Ecoton Mendesak Gubernur Atasi Pencemaran Sungai Surabaya

Limbah mikroplastik yang terlihat dari mikroskop. (Mongabay),
Iklan terakota

Terakota.ID–Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah atau Ecological Observation and Wetlands Conservation (Ecoton) mengirim surat kepada Gubernur Jawa Timur pada  Kamis, 8 September 2022. Ecoton berkirim surat atas temuan kerusakan sungai Surabaya, selama Ecoton menyusuri sungai selama tiga hari terakhir di sepanjang sungai Surabaya.

Surat disampaikan perwakilan Ecoton Nanda Pramudya Fadli dan Wahyu Prahardana, keduanya mahasiswa Program Studi Sejarah Universitas Negeri Malang ini tengah mengikuti intership program Ecoton. Mereka turut menyerahkan berkas pengaduan kerusakan sungai, sekaligus permintaan beraudensi dengan Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa.

“Temuannya antaralain, timbulan sampah, bangunan liar, pohon plastik, juga sampah plastik kemasan sekali pakai. Selain itu, kadar pencemaran limbah dan mikroplastik,’ kata Nanda dalam pernyataan tertulis yang diterima Terakota.ID.

Nanda berharap Pemerintah Provinsi Jawa Timur memperhatikan pencemaran sungai Surabaya. Mengingat air sungai Surabaya menjadi bahan baku utama air minum warga Surabaya yang dikelola Perusahaan Air Minum Daerah (PDAM) Surabaya.  Sungai Surabaya, katanya,  memberi fungsi penting sejak zaman kolonial Belanda. Meliputi air irigasi, transportasi, sumber makanan dan jalur perdagangan utama

“Ekosistem sungai harus dijaga, pulihkan kembali kulitas sungai Surabaya,” katanya. Sesuai fungsinya, kata Nanda, sungai di Nusantara menjadi penunjang urat nadi kehidupan.

Pegiat lingkungan yang tergabung dalam Ecological Observation and Wetland Conservations (ECOTON) menyusuri sungai Surabaya untuk meningkatkan kualitas air sungai. (Foto: Ecoton).

Manager divisi advokasi dan litigasi  Ecoton Kholid Basyaiban menjelaskan jika mengirim surat audiensi kepada Gubernur Jawa Timur selaku pemangku kepentingan sungai Surabaya bertujuan agar segera ditindaklanjuti. Sekaligus, mekanisme pemulihan seperti yang diusulkan Ecoton. “Jika tidak segera ditindak, pencemaran sungai akan semakin parah. Sehingga berdampak terhadap kesehatan manusia dan kerusakan ekosisitem sungai,” kata Kholid.

Kegiatan susur sungai Surabaya dilangsungkan selama 3 hari oleh tim relawan dan Ecoton. Mereka mengidentikasi dan mengelola data di sungai, berupa berdiri sebanyak 1.152 bangunan liar, 475 timbulan sampah liar, 566 pohon plastik dan tujuh pembuangan limbah ke sungai “Susur sungai mulai dari Mlirip Surabaya, Mojokerto sampai Gunungsari Surabaya,” katanya.

Sedangkan hasil brand audit Ecoton di Tempat Penampungan Sementara (TPS) Cangkir diperoleh data, sebanyak tiga perusahaan yang menyumbangkan sampah tersbesar. Yakni Wings 44 persen, Indofood 21 persen, dan Forisa 15 persen,  sisanya produsen lainnya.. Mayoritas sampah yang ditemukan berupa sampah plastik kemasan sekali pakai, sebanyak 70 persen.

Ecoton Nanda Pramudya Fadli dan Wahyu Prahardana, (Foto: Ecoton)<

“Berharap pemangku kepentingan mendorong produsen polluter sampah segera membuat dokumen atau perencanaan peta jalan pengurangan sampah,” katanya. Sesuai Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 75 tahun 2019 Tentang Peta Jalan Pengurangan Sampah oleh Produsen. Dokumen perencanaan, katanya, merupakan bentuk keseriusan produsen untuk bertanggungjawab atas sampah yang dihasilkan.

Sementara, hasil uji kualitas air dua pembuangan air dari Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) pabrik menunjukkan beberapa parameter melebihi baku mutu. Seperti yang diatut dsalam Peraturan Pemerintah Nomor 22 tahun 2021 tentang Perlindungan dan Pengelolahan Lingkungan Hidup. Ecoton berharap, pemerintah dan aparat yang berwenang melakukan pengawasan dan penindakan ayas saluran pembuangan IPAL di sepanjang Sungai Surabaya.

Sedangkan hasil uji mikroplastik, terkumpul data jumlah mikroplastik jenis fragmen mencapai 57 persen. Mikroplastik ini berasal dari remahan sampah plastik bahan keras seperti botol minum, sachet kemasan, tutup botol dan sebagainya. Sedangkan jenis Filamen ditemukan 23 persen., berasal dari kantong plastik tipis dan jaring nelayan. Mikroplastik jenis Fiber 13 persen, berasal dari sampah kain sintetis. Jenis mikroplastik Granula 5 persen, berasal dari produk perawatan tubuh (Microbeads). Sedangkan mikroplastik jenis Foam dua persen, berasal dari Styrofoam.