
Oleh: Muzammil Frasdia, Pegiat Sastra
Terakota.id–Festival Puisi Bangkalan 2 di Gedung Pratau (Pendopo II) Bangkalan berlangsung selama dua hari mulai 14-15 April 2017. Beragam bentuk apresiasi puisi diwujudkan dalam berbagai bentuk mulai instalasi puisi, stan puisi, pantomim puisi, musikalisasi puisi, demo puisi, fragmen puisi, bedah buku puisi, mancing puisi, dan sebagainya.
Festival Puisi Bangkalan 2 merupakan gelaran acara sastra untuk keduakalinya yang diselenggarakan para pegiat seni Komunitas Masyarakat Lumpur. Sebelumnya Festival Puisi Bangkalan 1 sukses diselenggarakan pada bulan Mei tahun 2016. Lantas festival dijadikan agenda tahunan dalam kategori sastra.
Festival kali ini mengusung tema yang mengutip semboyan Kè’Lèsab “Lebih Baik Putih Tulang daripada Putih Mata”, artinya “lebih baik memilih mati daripada harus menanggung malu”. Sebuah falsafah yang menjunjung tinggi harga diri dan kehormatan sebagai landasan hidup. Konon semboyan ini menandai cikal bakal sejarah lahirnya nama Kota Bangkalan.
Adapun agenda dalam rangkaian acara Festival Puisi Bangkalan 2 ini, merangkum berbagai macam bentuk hal.
Undangan Karya
Sejak undangan pengiriman karya puisi bertema “Lebih Baik Putih Tulang daripada Putih Mata” gencar disebarluaskan ke seluruh penjuru tanah air panitia menerima banyak karya. Syaratnya peserta mengirimkan karya maksimal tiga puisi (baca: pamflet undangan karya). Langkah semacam ini menjadi bukti bagaimana Bangkalan sebagai anak ruh pulau yang berdiam di Madura, turut aktif membangun keberlangsungan iklim sastra di Indonesia.
Tercatat sebanyak 354 penulis dari berbagai wilayah yang berbeda di Indonesia, pun ada juga yang dari luar, Malaysia dan Singapura, turut serta berpartisipasi. Sejumlah kurator yang terdiri dari budayawan, sastrawan murni, dan kritikus sastra yang berkompeten di bidangnya bertindak langsung dalam proses pengkurasian.
Dalam grafik antusiasme peserta yang terdata, Sumenep tercatat sebagai penyair yang paling banyak berkontribusi menyambut even ini. Tercatat ada sebanyak 76 penyair Sumenep yang nama-namanya terdaftar menyumbangkan karya. Disusul Bangkalan, dan kota-kota lain.
Pada tahap akhir penyeleksian karya, kurator memilih 100 penyair yang karyanya lolos dan selanjutnya dibukukan dalam antologi puisi bersama berjudul “Lebih Baik Putih Tulang daripada Putih Mata”, yang diberi pengantar oleh sastrawan Joko Pinurbo.
Setiap penyair yang lolos seleksi, berhak mendapatkan satu eksemplar buku antologi. Dan peluncurannya akan digelar di Gedung Pratanu (Pendopo II) Bangkalan, tepatnya di malam puncak perayaan Festival Puisi Bangkalan 2, Sabtu, 15 April 2017 pukul 19.00 WIB.
Mancing Sastra
Pada sesi acara bertajuk “Mancing Sastra”. Sebuah sarasehan yang berlatar dialog dan diskusi umum seputar sastra. Panitia FPB 2 menghadirkan sastrawan Iman Budhi Santosa (Yogyakarta) dan Tia Setiadi (Yogyakarta). Dua pioner sastrawan indonesia berkontribusi memberi pengaruh besar terhadap generasi masa kini yang tengah giat menulis sastra.
Mereka berdua hadir untuk berbagi pengalaman tentang proses kreatif dan menulis. Maka dari itu, momentum kebersamaan ini sayang kalau dilewatkan, terutama bagi kalangan pelajar, mahasiswa, guru, atau siapapun yang ingin belajar tentang sastra.
Instalasi Puisi
Merujuk pada content kemasan perayaan FPB 2. Pernak pernik ide yang muncul dari panitia, dalam hal ini mereka menyebutnya “Instalasi Puisi” akan menciptakan warna-warni hiasan tempat acara. Kronologisnya, pengunjung akan diajak dekat pada suatu pemandangan yang tak lazim, di mana puisi diekspresikan ke dalam benda-benda yang bermacam-macam.
Tidak seperti pada umumnya, puisi diketik atau ditulis pada selembar kertas. Atau lebih modernnya lagi, puisi-puisi itu terpublikasikan di media online facebook, blog, atau di ruang-ruang lain yang memudahkan pembaca cepat mengaksesnya. Instalasi Puisi pada FPB 2, jalan mengekpresikan dan mengomunikasikan puisi kepada publik pembaca tergolong unik.
Puisi-puisi akan ditulis di barang-barang rongsokan dan dipajang. Sehingga kesan nilai yang tertangkap dari benda-benda tersebut akan beda dari sebelumnya, memiliki daya guna yang lain.
Stan Puisi Penyair
Lebih subjektif lagi dari wacana tentang Instalasi Puisi di atas. Stan puisi penyair akan menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung yang hadir menyaksikan gelaran acara Festival Puisi Bangkalan 2. Kreasi stan puisi yang dimiliki masing-masing penyair Bangkalan tampak kreatifitas dan kreasinya akan tersaji (unjuk kebolehan) dalam memvisualkan karakternya terhadap karya buku Antologi Puisi yang dipamerkan.
Dari ranah penulis Bangkalan, terdapat 42 penulis Bangkalan yang tercantum dalam kumpulan Antologi Puisi Bersama tahun ini berjudul “Keluarga Besar Penyair Bangkalan” yang diterbitkan langsung oleh penerbit Komunitas Masyarakat Lumpur Bangkalan.
Pada rangkaian acara Festival Puisi Bangkalan 2, nantinya buku tersebut akan dibedah oleh narasumber (Sastrawan) dari Balai Bahasa Jawa Timur. Sedangkan pada sesi pertunjukan, dimeriahkan tampilan Musikalisasi Puisi dari sanggar-sanggar seni sekolah yang prestasinya sudah berbukti di tingkat Nasional.
Demikian, segalanya patut dinantikan. Mari ramaikan.
Arosbaya, 9 April 2017
Muzammil Frasdia, Pegiat Sastra

Merawat Tradisi Menebar Inspirasi