Senja di desa Ngadas
Suasana senja di desa Ngadas, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang
Iklan terakota

Terakota.id – Pandemi Covid-19 membuat Gunung Semeru dan wisata Gunung Bromo bisa beristirahat panjang dari aktivitas pariwisata. Demikian juga dengan masyarakat di Desa Ngadas, Poncokusumo, Kabupaten Malang, yang berhenti sementara dari kegiatan wisata.

Kini kasus penyebaran Covid-19 secara nasional diklaim mulai melandai. Kawasan wisata Gunung Bromo pun telah dibuka secara bertahap sejak awal September lalu dengan pintu masuk lewat Probolinggo dan Pasuruan. Sedangkan jalur masuk melalui Malang masih ditutup.

Meski begitu, Pemerintah Desa Ngadas berharap otoritas taman nasional maupun pemerintah daerah tak terburu-buru membuka pintu masuk Bromo melalui jalur Coban Trisula, Malang. Sebab warga desa setempat masih khawatir dengan penyebaran Covid-19.

“Desa kami belum siap menyambut kedatangan wisatawan,” kata Kepala Desa Ngadas, Mujianto.

Aspek kesehatan penduduk jadi prioritas utama bagi desa suku Tengger ini. Selama ini belum pernah ada satu pun kasus Covid-19 di Desa Ngadas. Padahal saat gelombang kedua pandemi, virus corona disease menginfeksi warga di desa-desa tetangga. “Desa kami selama ini nihil kasus,” ujarnya.

Tim redaksi Terakota.id sedang berbincang dengan warga di dalam dapur mereka. Warga Ngadas mempersilahkan setiap tamu yang datang ke rumah mereka untuk berbincang di pawon atau dapur. Hal ini sebagai tanda keakraban bahwa tamu yang datang dianggap layaknya keluarga. Foto (Terakota.id/ Abdul Malik)

Selain faktor sukses nihil kasus, program vaksinasi yang belum sepenuhnya mencakup warga turut jadi pertimbangan. Dari 1500 an warga, baru sekitar 250 orang sudah disuntik vaksin. Ada  rencana vaksinasi di desa ini dengan kuota untuk 800 orang pada 8 Oktober mendatang.

“Belum semua warga divaksin, itu juga harus jadi pertimbangan sebelum memutuskan pembukaan jalur,” ucap Mujianto.

Karena itu Desa Ngadas berharap pembukaan pintu masuk menuju wisata Bromo melalui Malang tak buru-buru dibuka. Menurut Mujianto, para wisatawan dari berbagai daerah yang hendak menuju Bomo selalu singgah di Desa Ngadas untuk sekedar beristirahat atau befoto.

Masih ada kekhawatiran dari warga sebab tidak ada yang bisa menjamin para wisatawan itu sepenuhnya bebas dari Covid-19. Meskipun otoritas taman nasional mensyaratkan tes antigen mapun vaksin bagi wisatawan yang hendak masuk ke Bromo.

“Syarat ketentuan itu kan dari pengelola taman nasional, tapi kami tetap khawatir. Siapa yang bisa menjamin benar-benar bebas Covid-19,” ucap Mujianto.

Ekonomi Tak Terdampak

Penduduk Desa Ngadas sendiri tak terdampak secara ekonomi selama wisata Bromo dan Semeru ditutup. Sebab sektor pertanian masih jadi tumpuan utama bagi kehidupan penduduk. Hampir semua warga masih menggantungkan hidup dari bertani kentang, kubis dan lainnya.

Menurut Mujianto, di Desa Ngadas ada 47 rumah penduduk dikelola sebagai homestay wisatawan. Serta ada 65 jeep wisata milik penduduk yang siap mengantar tamu. Meski begitu, warga tak keberatan bila akses masuk wisata Gunung Bromo melalui Coban Trisula ditutup lebih panjang.

“Wisata itu kan usaha sampingan saja, pertanian tetap utama. Kami tak takut bila wisata ditutup lebih lama,” ujarnya.

Beberapa hari lalu diumumkan bila Kabupaten Malang telah masuk status PPKM level 2. Muncul wacana dari sejumlah pelaku jasa pariwisata agar jalur menuju Bromo lewat Malang dibuka. Meski begitu, Desa Ngadas meminta tak buru-buru memutuskan pembukaan jalur itu.

“Sampai sekarang kami belum pernah menerima surat keputusan dari bupati,” ucap Mujianto.

Desa Ngadas merupakan salah satu dari sekitar 40 desa suku Tengger yang tesebar di Probolinggo, Lumajang, Malang dan Pasuruan. Wisatawan yang hendak menuju Gunung Bromo dan Semeru melalui Malang pasti melintasi desa ini sebelum tiba di Pos Jemplang.

menyambut-tamu-di-pawon-tengger
Terhampar kebun kentang milik masyarakat Ngadas. (Terakota/Abdul Malik).

Wisata Gunung Bromo telah dibuka secara bertahap sejak 6 September 2021. Ada lima site atau titik wisata yang dibuka beserta kuotanya. Yakni Penanjakan dengan kuota 222 orang, Bukit Kedaluh 107 orang, Bukit Cinta 31 orang, Mentigen 55 orang, dan Savana Teletubbies untuk 319 orang wisatawan.

Berdasarkan data Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BB TNBTS), selama periode 6-30 September 2021 total sudah ada 7.904 wisatawan masuk ke Bromo. Terdiri dari wisatawan nusantara sebanyak 7.878 orang dan wisatawan mancanegara ada 26 orang. Menghasilkan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sebesar Rp 283.478.500.

“Itu wisatawan yang masuk melalui pintu Probolinggo dan Pasuruan. Pintu masuk Malang masih ditutup,” kata  Kepala Sub Bagian Data Evaluasi Pelaporan dan Humas BB TNBTS, Sarif Hidayat.

Menurutnya, keputusan kapan pintu masuk Malang mulai dibuka masih menunggu status level PPKM berdasarkan surat edaran Menteri Dalam Negeri serta Surat Edaran Bupati Malang. “Itu jadi rujukan pembukaan jalur,” ucapnya.