Kinofest_(Foto: Goethe-Institut)
Iklan terakota

Terakota.id-Goethe-Institut Indonesien menghadirkan Festival Kinofest mulai 18 Februari 2021. Menghadirkan  12 film Jerman yang tayang di delapan negara Asia Tenggara. Kinofest merupakan festival tahunan yang menampilkan karya-karya aktual dari khazanah film Jerman. Penayangan berlangsung secara daring, melalui platform Video on Demand. Penonton bisa mengakses di delapan negara Asia Tenggara.

Pengarang Erich Kästner dan Alfred Döblin pada 1920-an menemukan kota besar sebagai objek pengamatan mereka. Menjelang perebutan kekuasaan oleh kaum Nasionalsosialis, Kästner melalui Fabian dan Döblin melalui Berlin Alexanderplatz menghadirkan potret metropolitan Berlin yang sampai sekarang belum tertandingi.

Lengkap dengan semua rayuan dan godaan, gemerlap lampu dan jurang menganga. Belakangan ini, sikap hidup yang khas pada salah satu era di zaman modern klasik itu menjadi fokus para pegiat media dan seni, tak hanya di Jerman, dan sering kali divisualkan dengan merujuk kepada estetika Neue Sachlichkeit (Objektivitas Baru).

Karya utama kedua sastrawan itu kini hadir kembali dalam versi film. Sutradara terkemuka Jerman Dominik Graf menggarap Fabian oder Der Gang vor die Hunde pada 2021. Sementara sutradara Burhan Qurbani memindahkan kisah Berlin Alexanderplatz ke Berlin masa kini dalam versi filmnya yang baru (2020).

“Kami sangat bergembira bahwa kedua film yang masih baru namun sudah berkali-kali meraih penghargaan tersebut,” kata Public Relations Manager Goethe-Institut Indonesien Ryan Rinaldy melalui siaran pers yang diterima Terakota.ID.

Goethe-Institut Indonesien mempersembahkan untuk kali pertama di Asia Tenggara dalam rangka festival ini. Sedangkan di Vietnam akan diputar film Ökozid dan Draw a Line sebagai pengganti Berlin Alexanderplatz.

Perenungan mengenai kehidupan di kota besar rasanya memiliki relevansi tersendiri di negara-negara Asia Tenggara yang dikenal luas bercirikan kawasan urban yang padat. Namun, dengan internet memungkinkan bisa menjangkau lebih banyak orang. Film-film ini juga akan menemui para penontonnya di daerah-daerah yang belum kami bayangkan sampai kemarin.

Kedua film dipilih, lantaran pada tahun ini fokus karya film yang gemilang dari karya-karya sastra. Die Vermessung der Welt, misalnya, menceritakan kehidupan ahli matematika Carl Friedrich Gauß dan naturalis Alexander von Humboldt. Film ini berdasarkan novel karya Daniel Kehlmann (2005).

Dalam versi film dari Schachnovelle karya Stefan Zweig, disutradarai oleh Phillip Stölzl. Menghadirkan aktor Albrecht Schuch sebagai penyiksa notaris Joseph Bartok  yang diperankan Oliver Massucci yang dikenakan kurungan isolasi. Schuch sudah kita kenal dari Berlin Alexanderplatz (pemeran tokoh Reinhold) dan Fabian (pemeran tokoh Stephan Labude). Sementara Masucci meraih Hadiah Film Jerman 2021 untuk peran sebagai sutradara pionir Rainer Werner Fassbinder dalam film biografi Enfant terrible.

Lewat Whisky und Wodka juga hadir melengkapi sajian dengan sebuah tragikomedi yang menghadirkan ansambel pemeran yang luar biasa. Film karya Andreas Dresen ini dirilis pada 2009. Yang mengingatkan kita pada satu atau dua adegan dalam Enfant terrible.

Curveball – Wir machen die Wahrheit oleh Johannes Naber kami anggap sebagai satire politik yang sangat berhasil. Sengaja disajikan kepada Anda, sama halnya dengan melodrama Undine oleh Christian Petzold dan thriller bernuansa suram Freies Land oleh Christian Alvart. Semuanya produksi film ini dapat memperluas wawasan mengenai Jerman.

Melengkapi program ini, hadir tiga buah film dokumenter menonjol, yang menunjukkan seluruh rentang gaya narasi yang dimungkinkan dalam genre ini. Yakni The Cleaners – Im Schatten der Netzwelt oleh Hans Block und Moritz Riesewieck, Dear Future Children oleh Franz Böhm dan Herr Bachmann und seine Klasse oleh Maria Speth, yang meraih Hadiah Juri Berlinale ke-71 pada 2021.