Penampilan Malang Drama Musikal mampu menghipnotis penonton. (Terakota/Jossi Andriani).
Iklan terakota

Reporter : Jossi Andriani

Terakota.id–Suara gending dan musik tradisional mengalun merdu dari gedung kesenian Gajayana Kota Malang. Sekitar 250 pasang mata menatap panggung, ruangan luas terkesan lengang. Sorot lampu padam, musik gamelan berkombinasi musik modern sayup-sayup terdengar. Di tengah alunan musik tiga ekor lutung Jawa melintas, menari sembari bernyanyi di atas panggung.

Ini merupakan adegan pembuka pentas drama musikal “Mas Timun.” Diselenggarakan Malang drama musikal, sebuah komunitas drama musikal  yang berdiri setahun lalu. Penonton menyambut dengan meriah. Drama musikal diselenggarakan Sabtu-Minggu 11-12 Agustus 2018.

Mereka menampilkan kisah atau cerita rakyat untuk mengangkat kembali eksistensi drama musikal di depan publik. Lantaran peminat drama musikal sepi, terutama warga Malang. “Pementasan drama musikal juga mengenakan drama musikal kepada anak-anak. Karena jarang sekali tampil,” kata sutradara drama musikal, Pupawa Arya Pratama.

Drama musikal merupakan bentuk ekspressi seni kolaborasi antara musik, gerak dan tari. Menggambarkan suatu cerita yang dikemas dengan tata koreografi dan musik menarik. Sehingga terbentuk drama musikal.

Penulis naskah Ima menjelaskan alasan mengangkat cerita rakyat. Tujuannya untuk mengangkat budaya dan tradisi akar budaya Nusantara. Agar lestari dari masa ke masa. Cerita rakyat berjudul Timun Mas sengaja diolah menjadi drama musikal khas gaya Malang Drama musikal.

Ada modifikasi sehingga naskah pementasan berbeda dari cerita rakyat Timun Mas. Seperti pemeran utama Timun Mas seorang putri cantik. Pada pentas Malang Drama Musikal, tokoh utama timun mas seorang pria tampan. Sehingga drama musical berjudul Mas Timun.

Alur cerita berubah, karena penulis naskah ingin menampilkan sesuatu yang segar. Tak ada maksud mengganti cerita, tapi supaya ceritanya segar. “Terus pesannya juga mudah ditangkap penonton,” katanya.

Drama musikal Mas Timun ini menggubah cerita rakyat Jawa yang telah terkenal seantero Nusantara. Penampilan mereka ditutup dengan tampilnya raksasa yang berubah menjadi baik hati. Pesan drama ini, menyampaikan pesan kepada penonton anak-anak, agar bersikap baik dan tak jahat.

drama-musikal-mas-timun-hipnotis-publik-malang
Penampulan Malang Drama mampu menghipnotis penonton. (Terakota/Jossi Andriani).

Komunitas Malang Drama Musikal berdiri secara tidak sengaja. Dimulai dari sekumpulan pemuda dan pelajar yang gemar teater, musik, dan menulis. Akhirnya memutuskan membentuk komunitas drama musikal. Mereka juga khawatir drama musikal bakal punah.

Sebagai awal perkenalan komunitas Malang drama musikal kepada masyarakat, mereka menyuguhkan penampilan terbaiknya di gedung kesenian Gajayana Malang.”Rencananya dilaksanakan rutin setiap tahun,” kata salah seorang anggota Malang drama musikal, Kikin.

Ia mengaku mengalami banyak hambatan saat mempersiapan pementasan. Selama dua bulan menghadapi anggota yang banyak kegiatan sehingga latihan tak tepat waktu. Banyak juga pemain drama musikal Mas Timun yang kurang maksimal dalam olah vokal. Lantaran rata-rata mereka bukan penyanyi, sehingga membutuhkan waktu lama untuk menghasilkan drama dan nyanyian yang pas.

Menyesuaikan dengan lagu yang ditampulkan dalam pementasan drama membutuhkan waktu lama. Lirik lagu dan aransemen musik original hasil kreasi Malang Drama Musikal sendiri. Di antara 250 penonton, sejumlah anak kecil sangat antusias menonton pentas drama musikal.

“Bagus, dan lucu. Soalnya gak pernah nonton acara begini,” ujar Arinma penonton kelas empat Sekolah Dasar. Arinma datang bersama dengan tujuh teman sesama pelajar SD Intan Permata. Mereka terlihat gembira dan menyukai penampilan Malang Drama Musikal.

Acara berlangsung meriah. Band indie Malang, Harmoniora turut memeriahkan pentas drama musikal Mas Timun. Beberapa sentilan humor dalam pentas drama musikal Mas Timun turut membangkitkan keseruan dan penasaran di dalam ruang pentas.

Hingga akhir penampilan, penonton tetap antusias menonton drama. Tanpa ada kesan bosan.  Acara berakhir pukul 9.00 WIB. Penonton tersenyum bahagia, sorak sorai tepuk tangan mengiringi penutupan drama musikal. Usai pementasan para seniman turun panggung, bersalaman dengan penonton dan berfoto bersama.