat filosofis bersama sebagaimana yang menjadi kajian bagi masyarakat Fak-fak yakni “Satu Tungku Tiga Batu.Artinya, bila satu tujuan hidup harus ditonggak dengan tiga batu yang kuat untuk membangun peradaban masa depan tanah papua.

Raja Ampat maupun Manukawari adalah representasi Islam yang  minoritas, tetapi keberagaman tetap terjaga hingga masa kini. Islam pun tetap menjadi agama yang dihormati oleh masyarakat yang beragama Kristen maupun Katolik. Semoga lebaran kali ini di tanah Papua menjadi pelajaran bagi wilayah-wilayah lain di Indonesia. Sehingga negeri ini menjadi negeri yang damai, adil dan sejahtera. Maka penulis yakin bahwa kehidupan masyarakat Indonesia akan bahagia selalu dari setiap perkembangan zaman.

Pondok Gede, 9 Juni 2019

Penulis (Sumber: Dok. Pribadi).

*Penulis Adalah: Dosen FISIP UMS dan Peneliti Institut Politik Indonesia (IPI)

Tinggalkan Komentar

Silakan tulis komentar anda
Silakan tulis nama anda di sini