
Terakota.ID—Perkumpulan Ahli Epigrafi Indonesia (PAEI) bekerjasama dengan Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial (FIS) Universitas Negeri Malang menyelenggarakan Seminar dan Lokakarya Nasional Epigrafi 2022 di Aula Ki Hajar Dewantara, pada 14-15 Oktober 2022. Seminar bertema “Epigrafi sebagai Garda Depan Peradaban Indonesia” dihadiri perwakilan komisariat daerah PAEI di Indonesia, dosen sejarah, mahasiswa dan komunitas pelestari warisan budaya.
Ketua PAEI Dr. Ninie Soesanti menyampaikan dalam program jangka pendek akan melakukan pendataan kepakaran anggota, kerjasama, sosialisasi dan pendampingan, format Diskusi Epigrafi Nusantara (DEN), serta publikasi. Pendataan kepakaran anggota tahun lalu, bertujuan mengetahui bidang keilmuan dan keahlian para anggota dalam fokus penelitiannya terhadap data epigrafi.
Selain itu, program sosialisasi dan pendampingan untuk sosialisasi dan edukasi sumber data dan hasil penelitian epigrafi kepada masyarakat. Bentuknya bisa dilakukan dengan memberikan pendampingan melalui pengiriman praktisi pengajar anggota PAEI di kegiatan rutin pembelajaran aksara Jawa kuno yang diselenggarakan oleh komunitas pelestari warisan budaya aksara Jawa kuno.
Serta diskusi DEN secara rutin khusus untuk anggota PAEI. Sedangkan untuk publikasi diterbitkan penerbitan jurnal “Sambhāṣaṇa”. “Beberapa program jangka menengah dan jangka panjang PAEI, akan dibahas dalam rapat internal dengan komda dan pengurus pusat,” katanya .
Sedangkan pengembangan penelitian epigrafi di Indonesia untuk masa kini dan mendatang dilakukan sejumlah strategi. Meliputi penelitian epigrafi berhubungan dengan pemajuan kebudayaan, penelitian epigrafi kolaborasi multidisiplin ilmu dan kelembagaan, epigrafi untuk menunjang kehidupan di masa depan, sedangkan tugas besar para ahli epigrafi Indonesia dalam peluang dan tantangan inovasi metodologi dan teknologi baru.
Selain itu, dibutuhkan Inventarisasi, dokumentasi, katalogisasi, dan digitalisasi sumber data epigrafi Indonesia. Disusul pelestarian, publikasi, promosi, dan edukasi sumber data dan hasil kajian epigrafi. Serta memahami pengetahuan-pengetahuan yang terkandung dalam prasasti. Selain itu, Indonesia membutuhkan kajian masa lalu, salah satunya melalui penelitian epigrafi untuk memperkuat persatuan.
“Penelitian epigrafi sudah tidak lagi hanya berupa alih-aksara dan terjemahan prasasti lama maupun baru semata, melainkan lebih dari itu harus diimbangi dengan pengembangan teori, pendekatan, metode, serta paradigma baru dalam ilmu pengetahuan modern,” katanya.
Selanjutnya, lebih dari itu harus mampu menyesuaikan dan beradaptasi dengan isu-isu penelitian epigrafi, arkeologi, dan sejarah nasional dan internasional. Selain itu, penggunaan dan penguasaan teknologi perekaman atau dokumentasi dan inventarisasi epigrafi juga sangat penting untuk dikembangkan demi menunjang penelitian epigrafi. Oleh karena itu, masih banyak tugas-tugas yang harus dilakukan oleh para ahli epigrafi Indonesia.
Epigrafi sebagai sumber data sejarah, sangat mendukung dalam penelitian sejarah. Terutama dari masa klasik (Hindu-Buddha) hingga masa kolonial dan pendudukan Jepang. Bahkan masa pasca kemerdekaan Indonesia. Mengumpulkan para ahli dalam bidang-bidang tersebut sangat penting dalam memperkokoh pondasi keilmuan epigrafi dan memperkaya hasil penelitiannya.
Peningkatan sumber daya manusia epigrafi Indonesia sangat penting dilakukan. Mengingat para peneliti epigrafi atau epigrafi di Indonesia hingga saat ini masih terbatas. Sementara, temuan sumber data epigrafi di Indonesia dari berbagai daerah semakin melimpah dengan bentuk, karakter, beserta varian-variannya.
Sehingga dibutuhkan dukungan melalui kegiatan-kegiatan berupa pelatihan, workshop, seminar, lokakarya, hingga dorongan atau motivasi untuk studi lanjut jenjang S2 dan S3. Serta short course ke luar negeri. Sehingga, para ahli epigrafi diharapkan mempersiapkan diri dalam menerima dan menghadapi tantangan serta peluang.
Para ahli epigrafi Indonesia juga berperan dalam sosialisasi dan pendampingan kepada masyarakat. Saat ini banyak komunitas pelestari warisan budaya aksara Jawa kuno serta aksara lokal di Indonesia. Sehinga perlu disadari bahwa beberapa pelopor atau pemateri (tentor) dari agenda-agenda kelas aksara, kini tergabung menjadi anggota dalam Perkumpulan Ahli Epigrafi Indonesia (PAEI) pada masing-masing komda.
Dalam mendukung pelestarian aksara Jawa kuno dan aksara lokal sebagai warisan budaya tak benda (intangible), PAEI saatnya mengambil peran mendukung agenda kelas aksara Jawa kuno dan aksara lokal di beberapa daerah di Indonesia. Yakni dengan menugaskan anggota sebagai praktisi pengajar.
Kelas aksara Jawa kuno dan aksara lokal, katanya, sebagai upaya edukasi warisan budaya kepada masyarakat. Serta sebagai bentuk pelayanan PAEI kepada masyarakat atas kebutuhan penggunaan sumber data epigrafi. Juga, sosialisasi dan publikasi hasil penelitian epigrafi dari berbagai daerah di Indonesia.
Dalam sosialisasi dan pendampingan, diharapkan tercipta kerjasama dan simbiosis mutualisme (saling menguntungkan) dalam upaya inventarisasi, dokumentasi, penelitian, serta publikasi epigrafi di Indonesia. Selain itu juga dalam rangka memperkuat jaringan antar organisasi atau komunitas epigrafi secara sinkronis dan diakronis.
Banyak agenda dan program yang harus dilakukan untuk merealisasikan sosialisasi dan pendampingan. Konsep ini, katanya, diharapkan memperkaya generasi peneliti epigrafi atau epigraf maupun edukator (praktisi pengajar) epigrafi di Indonesia untuk masa kini dan masa depan.
PAEI juga mendukung dalam meningkatkan publikasi produk-produk hasil penelitian serta pengembangan dan pemanfaatan sumber data epigrafi. Dibutuhkan publikasi karya tulis ilmiah epigrafi berupa artikel atau makalah, buku, dan katalog dan karya kerajinan seperti kaos, baju, dan tas.
Publikasi karya tulis dan kerajinan dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan finansial dan moril anggota PAEI. Serta para pembuat karya-karya kerajinan tersebut. Karya tulis dan kerajinan bertema epigrafi tersebut diharapkan akan berguna untuk mengomunikasikan sumber data epigrafi yang mampu disesuaikan dengan fenomena atau gejala kebudayaan masa kini (populer).
Sekaligus menjawab peluang dan tantangan dalam mengatasi problematika yang terjadi pada dewasa ini. Seperti tema Kongres Epigrafi Nasional 2021, “Epigrafi untuk Pemajuan Kebudayaan”. Epigrafi menyimpan kekuatan suatu bangsa untuk bangkit dan berkembang seiring dengan kemajuan zaman modern.
* Perkumpulan Ahli Epigrafi Indonesia (PAEI) Komda D.I. Yogyakarta.

Merawat Tradisi Menebar Inspirasi
[…] Madiun. Sebenarnya masih banyak agenda-agenda kegiatan dan pekerjaan penelitian dari para peneliti epigrafi serta arkeologi yang belum selesai dalam waktu dekat, karena keterbatasan sumber data pendukung […]