Pertunjukan Dua Drama Mini Kata di gedung DPRD Kota Malang 10-12 November 2020 menarik perhatian penikmat seni. (Terakota/Wulan Eka).
Iklan terakota

Penulis : Wulan Eka*

Terakota.idPementasan Dua Drama Mini Kata di gedung DPRD Kota Malang menarik perhatian seniman Yongky Irawan. Pegiat Kampung Djanti Padhepokan yang akrab disapa Mbah Yongky mengapresiasi hajatan peringatan 36 tahun Teater IDEoT 10-12 November 2020. Ia juga berharap akan muncul seniman teater dan sutradara kecil hasil pengkaderan Teater IDEoT.

“Terima kasih atas kepercayaannya. Kami yang sepuh ingin generasi muda melanjutkan usaha melestarikan seni dan budaya,” ujarnya usai pementasan, Rabu 12 November 2020.Ia berharap para pelaku seni tidak berhenti di sini. Namun, lebih banyak lagi kegiatan yang berkaitan dengan seni budaya.

Pelatih teater Sanggar Angkasa Blimbing, Mochammad Aji menilai cerita kedua drama yang dipentaskan berbobot. Pementasannya berkonsep baru dan unik. “Konsep grouping adegan digambarkan dengan cara yang unik dan baru saya lihat di sini,” kata pemimpin sanggar teater anak-anak ini.

Ia berharap pimpinan Teater IDEoT Moehammad Sinwan dan semua pihak di Teater IDEoT tetap solid dan terus berkarya. Membuat karya yang selalu baru dengan ciri khas Teater IDEoT. “Saya pun bersedia kalau harus membayar tiket pertunjukan. Tapi ini gratis, beruntung sekali saya dapat kesempatan menonton di sini,” ujarnya.

Anggota UKM teater Universitas Brawijaya Deddy Hussein mengaku senang, teater bisa dekat dengan lembaga pemerintahan. Pementasan digelar di dalam gedung DPRD Kota Malang. “Atinya pemerintah perlu semakin peduli terhadap teater, khususnya yang ada di Malang,” katanya.

Pertunjukan Ndek Ndek Sur, katanya, awalnya menarik. Namun, di tengah-tengah adegan kurang bisa dinikmati ketika adegan berramai-ramai. Seolah asal grudhuk-grudhuk, cenderung gerakannya terlalu seragam. “Seperti ter-koreografi-kan. Tidak ada ekplorasi individu ektetika,” katanya.

Pementasan Dua Drama Mini Kata berlangsung selama satu setengah jam di gedung DPRD Kota Malang, Selasa 10 November 2020. (Terakota/Helmi Naufal).

Apalagi ketika mengulang ucapan yang disampaikan aktor lain. Sementara pementasan Bendera Rubuh, terkesan lebih halus dan terlihat simbolis. Judul dan kemunculan tokohnya yang membawa bendera bisa dipahami dengan mudah. Namun kemunculan koreografi kelompok yang laki-laki seolah menggantikan pesan secara verbal berubah menjadi gerakan bersama yang sudah dikonsep seperti tarian. “Padahal secara teori teater mini kata adalah gerakan tetapi non-tari,” ujarnya.

Melihat kerapian gerakan di pementasan kedua, ia menilainya tergolong sebagai tarian. Artinya  gerakannya terkonsep, namun ia mengaku tidak tahu pertimbangan sutradara M Sinwan alias Lekboss . Apakah faktor interpretasi dan perwujudan di atas panggung? “Para penonton belum tentu pernah menonton teater, biasanya harus lebih keras memahami cerita, dibandingkan menonton film,” katanya.

Secara garis besar, Deddy mengakui Bendera Rubuh mudah dipahami dan cocok untuk menjadi penutup pertunjukan.  Apalagi dekat dengan momen hari pahlawan. Secara garis besar, ia mengakui baru pertama kali menonton pertunjukan teater IDEoT.

Guru sekaligus Ketua Komunitas Menulis Buku (Komalku) Indonesia Anis Hidayatie menilai pertunjukan ini sebagai angin segar bergeliatnya seni peran teater kembali di panggung. Meski pandemi COVID-19, kehadiran pertunjukan teater bak hujan di musim kering.

“Pentas ini mampu menumbuhkan kembali minat pada seni teater,” ujarnya. Sekaligus memberi ruang kembali pada peminat, penikmat seni teater. Penampilan kolaborasi Teater Keong SMA Negeri 7 dan  Teater IDEoT memikat para pemuda untuk terus mengekspresikan diri.

*Reporter Malang, tengah menempuh pendidikan di Universitas Brawijaya