Dari Titik Nol Maestro Tari "Budi Ayuga" Berpulang

dari-titik-nol
Iklan terakota

Obituari

Terakota.id–Inalillahi wa Inaillahi rojiun, telah berpulang Rachmat Budiri alias sam “Budi Ayuga.” Seorang maestro tari klasik-kreatif Nusantara yang konsisten di jalur aliran seninya Senin 12 Agustus 2013. Sejatinya, pada tahun ini almarhum tengah persiapkan perhelatan akbar dalam rangka ulang tahun ke-35 sanggar tarinya “Budi Ayuga Dancer” pada 24, 25 dan 26 Agustus 2029.

Pria ulet asal Sumbermanjing Wetan ini memulai karirnya justru dari penari amatir. Dengan banyak belajar secara otodidak ketika Era Keemasan (Golden Periods) “Swara Mahardika” olah kreasi Guruh Soekarnoputro.

Dapatlah dipahami bila style tari Swara Mahardika kental mewarnai kreasi tari Budi Ayuga dari tahun ke tahun hingga kini. Bahkan, ketika digelar Making Artnival beberapa bulan lalu di Taman Krida Budaya, sanggar Budi Ayuga Dance tampil full dan total dengan gaya tari yang mengingatkan kita dengan tari besutan dari Guruh lewat Swara Mahardika.

Dua tahun lalu, ketika Disbudpar Kota Malang dan Museum Musik Indonesia (MMI) menggelar pementasan musik- tari di Gedung Kesenian Cendrawasih (Gajayana), Guruh hadir dan membawa para penarinya. Budi Ayuga juga menampilkan olah klasik-kreatif tariannya. Sempat berlangsung perjumpaan istimewa antara Budi dan Guruh. Suatu momentum langka, yang tentu amat diharapkan oleh Sam Budi.

Demikianlah Budi Ayuga, meski seorang pemuda yang berasal dari daerah pinggiran Malang di Sumbermanjing Wetan, namun punya semangat dan kemauan untuk maju. Pada 1980-an hijrah ke Kota Making untuk studi sambil belajar secara otodidak tarian yang tengah populer di dasawarsa itu. Yakni gaya tari Swara Mahardika bersama para seniman muda Kota Malang.

Berkat  keuletan dan kreatifitasnya, Budi dengan gigih melewati kondisi “up and down (jatuh-bamgun)” Untuk merintis dan kembangkan sanggar tari yang akhirnya di perhitungkan. Bukan hanya diperhitungkan di blantika Malang Raya, lebih dari itu hingga di kancah regional Jawa Timur dan bahkan nasional.

Para seniman berdoa bersama untuk mendiang Budi Ayuga. (Foto : M. Dwi Cahyono).

Terakhir, Budi secara otodidak pula menekuni seni sulap (magican). Bahkan, telah mencoba memadukan “dance & magican” menjadi apa yang disebut nya dengan “magican-dance”. Suatu menu baru yang kian memperkaya kreasi, sekaligus menjadi latar “pamungkas”-nya.

Sejarah panjamgnya di dalam “nggolowentah tari” itu sebenarnya telah dituliskan dan disiapkan untuk diterbitkan sebagai semacam buku biografi. Meniti karir keseniannya yang bertajuk “DARI TITIK NOL”, Jatuh- Bangun Meniti Karir”. Sebelum buku tersebut benar-benar terbit, sayang buku yang rencananya akan dilaunching bersamaan dengan ulang tahun sanggar “Budi Ayuga Dancer”, ternyata Allah SWT berkehendak lain.

Beliau berpulang ke Ramatullah, kembali ke “Titik Nol”, ketika on the track, setia di jalur profesinya. Tentulah kami semua kaget, seakan tidak percaya, namun demikianlah rahasia Illahi. Inalillahi wa inaillahi rojiun.

Semoga Almarhum Budi Ayuga “qusnul qotimah”. Aamiin YRA. Malang Raya sungguh kehilang salah seorang aset handal pelaku seni-budaya. Ke depan semoga pula “nunggak semi” Budi Ayuga baru untuk kemanuan seni-budaya Malang Raya. Berharap keluarga almarhum  tabah menerima kepergiannya. Yang tenang, mas Bud telah banyak berkontribusi memajukan kesenian di Malang Raya, yang terbilang “entengan” untuk berbhakti budaya.

Sangkaling, 12 Agustus 2019
Griya Ajar CITRALEKHA