Sebanyak sembilan musisi dan band asal Malang memenuhi dinding ruangan Balai Kota Malang. Pameran menyambut Ulang Tahun Kota Malang ke 107. (Terakota/ Eko Widianto).
Iklan terakota

Terakota.id—Ada pemandangan berbeda saat memasuki gedung Balai Kota Malang. Sejumlah poster para musisi top asal Kota Malang menghiasi dinding dan panel transparan. Ada sembilan musisi Donny Hardono, Sylvia Saartje, Toto Tewel, Ian Antono Anto Baret, Ria Enes, Tani Maju, Kos Atos, dan Arema Voice.

“Para musisi yang tampil di sini, ada rekaman fisik yang disimpan di Museum Musik Indonesia (MMI),” kata Ketua MMI, Hengki Herwanto kepada Terakota.id. Pameran bertema Apa, Siapa dan Karyanya di Kota Malang.

Sementara dua buah layar plasma memutar ucapan ulang tahun Kota Malang ke-107. Ucapan berasal dari para musisi antara lain Ebiet G Ade, Purwa Tjarakata, Tantowi Yahya, Irwansyah Harahap, dan seniman dari Kalimantan, Palu dan NTT. Khusus ditampilkan saat edisi Ulang Tahun Kota Malang.

Berurutan lagu bertema Kota Malang menguar di luaran Balai Kota Malang. Meliputi lagu berjudul Salam buat Kota Malang oleh Kharisma Alam Vocal Group , Uklam Uklam Kayutangan karya Aradoes Band, Peni Suparto menyanyikan Malang Awe-awe dan Malang Kota Subur karya Dirman Sasmokoadi.

Kesembilan musisi dan band yang populer pada 1980-1990-an ini lagu rekaman disimpan di MMI. Sedangkan, masih banyak group band dan musisi yang lebih populer tapi rekaman belum ada dan disimpan di MMI. “Akan dijadwalkan berikutnya,” kata Hengki.

MMI mengidentifikasi sebanyak 100-an band dan musisi yang berasal dari Malang. Namun, belum terdata rekaman lagunya. Terutama musisi yang populer pada 1970-an seperti Abadi Soesman, Laily Dimyati, dan Micky Jaguar. “Karyanya ada di MMI tapi tak banyak,” katanya.

Meneladani Ian Antono

Menampilkan poster dan lagu musisi dan band di Malang ini Balai Kota, katanya, merupakan penghargaan bagi para musisi yang mengharumkan Kota Malang. Poster musisi Ian Antono tampil menonjol di sudut selasar Balai Kota dan paling besar dibanding poster musisi lain.

“Ian Antono berkolaborasi lebih dari 100 musisi. Rekaman menghasilkan lagu. Tak hanya rock, beragam genre. Bareng Leo Kristi, Franky Sahilatua, Iwan Fals, dan Hetty Koes Endang,” kata Hengki.

Ia Antono musisi asal Malang yang telah berkolaborasi dengan 100-an musisi. (Terakota/ Eko Widianto).

Perjuangan Ian Antono menembus industri musik nasional, katanya, cukup ulet. Sejak 1970-an Ian Antono merantau ke Jakarta. Ian juga menjadi pencipta lagu rock paling kreatif. “Semangat ini yang bisa jadi pelajaran bagi musisi di Malang. Bisa bekerjasama dan harus mempelajari karakter musisi saat menggarap musik bersama,” katanya.

Pada era 1970-1980-an, penonton di Kota Malang mempengaruhi industri musik. Penonton menjadi barometer, musisi yang layak tampil dan diterima publik. Namun, dengan perkembangan teknologi, dan derasnya media sosial musisi dan band tak banyak berinteraksi dengan penonton.

Penonton, katanya, mempengaruhi musisi dan memiliki ikatan emosional yang perlu dibina. Musisi dan penonton atau dulu bernama Fans Club perlu berkomunikasi secara intens. Pola ini, katanya, juga dilakukan Arema Voice, Kosatos dan Tani Maju.

MMI bekerjasama dengan Bagian Hubungan Masyarakat Pemerintah Kota Malang. Pameran dilangsungkan selama dua pekan. Dua pekan berikutnya bakal diganti topik lain. Seperti perajin Instrumen musik, musisi yang wafat, film dan budaya yang bersinggungan dengan musik.