
Oleh : Muhammad Nahsir
Terakota.id–Saya penggemar berat musik terutama yangg bergenre Jazzy Blues, Blues Rock dan Progresif Rock. Dewolff sebagai grup yang hidup di zaman milenial dengan pemain yang rata-rata kelahiran 1990-an, justru hadir membawakan genre musik Blues Rock dan Progresif Rock era 1970-an. Genre yang di kenal dengan sebutan Flower Generation bagi para penggemarnya.
Genre musik yang dibawakan Dewolf sangat erat dengan emosi bermusiknya kawula muda Kota Malang. Terutama generasi era 1970-1980-an. Pada masa itu Kota Malang begitu gegap gempita dengan kedua genre. Banyak grup band dari Malang yang lahir saat itu, selalu berada di atmosfir kedua genre.
Dalam menampilkan kedua genre musik, membutuhkan kerjasama yang baik dan saling support satu sama lain. Dibutuhkan perasaan yang kuat dan mengutamakan kepentingan yang lebih besar. Yaitu membangun harmoni sebuah lagu, sehingga tidak ada individu yang menonjol sendirian.,Tak ada personil DeWolff yang sibuk dengan eksistensi pribadinya sehingga harus mengalahkan personil lain.
Tapi secara bergantian mereka menampilkan kemampuan tiap personil. Sehingga mewujudkan harmoni lagu yang bisa mempengaruhi kejiwaan atau emosi para pendengarnya. Sehingga kita sangat menikmati permainan mereka sepanjang konser. Kerja sama yang apik antar personil membawa penonton hanyut dalam euforia dengan irama yang tersuguh.
Meski para penonton belum mengenal satupun dari lagu-lagu DeWolff, tapi seolah mereka sudah saling mengenal. Sehingga terjadi komunikasi yang menarik antara penonton dan musisi di atas panggung dalam irama dan harmoni lagu itu. DeWolff sebagai musisi muda berhasil membawa ruh dan emosi masyarakat muda Kota Malang yang hadir untuk bergembira dengan teratur.
DeWolff pun juga memberikan pelajaran yang perlu dicatat bersama. Yakni kerjasama antar individu, lebih mengutamakan tujuan, sehingga harus menggalkan ego pribadi. Ketika pemain sapek turut tampil di atas panggung, personil DeWolff mengikuti alur nada.

Ketiganya memetik gitar, keyboard dan drum mampu memasuki irama sapek. Sehingga memasukkan unsur blues rock yang kental di tengah alunan dawai sapek. Sehingga tanpa terasa nuansa blues rock-lah yang menguasai lantunan alat musik tradisional itu. Tapi justru sebaliknya pemain sapek bermain nyeludur seolah ingin menunjukkan dirinya yang terbaik.
Sehingga permainannya justru monoton karena pengaruh ego pribadi. Permainan sapek tak mengenal jeda demi memainkan emosi penonton, denting dawai terus bergema dengan irama dan harmoni yang cenderung monoton. Kolaborasi di atas panggung malam itu, benar-benar memberikan pelajaran yang riil dan sangat menarik bagi kita. Bagaimana seharusnya seseorang bermusik perlu bekerjasama demi sebuah harmoni.
DeWolff telah menunjukkan pelajaran itu. Dari kolaborasi malam itu bisa kita membaca diri, apakah mementingkan ego atau bekerjasama untuk menciptakan harmoni. DeWolff menjadi cambuk bagi kita untuk merevisi setiap sikap dan perilaku kita. Tentang pentingnya kebersamaan agar tercipta harmoni yang indah dalam setiap gerak.
Apakah tidak ada skill yang hebat untuk bisa memainkan alat musik dari musisi Kota Malang ? Cukup banyak musisi dengan segala kehebatan dalam bermain alat musik. Bahkan bisa jadi lebih hebat dari skill para personil DeWolff.
Tetapi juga memiliki ruh kebersamaan, ruh saling mengisi, ruh untuk bersepakat membangun harmoni, ruh untuk bersatunya tekad sehingga bisa mempengaruhi emosi para penonton. Meski para penonton belum mengenal album dan lagu karya DeWolff.
Hingga kini tak kunjung ada yang mewarnai geliat berkesenian atau bermusik.DeWolff hadir dengan menanggalkan ego, tak menonjolkan diri sendiri. Namun bekerjasama memainkan emosi penonto. Sebagai band anak muda, DeWolff mampu memukau, menghipnotis penonton hingga larut dalam lagu karya cipta mereka.
DeWolff adalah ruh dan emosi bermusik Kota Malang yang sesungguhnya.
Bravo DeWolff, semoga bisa hadir lagi di Kota Malang.
13 Maret 2019


Merawat Tradisi Menebar Inspirasi
[…] DeWolff, Kolaborasi dalam Harmoni […]