
Reporter : Latifany Khorunisa
Terakota.id–-Seekor harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) dengan mulut terbuka siap menerkam. Jangan takut, si loreng tak sedang mencari mangsa kok. Harimau sumatera ini merupakan opsetan atau awetan kering. Diletakkan di dalam sebuah kaca, seolah tengah berjalan dengan posisi menerkam.
Harimau sumatera merupakan salah satu dari enam sub spesies harimau yang masih tersisa di dunia. Statusnya kritis, terancam punah. Serta masuk daftar merah satwa terancam, yang dirilis lembaga konservasi dunia, The International Union for Conservation of Nature (IUCN).
Opsetan harimau sumatera ini merupakan salah satu koleksi museum zoologi Frater M. Vianney,BHK Jalan Mahameru VE/10, Tidar, Kota Malang. Museum zoologi ini merupakan salah satu dari dua museum zoologi di Indonesia. Satu museum zoologi lainnya ada di Bogor. Museum zoologi dibuka untuk umum sejak 2004.
“Awalnya museum ini merupakan pusat pembelajaran Yayasan Mardi Wiyata,” kata direktur museum zoologi, Frater M. Clemens, BHK, 80 tahun. Biarawan Bunda Hati Kudus ini mengatakan banyak mengoleksi hewan Vertebrata atau bertulang belakang dan Avertebrata atau tak bertulang bekalang.
Museum zoologi, katanya, merupakan sarana belajar bagi pecinta ilmu pengetahuan. Serta pusat pembelajaran yang mengacu pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Museum memiliki berbagai koleksi hewan yang diawetkan dan disimpan di lemari. Pengunjung bisa menjelajahi keunikan setiap jenis hewan vertebrata dan avertebrata.

Frater M. Clemens, BHK mendirikan museum zoologi terinspirasi dari guru ilmu hayat (Biologi) di Sekolah Guru Agama (SGA) di Flores, Frater M. Vianney.BHK. Guru berkewarganegaan Belanda ini mengajar dengan cermat dan teliti seputar hewan, tumbuhan, tubuh manusia dan ilmu kesehatan. Sehingga, Frater M. Vianney, BHK diabadikan menjadi nama museum.
Frater M. Clemens mengamati cara guru Frater M, Vianney, VHK memperlakukan hewan seperti temannya. Awalnya ia takut ular, setelah melihat bagaimana gurunya dekat dengan hewan, akhirnya Clemens mulai mengenal dan berkawan dengan ular dan hewan lain.
Mulai 1960, Frater M. Clemens mengumpulkan beragam hewan di Flores, Kupang, Surabaya dan berbagai daerah lain. Saat pindah ke Malang, ia lantas menata koleksi dan dijadikan museum. Biota laut khususnya moluska seperti kulit kerang, menjadi koleksi terbanyak.
Koleksi cangkang kerang lengkap, serta sejumlah awetan hewan vertebrata. Pengaturan, tata letak dan posisi koleksi memudahkan pengunjung untuk mengamati atau meneliti. Termasuk bagi pelajar yang ingin belajar zoologi.
Frater M. Clemens, BHK menuturkan membangun museum sebagai sarana belajar. Agar para pelajar mengenal dan mempelajari hewan di museum. Rombongan keluarga dari Palembang berkunjung ke museum zoologi ini. Yeti Wahyuni mengajak semua anggota keluarga untuk mengenal hewan di museum.
“Kesannya luar biasa. Ada kerang yang besar. Peninggalan yang mungkin tidak ditemui lagi. Saya suka melihat fosil,” kata Yeti Wahyuni.
Manajemen museum menyediakan fasilitas pembelajaran khusus pelajar yang ingin belajar mengenai hewan. Paket biaya pembelajaran di disesuaikan dengan materi pembelajaran dan menarik. Pelajar akan didampingi pemandu berpengalaman. Terdapat paket pembelajaran mulai Taman Kanak-Kanak (TK): ekosistem; Sekolah Dasar (SD): Vertebrata; SMP dan SMA: Molusca.
Juga terhampar kebun jeruk di sekeliling museum, bagi para pelajar yang berkunjung untuk pembelajaran. Serta tersedia lahan untuk berkemah. Museum. Untuk lebih mengetahui dunia zoologi, silahkan berkunjung ke museum zoologi yang berlokasi di Jalan Mahameru VE 7/10 Tidar, Kota Malang.
Museum buka mulai Senin sampai Sabtu, mulai pukul 07.00 WIB sampai 13.30 WIB. Libur pada Minggu dan hari libur nasional. Bagi pengunjung yang hanya melihat koleksi di tak dipungut biaya alias gratis.

Merawat Tradisi Menebar Inspirasi