
Terakota.id–Rencana perkembangan Kota Malang merupakan salah satu perencanaan kota yang terbaik di Hindia Belanda kala itu. Selain peran Wali Kota Malang pertama H.I. Bussemaker (1919-1929), juga tak bisa lepas dari peran perencana kota Herman Thomas Karsten.
Pada 1914-1929, Kotamadya Malang (Gemeente) memiliki delapan tahap perencanaan kota yang pasti. Masing-masing tahapan dinamakan Bouwplan I sampai VIII.
Rencana perkembangan kota merupakan pengendalian bentuk kota akibat pertambahan penduduk serta kemajuan ekonomi yang sangat cepat. Karsten memikirkan jalan lingkar (outher ringroad) di kota Malang untuk menghindari kemacetan dengan prediksi pertambahan penduduk.
Pemandangan pegunungan sekitar seperti Gunung Kawi di sebelah Barat, Gunung Semeru di sebelah Timur, Gunung Arjuna di sebelah Barat Daya dan lembah Brantas yang mmbelah Kota menjadi kekuatan dan pemandangan indah Kota Malang.
Semuanya dipertimbangan Karsten dalam merencanakan perkembangan kota Malang. Semua rencana tambahan global kota Malang diselesaikan Kasten pada 1935.
Perkembangan arsitektur kolonial di Malang mengikuti perkembangan arsitektur di Hindia Belanda pada akhir abad 19 yakni gaya arsitektur Indische Empire. Sayang sekali asitektur gaya ”Indische Empire” di Malang sekarang boleh dikatakan sudah tidak tersisa sama sekali.
Sebagian besar gedung kolonial yang dibangun sesudah 1920 bergaya ”Nieuwe Bouwen.” Sebagian besar menonjol dengan ciri-ciri seperti: atap datar, gevel horisontal, volume bangunan yang berbentuk kubus, serta warna putih.
Perencanaan kota seperti apa yang berhasil di era kolonial? Temukan jawabannya di Talkshow Arkais Terakota, pada:
🔖 Rabu, 5 Agustus 2020
🕗 10.00-12.00 WIB
🕵🏻♂️ Handinoto
(Pengajar jurusan Arsitektur Petra Surabaya dan Penulis “Perkembangan Kota dan Arsitektur Kolonial Belanda di Malang)
📍 Via Zoom
Syarat mengikuti kegiatan:
1. Mengisi google formulir yang telah disediakan, dengan link sebagai berikut: https://bit.ly/diskusiterakota4

Merawat Tradisi Menebar Inspirasi