Ecoton : Kawasan Hulu dan Hilir Sungai Brantas Tercemar Mikroplastik

Peserta Jambore Indonesih Bersih dan Bebas Sampah 2018 membersihkan sampah di bataran sungai Brantas. (Terakota/Eko Widianto).
Iklan terakota

Terakota.id—Kawasan hulu hingga hilir sungai Brantas tercemar mikroplastik. Penelitian dilangsungkan Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah (Ecoton) bersama komunitas Envigreen, Mahasiswa Biologi Universitas Islam Maulana Malik Ibrahim Malang Oktober 2020.

Penelitian dilakukan di sembilan Kota mewakili segmen hulu meliputi Malang, Blitar dan Tulungagung, segmen tengah di Kediri, Jombang dan Mojokerto dan segmen hilir terdiri atas Gresik, Sidoarjo dan Surabaya.  Hasilnya menunjukkan kandungan mikroplastik terbanyak ditemukan di Kota Malang.

Terdiri atas 99 partikel mikroplastik per 100 liter. Penelitian dilakukan di kawasan padat penduduk yang biasa membuang sampah langsung ke sungai Brantas. “Jenis mikroplastik yang paling banyak dijumpai jenis fiber atau serat plastik yang berasal dari aktifitas pencucian tekstil,” kata Direktur Eksekutif Ecoton, Prigi Arisandi dalam keterangan tertulis yang diterima Terakota.id.

Permukiman di Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas memberikan kontribusi besar dalam pencemaran air. Saluran limbah domestik rumah tangga dibuang ke badan air. Sedangkan jumlah mikroplastik terkecil ditemukan di Sidoarjo sebesar 14 partikel per 100 liter.

Penelusuran Ecoton menyunjukkan sumber mikroplastik di sungai Brantas berasal dari limbah cair industri kertas yang menggunakan bahan baku kertas bekas. Ecoton mencatat sebanyak 12 industri kertas di sepanjang DAS Brantas. Melalui proses daur ulang memungkinkan terjadi kontaminasi mikroplastik dalam limbah cairnya. Disusul limbah cair domestik penduduk di DAS Brantas. Serta timbulan sampah yang dibuang dan ditimbun di badan air.

“Tidak semua bagian sungai Brantas terkontaminasi mikroplastik,” ujar Prigi. Kali Gogor di Dusun Mendiro, Desa Panglungan, Kecamatan Wonosalam, Kabupaten Jombang tak ditemukan mikroplastik. Anak sungai Brantas yang bersumber di gunung Anjasmoro ini relatif bersih.

Untuk memastikan jenis plastik diamati dengan mikroskop melalui uji lanjutan menggunakan metode  Fourier Transform Infra Red (FTIR) di Laboratorium Center for food and agriculture Program studi Teknologi Pangan Fakultas Teknik Pertanian Unika Soegijapranata Semarang.

Mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim yang tergabung dalam Enviromental Green Society meneliti kualitas sungai Brantas. Mereka memeriksa sampah plastik di DAS Brantas. (Terakota/Eko Widianto).

Hasilnya menunjukkan mikroplastik yang ditemukan di Sungai Brantas termasuk dalam jenis PET (Polyethylene Terephthalate) plastik untuk kemasan makanan dan minuman sekali pakai. PP ( polypropylene) jenis plastik yang sulit didaur ulang untuk tempat makanan/minuman, botol sirup,  kotak yogurt, sedotan plastik, selotip, dan tali berbahan plastik dan PE (polyethylene) terdapat pada tas kresek.

Sungai Brantas merupakan sungai strategis yang berperan sebagai sumber pembangkit listrik di Pulau Jawa dan Bali, dan menyokong 20 persen stok pangan nasional.  Selain itu, 40 persen populasi penduduk di Jawa Timur atau 14,5 juta jiwa tinggal di DAS Brantas.

Sungai Brantas melewati 15 kota dan kabupaten, dengan sistem pengolahan sampah yang buruk menjadi masalah besar. Sungai Brantas menjadikan tempat sampah raksasa bagi sampah domestik.

1 KOMENTAR

Tinggalkan Komentar

Silakan tulis komentar anda
Silakan tulis nama anda di sini